A. Gender dan Pendidikan Islam
1. Pengertian GenderÂ
gender secara etimologis berasal dari bahasa Latin, "genus," yang berarti "jenis" atau "kelompok." Dalam bahasa Inggris, istilah "gender" sering digunakan untuk membedakan laki-laki dan perempuan. Namun, dalam berbagai disiplin ilmu, "gender" juga mengacu pada perbedaan sosial, budaya, dan pribadi yang timbul akibat perbedaan jenis kelamin. Dengan demikian, "gender" menggambarkan cara seseorang memahami dan mengekspresikan identitas gendernya serta bagaimana masyarakat memandang individu tersebut berdasarkan identitas gender tersebut.
Ideologi gender adalah pandangan yang menetapkan peran ideal untuk perempuan dalam keluarga dan masyarakat. Peran-peran ini kemudian menjadi standar dan menimbulkan stereotip. Ideologi ini cenderung mengarahkan perempuan untuk memiliki sifat feminin, yang dianggap sesuai dengan perempuan, sementara laki-laki merasa aman dengan ideologi ini, dan perempuan sedikit lebih merasa aman. Pandangan mengenai apa yang pantas atau tidak pantas diterapkan tergantung pada budaya masyarakat setempat.
2.Pengertian Pendidikan Islam
Pada dasarnya, pendidikan merupakan proses untuk menyampaikan nilai-nilai budaya guna menyempurnakan perilaku, meningkatkan kedewasaan, dan pemahaman individu. Pendidikan juga membentuk nilai-nilai kepribadian yang luhur dan berkualitas. Sebagai wadah pengembangan potensi individu atau peserta didik, pendidikan berperan dalam meningkatkan keterampilan,Membangun karakter dan menyelaraskan peradaban bangsa yang berwibawa sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan. Tujuan utamanya adalah memupuk potensi peserta didik untuk menjadi pribadi yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berpengetahuan, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
B. Problematika Gender dalam Pendidikan Islam
1. Problematika gender dalam PendidikanÂ
Kualitas pendidikan yang buruk juga dipengaruhi oleh adanya diskriminasi gender dalam sektor pendidikan. Kementerian Pendidikan Nasional mengidentifikasi empat aspek utama yang terkait dengan masalah gender di bidang pendidikan, yaitu akses, partisipasi, proses pembelajaran, dan penguasaan.
1. Akses: Terdapat kesulitan dalam mengakses fasilitas pendidikan, terutama untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Di masyarakat tradisional, orang tua cenderung enggan mengirimkan anak perempuan ke sekolah yang jauh karena alasan keamanan, serta karena banyaknya pekerjaan rumah tangga yang diberikan pada anak perempuan.
2. Partisipasi: Dalam budaya tradisional, anak perempuan sering kali kehilangan kesempatan untuk meraih peluang pendidikan formal yang luas. Ketika dana keluarga terbatas, biasanya prioritas diberikan kepada anak laki-laki. Hal ini juga terlihat dalam data partisipasi pendidikan, di mana rata-rata lama sekolah anak perempuan lebih rendah dibandingkan anak laki-laki, serta tingginya angka buta aksara perempuan di usia 15 tahun ke atas.