Dahlan Iskan lahir di Magetan, Jawa Timur pada tanggal 17 Agustus 1951 bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia ke-6. Sebetulnya, itu bukan merupakan tanggal lahir yang sebenarnya. Karena orang tua Dahlan Iskan tidak ingat kapan ia lahir, maka beliau pun memilih tanggal tersebut sebagai hari ulang tahunnya.Â
Masa kecil Dahlan Iskan dapat dikatakan serba kekurangan. Ia dibesarkan di lingkungan pedesaan kala itu. Masa kecil Dahlan, sapaan akrabnya dapat dikatakan serba kekurangan. Bahkan, saking sulitnya dulu ia hanya memiliki satu celana, baju, dan sarung. Ia dibesarkan di lingkungan pedesaan yang sangat religious
 Dahlan Iskan memulai pendidikannya dengan bersekolah di Sekolah Rakyat (sekarang bernama Sekolah Dasar) Desa Bukur, Jiwan, Madiun. Setelah tamat dari SR ia melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Pesantren Sabilul Muttaqin, Magetan. Kemudian ke sekolah Madrasah Aliyah Pesantren Sabilul Muttaqin, Magetan. Setamat dari Aliyah, Dahlan Iskan melanjutkan sekolahnya di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Cabang Samarinda.Â
Semasa kuliah ia lebih menyukai kegiatan kemahasiswaan seperti Pejalar Islam Indonesia, menulis majalah mahasiswa dan Koran mahasiswa ketimbang mengikuti kuliah. Karena hobi menulisnya itu ia memutuskan untuk tidak meneruskan kuliah (sumber: tribunnews.com)
Karir Dahlan Iskan
 Awal karir dahlan iskan dimulai pada tahun 1972 hingga tahun 1975 menjadi Reporter di Mimbar Masyarakat. Mimbar masyarakat merupakan surat harian kabar kecil di Samarinda, Kalimantan Timur. Kemudian, pada tahun 1976 dahlan iskan beralih profesi menjadi seorang wartawan majalah Tempo. Kariernya terus menanjak, pada tahun 1982, ia pun memimpin surat kabar Jawa Pos. Di era kepemimpinannya, Jawa Pos yang hampir mati pun kembali berdenyut. Selang 5 tahun, berdirilah Jawa Pos News Network atau lebih sering dikenal dengan JPNN yang merupakan salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia dengan memiliki 134 surat kabar, majalah, dan tabloid serta sekitar 40 jaringan percetakan di seluruh Indonesia. Aksi Dahlan masih berlanjut, pada tahun 1997, ia mendirikan gedung Graha Pena di Surabaya dan Jakarta. Lalu, pada tahun 2002 ia mendirikan TV Lokal bernama JTV di Surabaya, lalu dlanjutkan dengan Batam TV di Batam serta Riau TV di Riau.
Profil Dahlan Iskan dengan keberhasilan menyulap perusahan surat kabar yang hampir bangkrut menjadi sebuah kerajaan bisnis yang kuat dan sukses memancing perhatian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Agar lebih fokus mengurus PLN, pengelolaan Jawa Pos Group diserahkan kepada putranya Azrul Ananda, sementara ia memilih seabagai Chairman. Dalam memimpin PLN, Dahlan Iskan tidak mau seperti birokrat yang hanya duduk di balik meja saja.Â
Ia tidak puas hanya mendengar laporan dari anak buahnya. Karena itu, baik secara diam-diam maupun terbuaka ia sering turun ke daerah untuk melihat langsung permasalahan listrik yang ada di lapangan.
 Dahlan Iskan membuat gebrakan diantaranya bebas byar pet seluruh wilayah Indonesia dalam kurun waktu enam bulan, gerakan satu hari satu juta sambungan dan pencabutan capping yaitu batas tarif listrik industri, sehingga lebih adil dan dapat menumbuhkan iklim investasi di Indonesia. Selain itu, Dahlan Iskan juga merencanakan pembangunan PLTS untuk 100 pulau pada tahun 2011.Â
Di tahun kepemimpinan sebelumnya, PLN berhasil membangun PLTS di 5 pulau di Indonesia bagian Timur yaitu Pulau Bunda, Bunaken Manado, Derawan Kalimantan Timur, Wakatobi Sulawesi Tenggara dan Citrawang.Â
Selama memimpin di PLN, ia juga memberikan warna baru dalam budaya perusahaan, diantaranya: setiap tanggal 17 di setiap bulan yang bisanya dibuat upacara diganti dengan diskusi antara karyawan dengan atasan, Dahlan Iskan juga membuat 'CEO Note' yaitu catatan yang dapat menjembatani antara atasan dan bawahan. Di dalam 'CEO Note' ini selalu diakhiri dengan kata-kata motivasi agar semunya bisa lebih maju dan sukses.