Kita lanjut ke akun ke tiga, biasanya akun ini buat stalking orang. Kita para gen z punya kebiasaan menjadi detektif dadakan namun profesional, jadi kita sengaja buat satu lagi akun buat ngepoin orang lain. Untuk akun detektif ini biasanya kita gak pake foto profil dan namanya ngasal. Biasanya nama kita bisa berupa huruf dan simbol acak biar nanti si target gak bisa ngenali kita siapa dan gak bisa stalking ulang kita.Â
Umumnya untuk akun khusus stalking ini kita sering ganti namanya, tergantung berapa jumlah target yang akan distalking dan bakal diganti nama tiap stalking korban baru. Nah aku punya fakta menarik soal ini, untuk akun stalking kita gak melulu pake akun dengan nama ngasal, tapi  juga bisa jadi kita buat akun olshop palsu.Â
Saking profesionalnya kita dalam melakukan misi detektif, kita gen z bahkan rela bikin akun olshop palsu, kita belain beli follower palsu, sampe bikin postingan produk palsu biar kita gak dicurigai. Dan bisa dibilang, akun kaya gini lebih efektif dan aman buat stalking karena tidak memunculkan kecurigaan target.Â
Tapi gak semua orang punya akun ketiga ini. Contohnya aku ajalah, aku sengaja gak buat akun khusus stalking ini karena aku tipe yang lebih suka stalking secara terang-terangan biar yang aku stalking itu notice kalo aku kepoin. Biasanya malah akau pancing dengan like postingan mereka biar mereka makin kepo apa maunya aku.
Dan untuk yang terakhir yaitu untuk akun yang ke empat. Akun Ini biasanya akun khusus buat kerjaan atau nugas dikampus. Jadi akun ini cuma kita peruntukkan buat kerjaan perofesional dan juga biar kelihatan lebih estetik aja. Kita para gen z jelas gak mau promosi tentang kerjaan atau tugas kampus bisa berakibat mengganggu tigkat privasi kita.Â
Kita para gen z emang udah tebiasa dituntut secara paksa buat ikut berpartisipasi dalam mempromosikan medsos kantor atau kampus kita juga. Malah sekarang kesannya kaya emang udah wajib banget buat kita sebagai pegawai maupun mahasiswa buat ikut follow akun medsos kantor atau kampus, solanya sekarang kalian juga pada tau kalau jumlah follower dan like jadi sangat penting di era kaya gini.
Terlepas dari kontroversi baik dan buruknya gen z yang punya banyak akun medsos, kita emang juga harus mulai berfikir bahwa media sosial bukanlah jati diri kita sesungguhnya. Kita bebas memperlihatkan sosok mana yang kita ingin orang lain lihat. Selama itu tidak melanggar norma dan nilai, aku rasa hal itu wajar saja dan gapapa dilakukan.
Tapi kalo misal dari para pembaca ada yang keberatan dan gak setuju bisa bantu saran dan kritik di komentar, siapa tau dengan makin seringnya kita bahas isu-isu kaya gini bisa membantu kita semakin bijak dalam bermedia sosial. Sekian dulu dari aku, terimakasih buat yang udah mau baca, byee.