Mohon tunggu...
Miftahul Abrori
Miftahul Abrori Mohon Tunggu... Freelancer - Menjadi petani di sawah kalimat

Lahir di Grobogan, bekerja di Solo. Email: miftah2015.jitu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Koran Minggu, Mantra Penulis, dan Cerpen Linda Christanty

18 Desember 2019   14:12 Diperbarui: 22 Desember 2019   08:38 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang lelaki membaca koran. Sumber: id.lovepik.com

Berbicara judul, menurut saya kurang nendang, akan lebih terasa puitis kalau cerpen ini tidak hanya satu kata. Setiap membuat cerpen saya menghindari membuat judul yang hanya memakai satu suku kata. Terlalu ngirit. Apalagi kalau judulnya sudah terlalu biasa. Bolehlah memakai judul satu kata kalau itu kata yang istimewa.

Di tepi sungai itu (sayang sekali Linda tak menyebutkan nama sungai di cerpen ber-setting Jerman ini) Hans ditemani seorang teman, barangkali perempuan. Saya menduga mereka sedang saling memendam rasa.

Dikisahkan, Hans, berdiri di tepi sungai, mengenang perpisahan atas kematian ibunya. Ia meninggal secara gagah berani, menjemput ajal di ruang kamar yang tenang tempat orang-orang menunggu kematian. Suntikan morfin menghalau rasa sakit  kematian sang ibu, cara yang diinginkan sang ibu.

Tidak ada yang ganjil dan keliru dalam pilihan ibumu. Sebagian tubuh yang sekarat sama seperti dia. Mereka sengaja menjauh dari siapa pun yang mengenalnya, yang pernah mesra. Mereka sengaja mencipta jarak yang kelak akan terus memanjang ketika perpisahan itu benar-benar datang (Cerpen Perpisahan, Linda Christanty).

Di akhir cerpen, perpisahan yang sesungguhnya terjadi. Hans tak pernah lagi berjumpa dengan temannya (si tokoh utama). 

Saya kembali tergoda membaca Perpisahan di lakonhidup.wordpress.com, ternyata beberapa bagian cerpen mengalami sedikit pengeditan di situs. Untuk memastikan kecurigaan, saya kembali menelusuri Perpisahan di cerpenkompas.wordpress.com. Ternyata hasil sama.

Di kumcer Seekor Anjing Mati di Bala Murghab Linda tidak menyebutkan nama sungai, tapi di edisi koran, disebutkan Sungai Spree.

Ada bagian-bagian kalimat cerpen di koran tapi tidak ada dalam kumcer. Saya nukil beberapa potongan kalimat berikut ini.

Ayah sudah punya seseorang sekarang yang dia sedikit cinta. Saya senang dia kembali hidup, kamu terdengar merestui hubungan mereka."
Waktu itu saya panik sekali. Waduh bagaimana ini. Ibu saya kok hidup lagi padahal Ayah saya sudah dengan seseorang. Mungkin saya belum sepenuhnya bisa menerima orang lain yang menggantikan ibu saya dalam hidup ayah.

Juga ada bagian keterangan dalam kumcer yang tidak tertulis di Koran.

Kamu ingat sajak Rilke**)?
Tentang mati? Tentu saja. Ketika seseorang meninggal dia tidak membawa apa pun dari kehidupan ini, bahkan kenangan. Mungkin karena itu tidak ada gunanya kita terlalu sedih. Mereka tidak ingat kita lagi, jawabmu, lirih.
**) Rainer Maria Rilke adalah penyair lirik terkemuka Jerman (1875-1926).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun