Dalam setiap rumah tangga, dibutuhkan kerja sama yang kompak antara suami dan istri. Terutama yang berkaitan dengan perencanaan keuangan.Â
Entah itu suami sebagai pencari nafkah utama, ataupun kedua-duanya sebagai pencari nafkah, dalam hal ini suami dan istri harus saling bahu membahu dalam mengelola keuangan keluarga.
Untuk lingkup keuangan keluarga, dapat dianalogikan sebagai sebuah perusahaan yang juga membutuhkan pengelolaan dan ketangguhan dalam perencanaan keuangannya. Suami sebagai pemimpin keluarga, sedangkan istri yang mengelola rumah tangga.Â
Sebagai pengelola rumah tangga, seorang istri diharapkan dapat berperan lebih dalam perencanaan keuangan. Seorang istri wajib memiliki pengetahuan tentang perencanaan keuangan keluarga. Jangan sampai ketika suami memberikan uang ke istri, uang hanya numpang lewat saja.Â
Banyak sekali di kehidupan sekitar kita, seolah-olah istri hanya berperan sebagai kasir saja, begitu uang diterima dari suami, langsung disetorkan untuk membayar ini dan itu semua kebutuhan, dan membelanjakannya tanpa tau cara mengelolanya.
Sebagai seorang istri, seyogyanya mengetahui dengan detail pengeluaran-pengeluaran apa saja yang rutin dikeluarkan dalam sebulannya.
Ada kebutuhan jangka pendek, kebutuhan jangka menengah dan kebutuhan jangka panjang. Itu seyogyanya senantiasa rutin dievaluasi bersama, supaya pengeluaran-pengeluaran keluarga tepat sasaran.Â
Istri juga bisa memberikan saran-saran terbaiknya untuk mewujudkan kestabilan ekonomi keluarga. Walaupun pendidikan tentang pengelolaan keuangan keluarga tidak diberikan dalam pendidikan sekolah, menjadi PR seorang istri untuk rajin-rajin menambah pengetahuannya mengenai pengelolaan keuangan.
Sejak kecil biasanya kaum lelaki yang lebih banyak didoktrin untuk bertanggung jawab terhadap keuangan dan bekerja mencari uang, mengingat perannya sebagai pencari nafkah. Sedangkan kaum wanita walaupun banyak yang ikut berkiprah bekerja di luar berjuang mencari nafkah, namun sejak kecil pembelajaran yang diterima mereka lebih banyak diajarkan untuk berbelanja.Â
Otomatis pembelajaran tentang mengelola keuangan dalam keluarga sangat minim. Padahal sebagai istri diharapkan dapat berperan lebih dalam mengelola keuangan dalam keluarga.
Dalam perannya sebagai manajer keuangan keluarga, istri jangan hanya pasrah menerima saja apa yang diberikan oleh suami. Karena kestabilan ekonomi keluarga bergantung pada pengelolaan keuangan yang tepat.Â
Begitu melihat ada tanda-tanda ketidakberesan dalam arus keuangan keluarga, harus segera bertindak. Diantara tanda-tanda adanya ketidakberesan terhadap arus keuangan keluarga adalah sebagai berikut:
- Mulai berhutang untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari
- Gaji tidak pernah bersisa
- Tambal sulam dalam memenuhi kebutuhan keluarga, gali lubang tutup lubang
- Gaji selalu naik setiap tahunnya namun pengeluaran semakin membengkak
- Bergaji cukup besar namun tidak memiliki tabungan sama sekali dan tidak memiliki investasi.
Itu semua merupakan peringatan terhadap awal ketidakberesan keuangan. Kalau kondisi tersebut dibiarkan saja berlarut-larut, lambat laun akan menjadi masalah besar dan pada akhirnya akan mempengaruhi kestabilan ekonomi keluarga.Â
Begitu muncul tanda-tanda adanya ketidakberesan dalam arus keuangan, harus segera dievaluasi bersama baik itu suami maupun istri.Â
Istri sebagai manajer keuangan dalam keluarga, bisa berinisiatif mengajak berdiskusi dengan suami untuk mengatasi adanya ketidakberesan tersebut, luangkanlah waktu walaupun sebentar demi kebaikan bersama.
Mungkin bisa bersama-sama mendiskusikan kira-kira kebutuhan keluarga yang harus dikurangi atau dihemat di bagian yang mana saja, atau mungkin juga bisa mengajukan inisiatif menyisihkan sebagian dana di awal gaji untuk cadangan dana darurat, sehingga kalau ada apa-apa di kemudian hari masih ada cadangan dana yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan keluarga, dan bisa juga mulai mengagendakan untuk berinvestasi.Â
Silakan diputuskan bersama yang terbaik menurut kedua belah pihak. Pada hakekatnya, kita hidup ini tidak hanya untuk hari ini saja, namun juga untuk dimasa yang akan datang yang kita tidak akan pernah tahu bagaimana kondisinya, jadi harus dipertimbangkan dengan bijaksana.
Semua itu butuh perjuangan dan harus diusahakan. Tidak bisa kita hanya ikut dengan arus kehidupan yang mengalir begitu saja, harus ada perencanaan secara matang.Â
Tugas istri lah yang membantu suami dalam merencanakan pengelolaan keuangan agar tepat sasaran. Ini berlaku untuk semua kondisi, baik itu dari keluarga dengan ekonomi lemah, maupun keluarga dengan ekonomi kuat.Â
Sebab tidak jarang, keluarga yang memiliki ekonomi kuat bisa ambruk juga gara-gara pengelolaan keuangan yang kurang tepat, dan lebih banyak menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu dan lebih mengarah ke konsumtif.
Sekali lagi, sebagai istri jangan hanya bisa menuntut suami untuk memberikan nafkah sebanyak-banyaknya, namun istri juga harus dibekali wawasan untuk mampu mengelola keuangan yang diberikan suami secara tepat, demi mewujudkan kestabilan ekonomi dalam keluarga. Kerjasama dari kedua belah pihak juga sangat diperlukan.
Akhir kata, melalui tulisan ini semoga bisa memberikan pencerahan dan sedikit introspeksi terutama bagi para istri dalam membantu suami untuk tidak hanya menghabiskan uang, namun juga pandai mengelola keuangan keluarganya secara tepat sasaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H