Halo, saya Mifta Nurjannah!
Saya akan merefleksikan materi yang telah dipelajari pada topik 2 mata kuliah Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan Indonesia dengan menggunakan alur MERDEKA.
 Alur MERDEKA tersebut terdiri dari mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi antar materi dan aksi nyata. Berikut adalah penjelasan mengenai refleksi saya :
1. Mulai Dari DiriÂ
Apa yang Anda pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses pembelajaran?
Sebelum memulai proses pembelajaran pada mata kuliah Topik 2, saya mampu memahami dan menjelaskan konsep dasar tentang perspektif sosial kultural dalam pendidikan, menganalisis penerapannya, serta contoh implementasi konsep dasar perspektif sosiokultural dalam pendidikan sebagai calon guru sekolah dasar.
2. Eksplorasi KonsepÂ
Apa yang Anda pelajari dari konsep yang Anda pelajari dalam topik ini?
Dalam tahap Eksplorasi Konsep, saya mempelajari tentang dua teori penting dalam penerapan dasar perspektif sosiokultural dalam pendidikan, yaitu Teori Status Sosioekonomi (SES) dan Teori  Cultural-Historical Activity Theory (CHAT).
Pertama, Status Sosioekonomi mencakup faktor-faktor seperti pendapatan keluarga, pendidikan orang tua, dan pekerjaan. SES yang rendah sering kali terkait dengan keterbatasan akses ke sumber daya pendidikan yang memadai, seperti buku, teknologi, dan lingkungan belajar yang kondusif.Â
Siswa dari keluarga dengan SES rendah mungkin menghadapi kendala tambahan seperti harus bekerja paruh waktu, lingkungan rumah yang kurang mendukung, dan minimnya bimbingan akademis. Memahami dampak SES membantu guru mengidentifikasi hambatan-hambatan ini dan memberikan dukungan tambahan yang dibutuhkan.
Kedua, CHAT menekankan bahwa pembelajaran sangat dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya. Teori ini menyatakan bahwa pengetahuan dibangun melalui interaksi sosial dan aktivitas yang bermakna. Dalam pendidikan, ini berarti guru perlu mempertimbangkan latar belakang budaya dan sosial siswa dalam merancang kegiatan belajar.Â
Misalnya, kegiatan kolaboratif seperti diskusi kelompok dan pemecahan masalah dapat mendorong siswa untuk belajar dari pengalaman dan sudut pandang masing-masing, serta memperdalam pemahaman mereka tentang materi pelajaran.
Berdasarkan kedua teori ini, saya memahami bahwa guru dapat menerapkan pemahaman tentang SES dan CHAT secara praktis dalam pengajaran. Contohnya, guru dapat menggunakan kegiatan kelompok untuk mendorong siswa berbagi pengalaman dan perspektif mereka.Â
Selain itu, guru dapat mengintegrasikan alat-alat psikologis, seperti bahasa dan simbol yang relevan secara budaya, dalam pengajaran. Untuk siswa dengan SES rendah, guru dapat menyediakan sumber daya tambahan dan bimbingan yang lebih intensif.
3. Ruang Kolaborasi
Apa yang Anda pelajari lebih lanjut bersama dengan rekan-rekan Anda dalam ruang kolaborasi?
Pada tahap ruang kolaborasi, saya dan rekan sekelompok saya (kelompok 2) melakukan analisis terhadap ketiga video yang tersedia. Berdasarkan video tersebut kami memperoleh beberapa pemahaman yang signifikan mengenai konsep perspektif sosiokultural.Â
Faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam interaksi sosial memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan. Ketimpangan sosial, ekonomi, budaya, dan kebijakan politik sangat mempengaruhi peluang hidup dan pendidikan anak-anak dari keluarga miskin.
Ketimpangan sosial menyebabkan rasa minder dan diskriminasi, sementara keterbatasan ekonomi menghambat akses ke pendidikan yang layak dan kebutuhan belajar dasar, menjebak mereka dalam siklus kemiskinan.Â
Secara budaya, keluarga miskin sering kali tidak memprioritaskan pendidikan karena tekanan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mentalitas bahwa kemiskinan adalah takdir yang sulit diubah.Â
Kebijakan pemerintah, meskipun ada program bantuan seperti PKH dan KIP, sering kali belum cukup untuk mengatasi ketimpangan ini; diperlukan kebijakan yang lebih inklusif untuk memberikan akses yang lebih adil terhadap pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan.
Sedangkan upaya yang sudah dilakukan untuk menuntaskan masalah tersebut adalah :
•Memberikan layanan bimbingan berupa jam tambahan bagi siswa SSE rendah yang kurang dalam pembelajaran.
•Komunikasi yang dilakukan guru dengan siswa SSE rendah yakni dengan cara memberi nasehat untuk rajin belajar dan memberikan semangat kepada siswa tersebut.
•Sekolah memberikan sarana prasarana sebagai penunjang belajar siswa seperti buku paket yang dipinjami sekolah dan seragam sekolah.
4. Demonstrasi Kontekstual
Apa hal penting yang Anda pelajari dari proses demonstrasi kontekstual yang Anda jalani bersama kelompok (bisa tentang materi, rekan, dan diri sendiri)?
Dalam alur ini, hal penting yang saya peroleh bersama rekan-rekan di kelompok 2 berasal dari materi, interaksi dengan rekan, dan refleksi diri, yang dapat saya uraikan sebagai berikut:
a.Materi
Melalui diskusi dan curah pendapat yang kami sajikan dalam slide PowerPoint, kami menyimpulkan bahwa aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik sangat berperan dalam pembelajaran di kelas.Â
Sebagai calon guru profesional, kami perlu memahami karakteristik peserta didik terlebih dahulu agar dapat mewujudkan pembelajaran yang sejalan dengan Filosofi Pendidikan, yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Pemahaman ini membantu kami merancang strategi pembelajaran yang tepat bagi peserta didik.
b.Interaksi dengan Rekan
Hal penting kedua adalah kesadaran untuk memahami karakteristik rekan-rekan di kelompok 2. Ini adalah praktik mikro yang selaras dengan materi pada alur Demonstrasi Kontekstual. Saya dapat menyelesaikan tugas kelompok secara kolektif dengan terlebih dahulu memahami aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik dari rekan-rekan di kelompok kami.
c.Refleksi Diri
Hal terakhir yang saya peroleh dari alur ini adalah kemampuan untuk mengaitkan pemahaman saya sebelum dan sesudah mengkaji studi kasus. Ini menjadi bekal bagi saya sebagai calon guru agar kelak dapat menerapkan konsep tersebut dalam skala yang lebih luas.
5. Elaborasi PemahamanÂ
Sejauh ini, apa yang sudah Anda pahami tentang topik ini?
Pemahaman saya mengenai topik ini adalah bahwa Status Sosioekonomi (SES) memiliki pengaruh yang besar terhadap akses dan kualitas pendidikan yang diterima siswa di Indonesia.Â
Siswa dari keluarga dengan SES rendah sering menghadapi kendala seperti terbatasnya akses ke sumber belajar, minimnya dukungan di rumah, dan tekanan ekonomi yang terkadang mengharuskan mereka bekerja sambil sekolah. Kendala-kendala ini bisa menghambat proses belajar dan mengurangi peluang untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi.Â
Dalam konteks Teori Aktivitas Kultural-Historis (CHAT), SES tidak hanya merupakan faktor eksternal, tetapi juga memengaruhi struktur dan dinamika aktivitas belajar.Â
Misalnya, siswa dari keluarga dengan SES tinggi mungkin memiliki akses yang lebih baik ke teknologi dan bahan tambahan, sehingga dapat memperkaya pengalaman belajar mereka. Sebaliknya, siswa dari keluarga dengan SES rendah mungkin harus mengandalkan sumber daya yang terbatas dan kurang mendapat bimbingan di rumah.
Apa hal baru yang Anda pahami atau yang berubah dari pemahaman di awal sebelum pembelajaran dimulai ?
Pemahaman baru saya sebagai calon guru sekolah dasar adalah pentingnya menyusun kurikulum yang inklusif dan fleksibel untuk mengakomodasi keberagaman latar belakang siswa. Materi pembelajaran akan mencakup beragam perspektif budaya dan sosial-ekonomi, sehingga setiap siswa merasa terwakili.Â
Diskusi di kelas akan difasilitasi agar siswa dapat berbagi pengalaman dan pandangan mereka, memperkaya pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila.
 Dalam situasi keterbatasan sumber daya, saya akan memanfaatkan bahan-bahan lokal dan media sederhana, seperti cerita rakyat atau permainan tradisional, sebagai alat mediasi untuk menjelaskan konsep Pancasila. Teknologi sederhana seperti ponsel pintar juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar yang interaktif.
Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?
Hal lain yang ingin saya pelajari adalah cara menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung secara emosional serta sosial bagi semua siswa, serta cara menangani dinamika kelas yang kompleks dalam konteks keberagaman budaya dan sosial-ekonomi.
6. Koneksi Antar Materi
Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar materi baik di dalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah lain?
Koneksi antara materi Status Sosioekonomi (SES) dan Cultural-Historical Activity Theory (CHAT) dalam perspektif sosiokultural dapat dijelaskan sebagai berikut, dengan melihat keterkaitan dengan mata kuliah Pemahaman Peserta Didik, Filosofi Pendidikan, Prinsip Pengajaran dan Asesmen, serta Pembelajaran Berdiferensiasi:
a.Pemahaman Peserta Didik
SES dan CHAT membantu calon guru memahami perbedaan latar belakang peserta didik secara mendalam. Dari sisi SES, pemahaman akan faktor ekonomi dan sosial siswa memungkinkan guru untuk menyadari tantangan spesifik yang dihadapi siswa, seperti keterbatasan akses ke sumber belajar atau dukungan keluarga.Â
Sementara itu, CHAT menjelaskan bahwa aktivitas belajar sangat dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya siswa, sehingga guru dapat lebih memahami bagaimana pengalaman dan latar belakang kultural siswa membentuk cara mereka belajar dan berinteraksi di kelas. Ini sangat berguna dalam mengidentifikasi kebutuhan individu siswa dan memahami bagaimana dinamika sosial mempengaruhi proses pembelajaran mereka.
b.Filosofi Pendidikan
Dalam Filosofi Pendidikan, ada pemahaman bahwa pendidikan harus menghormati kodrat alam dan kodrat zaman. Perspektif SES dan CHAT memungkinkan guru untuk merancang pendidikan yang relevan dengan konteks sosial dan ekonomi peserta didik.Â
Memahami SES dan CHAT membantu guru menerapkan prinsip Filosofi Pendidikan dengan menyesuaikan metode dan materi pembelajaran yang menghormati kondisi kehidupan siswa. Ini berarti kurikulum dan pendekatan mengajar menjadi lebih kontekstual, sejalan dengan pemikiran bahwa pendidikan harus berakar pada realitas dan kebutuhan yang ada di dalam masyarakat.
c.Prinsip Pengajaran dan Asesmen
Pengaruh SES dan CHAT terhadap asesmen adalah memberikan pemahaman bahwa penilaian tidak dapat bersifat seragam, karena latar belakang sosial dan budaya mempengaruhi proses belajar siswa.Â
Asesmen yang adil harus mempertimbangkan perbedaan SES dan konteks kultural siswa. CHAT, dengan pendekatan kultural-historisnya, menekankan bahwa asesmen tidak hanya mengukur hasil, tetapi juga memahami proses pembelajaran siswa dalam konteks sosial dan kultural mereka. Oleh karena itu, asesmen formatif, observasi, dan asesmen berbasis proyek menjadi penting dalam mengukur potensi siswa dengan lebih akurat.
d.Pembelajaran Berdiferensiasi
Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru perlu menyesuaikan pendekatan dan metode pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan unik setiap siswa. Dengan pemahaman SES, guru dapat merancang strategi untuk mendukung siswa dari latar belakang ekonomi rendah, seperti menyediakan materi pembelajaran tambahan atau strategi yang sesuai dengan aksesibilitas mereka.Â
CHAT juga menekankan pentingnya konteks dalam belajar; guru dapat menciptakan aktivitas yang relevan secara sosial dan kultural, yang membuat pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.Â
Pembelajaran berdiferensiasi yang berlandaskan perspektif sosiokultural ini membantu guru menghadirkan pembelajaran yang inklusif, di mana siswa dari berbagai latar belakang dapat berpartisipasi aktif sesuai potensi masing-masing.
7. Aksi Nyata
Apa manfaat pembelajaran ini untuk kesiapan Anda sebagai guru?
Pembelajaran ini sangat bermanfaat bagi persiapan saya sebagai guru. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya dengan filosofi pendidikan Indonesia dalam konteks sosiokultural, saya merasa lebih siap menghadapi tantangan di dunia pendidikan.
Bagaimana Anda menilai kesiapan Anda saat ini, dalam skala 1-10? Apa alasannya?
Saat ini, saya menilai kesiapan saya sekitar 7 dari skala 1-10. Meskipun saya sudah memahami konsep-konsep ini dengan baik, saya masih perlu belajar lebih banyak tentang cara menerapkannya dalam pengajaran.
 Saya membutuhkan lebih banyak pengalaman dalam merancang dan melaksanakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kerangka sosiokultural ini. Selain itu, saya juga ingin meningkatkan keterampilan bekerja sama dengan komunitas lokal dan memahami kebijakan pendidikan yang mendukung pendekatan yang inklusif.
Apa yang perlu Anda persiapkan lebih lanjut untuk bisa menerapkannya dengan optimal?
Untuk meningkatkan kesiapan saya, saya berencana untuk mengikuti pelatihan dan workshop yang fokus pada penerapan perspektif sosiokultural dalam pengajaran. Saya juga ingin bekerja sama dengan guru lain yang sudah berpengalaman dalam menerapkan pendekatan ini, sehingga saya bisa belajar dari mereka.Â
Selain itu, saya akan terus mencari informasi tentang kebijakan pendidikan terbaru dan mengikuti perkembangan di bidang ini agar selalu tahu tentang praktik terbaik dan inovasi dalam pendidikan. Dengan cara ini, saya yakin saya akan lebih siap untuk menerapkan pembelajaran ini dengan baik dan memberikan dampak positif bagi siswa dan lingkungan pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H