Mohon tunggu...
Miela Zain
Miela Zain Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negri KH.Ahmad Siddiq Jember

Hobi saya Travelling dan membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gender dan pendidikan islam

10 Desember 2024   09:45 Diperbarui: 10 Desember 2024   09:00 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

A. Gender dan Pendidikan Islam

1. Pengertian Gender 

gender secara etimologis berasal dari bahasa Latin, "genus," yang berarti "jenis" atau "kelompok." Dalam bahasa Inggris, istilah "gender" sering digunakan untuk membedakan laki-laki dan perempuan. Namun, dalam berbagai disiplin ilmu, "gender" juga mengacu pada perbedaan sosial, budaya, dan pribadi yang timbul akibat perbedaan jenis kelamin. Dengan demikian, "gender" menggambarkan cara seseorang memahami dan mengekspresikan identitas gendernya serta bagaimana masyarakat memandang individu tersebut berdasarkan identitas gender tersebut.

Ideologi gender adalah pandangan yang menetapkan peran ideal untuk perempuan dalam keluarga dan masyarakat. Peran-peran ini kemudian menjadi standar dan menimbulkan stereotip. Ideologi ini cenderung mengarahkan perempuan untuk memiliki sifat feminin, yang dianggap sesuai dengan perempuan, sementara laki-laki merasa aman dengan ideologi ini, dan perempuan sedikit lebih merasa aman. Pandangan mengenai apa yang pantas atau tidak pantas diterapkan tergantung pada budaya masyarakat setempat.

2.Pengertian Pendidikan Islam

Pada dasarnya, pendidikan merupakan proses untuk menyampaikan nilai-nilai budaya guna menyempurnakan perilaku, meningkatkan kedewasaan, dan pemahaman individu. Pendidikan juga membentuk nilai-nilai kepribadian yang luhur dan berkualitas. Sebagai wadah pengembangan potensi individu atau peserta didik, pendidikan berperan dalam meningkatkan keterampilan,Membangun karakter dan menyelaraskan peradaban bangsa yang berwibawa sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan. Tujuan utamanya adalah memupuk potensi peserta didik untuk menjadi pribadi yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berpengetahuan, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

B. Problematika Gender dalam Pendidikan Islam

1. Problematika gender dalam Pendidikan 

Kualitas pendidikan yang buruk juga dipengaruhi oleh adanya diskriminasi gender dalam sektor pendidikan. Kementerian Pendidikan Nasional mengidentifikasi empat aspek utama yang terkait dengan masalah gender di bidang pendidikan, yaitu akses, partisipasi, proses pembelajaran, dan penguasaan.

1. Akses: Terdapat kesulitan dalam mengakses fasilitas pendidikan, terutama untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Di masyarakat tradisional, orang tua cenderung enggan mengirimkan anak perempuan ke sekolah yang jauh karena alasan keamanan, serta karena banyaknya pekerjaan rumah tangga yang diberikan pada anak perempuan.

2. Partisipasi: Dalam budaya tradisional, anak perempuan sering kali kehilangan kesempatan untuk meraih peluang pendidikan formal yang luas. Ketika dana keluarga terbatas, biasanya prioritas diberikan kepada anak laki-laki. Hal ini juga terlihat dalam data partisipasi pendidikan, di mana rata-rata lama sekolah anak perempuan lebih rendah dibandingkan anak laki-laki, serta tingginya angka buta aksara perempuan di usia 15 tahun ke atas.

3. Proses Pembelajaran: Stereotip gender masih muncul dalam materi pelajaran, misalnya dalam contoh soal yang selalu menggunakan nama laki-laki, atau dalam buku pelajaran yang menampilkan jabatan formal seperti camat dan direktur sebagai peran laki-laki.

4. Pemanfaatan dan Penugasan di Indonesia, tingkat buta huruf lebih banyak dialami oleh perempuan. Berdasarkan data BPS tahun 2003, dari total 15.686.161 orang yang tidak dapat membaca dan menulis dengan usia 10 tahun ke atas, sebanyak 67,85 persen di antaranya adalah perempuan.

Kesenjangan Gender dalam Pendidikan

 kesenjangan gender dalam pendidikan disebabkan oleh beberapa faktor utama. Menurut Arief Rahman, seperti dikutip oleh Harum Natasha, faktor-faktor ini antara lain:

1. budaya yang masih memprioritaskan laki-laki. Dalam masyarakat Indonesia, perempuan sering dianggap hanya berperan sebagai ibu rumah tangga, mengurus anak dan keluarga. Meskipun banyak perempuan bersemangat untuk melanjutkan pendidikan, mengubah tradisi ini tidak mudah, terutama di pedesaan, di mana banyak perempuan merasa cukup bersekolah hingga SMA saja.

2. struktur sekolah yang kurang mendukung kesempatan bagi perempuan. Terdapat pandangan di lingkungan sekolah bahwa perempuan tidak perlu menempuh pendidikan terlalu tinggi, yang turut membatasi peluang mereka.

3. lemahnya kebijakan kesetaraan gender. Meskipun kesetaraan gender telah banyak dibicarakan, belum ada cukup kebijakan negara yang mendukungnya, termasuk kebijakan yang membedakan gaji laki-laki dan perempuan di beberapa daerah.

4. manajemen rumah tangga yang belum seimbang, di mana perempuan sering harus mengalah. Mereka biasanya mengutamakan keluarga daripada melanjutkan pendidikan, meskipun sebenarnya mereka masih bisa mengejar pendidikan lebih tinggi, seperti S2 atau S3.

5. kesepakatan dalam pasangan yang sering tidak menguntungkan perempuan. Dalam hubungan pernikahan, kesepakatan sering kali mengharuskan perempuan untuk berperan dalam mengurus rumah tangga. Perempuan yang ingin melanjutkan pendidikan setelah menikah kadang dipandang negatif jika lebih mengutamakan pendidikannya daripada memberi kesempatan bagi suami.

C. Kesetaraan Gender dalam Pendidikan Islam kesetaraan gender merupakan konsep yang muncul dari perbedaan peran serta perlakuan yang diterima oleh perempuan dan laki-laki akibat pengaruh sosial, budaya, dan agama Herien menjelaskan bahwa istilah gender sering digunakan oleh ilmuwan sosial untuk menggambarkan perbedaan karakteristik sosial antara perempuan dan lakilaki, baik yang merupakan hasil konstruksi sosial maupun bagian dari identitas kemanusiaan mereka.

Dalam studi gender, istilah "kesetaraan" lebih sering digunakan karena menekankan pada pembagian yang seimbang dan adil. Herien menyatakan bahwa kesetaraan gender adalah kondisi di mana perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dan seimbang dalam semua aspek kehidupan. Qomariah juga menambahkan bahwa kesetaraan gender adalah konsep di mana perempuan dan laki-laki bebas dari stereotipe, prasangka, dan peran gender yang kaku, sehingga mereka dapat memilih dan mengembangkan potensi mereka secara bebas.

Ajaran Islam menekankan prinsip-prinsip kesetaraan gender yang esensial dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan. Berikut adalah prinsip-prinsip utama kesetaraan gender yang dijelaskan dalam ajaran Islam:

a. Kesamaan dalam Kebangsaan: Islam menegaskan bahwa meskipun laki-laki dan perempuan memiliki peran yang berbeda dalam kehidupan, keduanya memiliki posisi yang setara di hadapan Allah. Tidak ada perbedaan hakiki antara keduanya dalam hal eksistensi dan martabat manusia.

b. Kesetaraan dalam Beribadah: Laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam beribadah kepada Allah. Mereka memiliki kesempatan setara untuk mendekatkan diri kepada-Nya, menunaikan kewajiban agama, dan mendapatkan pahala yang sama.

c. Kesetaraan Moral dan Spiritual: Islam menggarisbawahi bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama bertanggung jawab dalam mengembangkan kualitas moral dan spiritual. Kedua pihak diukur berdasarkan keimanan, kebaikan, ketakwaan, serta kontribusi positif mereka bagi masyarakat.

d. Keadilan dalam Gender: Islam menekankan pentingnya keadilan dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk hubungan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya harus diperlakukan secara adil dan setara dalam berbagai hal, termasuk hukum, pengambilan keputusan dalam keluarga, serta akses terhadap kesempatan ekonomi.

e. Kesetaraan dalam Pendidikan: Islam sangat mendukung pendidikan untuk setiap individu tanpa membedakan jenis kelamin. Perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki untuk mendapatkan pengetahuan, mengakses pendidikan formal, dan mengembangkan potensi intelektual mereka.

Perlu dicatat bahwa prinsip-prinsip kesetaraan gender dalam Islam ini sering kali disalahpahami atau diabaikan dalam praktik budaya dan tradisi yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, penting bagi umat Muslim untuk memahami ajaran Islam yang sebenarnya dan mendukung kesetaraan gender serta melawan ketidakadilan dan diskriminasi yang terjadi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun