Keinginan untuk mecari bakat sastra anak-anak pesantren muncul kembali ketika Pawon mengadakan Workshop Solo Menulis, November 2009. Saya membawa empat teman, yang kesemuanya pelajar SMA Al-Muayyad yang baru tahap awal menulis. Tak satupun dari mereka yang menulis dengan selesai.Â
Ketika saya paksa mereka menulis cerpen atau puisi sebagai syarat mengikuti workshop, mereka agak kebingungan. Mereka berhasil menyetor tulisan kepada saya, meski sebuah cerpen dan puisi yang tanpa judul bahkan saya perlu 'meluruskan" alur sebuah cerpen. Selesai dari workshop, mereka tertantang dengan ucapan Bandung Mawardi, esais tersohor yang mengatakan jika dalam seminggu ke depan ada tulisan peserta yang dimuat media, mereka berhak atas kaos pawon.Â
Dua teman saya "memaksa" saya untuk mengirimkan karya mereka ke media. Dan dua minggu kemudian Cerpen dan puisi mereka dimuat Solopos pada hari yang sama. Saya bahkan sempat tak percaya, karena tiga kali mengirim cerpen tetapi tidak dimuat. Sedang mereka sekali kirim langsung dimuat. Pada akhirnya "penghargaan" dari Bandung Mawardi menambah semangat mereka menulis.
Selama tiga tahun TSSJ berdiri.  Dengan anggota sekitar 20 dan 5 penulis aktif kala itu, tulisan dari anggota baru termuat di berbagai media, seperti : Pawon, Suara Merdeka, Solopos, Joglosemar, buletin Matapena, dan Majalah Gradasi. Agenda sastra dan jurnalistik yang patut dicatat adalah  Diskusi "Sastra antara Menulis dan Media, kerjasama dengan FLP Jawa Tengah dan penerbit Indiva, Yang Muda yang Bersastra, Dialog Penulisan Kreatif kerjasama buletin Pawon, Safari Diklat Jurnalistik, kerjasama  Radar Solo, Jawa Pos Grup dan  workshop Menjadi Penulis Kreatif  kerjasama dengan penerbit Tiga Serangkai.
Tahun 2010 dan 2011 , bisa dibilang tahun kerja keras saya berhasil, selain sering mengadakan kegiatan penulisan dan karya mereka dimuat di berbagai media, karya  mereka juga berkesempatan dibukukan. Seperti dalam Antologi Jagat Telantar (TBJT, 2010), Paranoia (LKiS, 2010) dan Solo Menulis Sastra (Balai Soedjatmoko, 2011). Selain mebuka lini sastra, TSSJ juga membuka lini jurnalistik. Beberapa tulisannya pernah dimuat Radar Solo (Jawa Pos Grup), Kompas (edisi Kompas Muda) dan Kompas Jawa Tengah.
Karena seringnya membantu angota dalam kegiatan menulis membuat proses menulis saya sendiri menjadi mandeg. Hanya satu, dua tulisan yang saya hasilkan. Ah, saya perlu  untuk banyak belajar dan menulis dengan lebih baik lagi.Â
Kemudian Ikatan Pelajar Madrasah Al-Muayyad (IPMA) Pusat, sebuah organisasi siswa yang terdiri dari siswa SMP, MA dan SMA, menggagas terbitnya Majalah SERAMBI AL-MUAYYAD (tahun 2012). Saya harus berusaha keras untuk mengenalkan mereka tentang dunia menulis dan jurnalistik. Sayang, Majalah yang kami rintis itu sedang vakum, berhenti terbit pada tahun 2017 setelah menerbitkan 12 edisi. Semoga ada kekuatan dan keajaiban, majalah yang saya cintai ini kembali terbit.Â
Sejak tahun 2015 saya juga diberi amanah menjadi guru pembimbing ekstrakurikuler jurnalistik  bagi siswa kelas 7 dan 8 SMP Al-Muayyad. Cerita lengkapnya sudah saya tulis di Kompasiana pada link di bawah ini. (Miv)
Ekskul Jurnalistik dan Mengoptimalkan Potensi Menulis Siswa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H