Mohon tunggu...
Miftahul Abrori
Miftahul Abrori Mohon Tunggu... Freelancer - Menjadi petani di sawah kalimat

Writer & Citizen Journalist. Lahir di Grobogan, bekerja di Solo. Email: miftah2015.jitu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ekskul Jurnalistik dan Mengoptimalkan Potensi Menulis Siswa

14 Januari 2020   06:12 Diperbarui: 14 Januari 2020   15:44 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan literasi semoga akan melahirkan penulis berbakat dari sekolah, setidaknya generasi yang suka membaca. Foto: Miftahul Abrori

Di beberapa kesempatan saya membagikan buku, novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi  kepada siswa yang aktif, sebagai hadiah dan pemicu agar mereka menyukai membaca. Saya selalu berpesan agar siswa yang mendapatkan hadiah mau berbagi, dengan meminjamkan buku ke teman yang lain.

Tak jarang di awal tahun ajaran baru saya  membagikan bolpoin untuk semua siswa ekskul jurnalistik sebagai simbol dan bekal untuk menulis. Saya berharap mereka tetap menulis meskipun tak ada fasilitas pendukung yang memadai. Mereka tidak memakai komputer maupun laptop dalam kesehariannya karena di pesantren. Saya mengarahkan mereka menulis di buku tulis, lalu tulisan diserahkan ke saya. Saya bertugas mengetik dan mengedit seperlunya dan mengirim ke media. 

Saya punya keinginan bisa membukukan karya mereka dalam sebuah buku, walau sederhana, fotokopi pun tak apa. Selebihnya saya akan mengarahkan mereka mengirim karya ke koran atau majalah. Semoga semangat mereka terus menyala, dan tak akan pernah padam, terlebih semangat saya. Alhamdulillah, sejak 2015 hingga 2019 beberapa karya siswa berupa opini dan sajak bertema remaja beberapa kali dimuat di Solopos.

Satu karya siswa SMP Al-Muayyad di rubrik Sajak Remaja Solopos. Foto: Miftahul Abrori
Satu karya siswa SMP Al-Muayyad di rubrik Sajak Remaja Solopos. Foto: Miftahul Abrori
Melihat mereka, saya teringat "perjuangan" saya menekuni hobi menulis saat masih berseragam putih abu-abu  di pesantren itu, tanpa teman diskusi yang benar-benar punya hobi yang sama, tanpa arahan khusus, hanya belajar dari buku, membaca, dan workshop menulis di berbagai kota.

Saya yakin, pihak sekolah yang mempunyai perhatian khusus terhadap kegiatan literasi pada akhirnya melahirkan penulis berbakat dari sekolah itu, setidaknya generasi yang suka membaca.  (Miv)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun