Di beberapa kesempatan saya membagikan buku, novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi  kepada siswa yang aktif, sebagai hadiah dan pemicu agar mereka menyukai membaca. Saya selalu berpesan agar siswa yang mendapatkan hadiah mau berbagi, dengan meminjamkan buku ke teman yang lain.
Tak jarang di awal tahun ajaran baru saya  membagikan bolpoin untuk semua siswa ekskul jurnalistik sebagai simbol dan bekal untuk menulis. Saya berharap mereka tetap menulis meskipun tak ada fasilitas pendukung yang memadai. Mereka tidak memakai komputer maupun laptop dalam kesehariannya karena di pesantren. Saya mengarahkan mereka menulis di buku tulis, lalu tulisan diserahkan ke saya. Saya bertugas mengetik dan mengedit seperlunya dan mengirim ke media.Â
Saya punya keinginan bisa membukukan karya mereka dalam sebuah buku, walau sederhana, fotokopi pun tak apa. Selebihnya saya akan mengarahkan mereka mengirim karya ke koran atau majalah. Semoga semangat mereka terus menyala, dan tak akan pernah padam, terlebih semangat saya. Alhamdulillah, sejak 2015 hingga 2019 beberapa karya siswa berupa opini dan sajak bertema remaja beberapa kali dimuat di Solopos.
Melihat mereka, saya teringat "perjuangan" saya menekuni hobi menulis saat masih berseragam putih abu-abu  di pesantren itu, tanpa teman diskusi yang benar-benar punya hobi yang sama, tanpa arahan khusus, hanya belajar dari buku, membaca, dan workshop menulis di berbagai kota.
Saya yakin, pihak sekolah yang mempunyai perhatian khusus terhadap kegiatan literasi pada akhirnya melahirkan penulis berbakat dari sekolah itu, setidaknya generasi yang suka membaca. Â (Miv)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H