Mohon tunggu...
Ahmad Miftahul Farohi
Ahmad Miftahul Farohi Mohon Tunggu... Lainnya - Hanyalah orang biasa

Pecinta genre misteri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Api dalam Diam

18 Juni 2024   20:14 Diperbarui: 18 Juni 2024   20:35 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi api dalam diam | Sumber: pexels.com

Hari kompetisi tiba lebih cepat dari yang diperkirakan. Rian membawa sebuah kotak besar berisi penemuannya ke panggung presentasi. Saat gilirannya tiba, ia membuka kotak tersebut dan memperkenalkan penemuannya: sebuah alat konversi energi dari sampah plastik.

"Alat ini," ujar Rian dengan suara yang tegas, "dapat mengubah sampah plastik menjadi energi terbarukan. Saya percaya ini bisa menjadi solusi untuk masalah sampah dan energi di masa depan."

Juri dan peserta lain tercengang. Demonstrasi alat tersebut berjalan sempurna. Rian menjelaskan setiap detail dengan kejelasan dan kepercayaan diri yang tak pernah ia tunjukkan sebelumnya.

Di tengah presentasinya, seorang juri bertanya, "Bagaimana cara kerja alat ini, Rian?"

Rian menjelaskan dengan tenang, "Alat ini menggunakan proses pirolisis untuk menguraikan plastik menjadi gas yang kemudian dikondensasi menjadi minyak. Minyak ini kemudian digunakan untuk menghasilkan listrik melalui generator. Ini adalah solusi berkelanjutan yang dapat mengurangi sampah plastik dan menghasilkan energi bersih."

Penonton yang awalnya ragu mulai terpukau dengan penjelasan Rian. Beberapa bahkan berdiri untuk memberikan tepuk tangan sebelum presentasi berakhir.

Ketika pengumuman pemenang diumumkan, nama Rian dipanggil sebagai juara pertama. Sorak sorai memenuhi ruangan, dan untuk pertama kalinya, tepuk tangan itu ditujukan untuknya. Rian merasa seluruh perjuangannya selama ini terbayar lunas.

Setelah upacara pemberian penghargaan, Andi mendekati Rian dengan raut wajah yang berbeda. Tidak ada lagi ejekan di matanya, melainkan rasa hormat yang tulus.

"Aku salah tentangmu, Rian," kata Andi dengan suara rendah. "Aku tidak pernah menyangka kau bisa melakukan sesuatu yang hebat seperti ini."

Rian menatap Andi dan berkata, "Aku tidak mencari balas dendam dengan cara kalian membalas. Aku hanya ingin membuktikan bahwa setiap orang memiliki potensi untuk melakukan hal besar, tidak peduli apa latar belakang mereka."

Andi menundukkan kepala, merasa malu atas perlakuannya selama ini. "Aku minta maaf, Rian. Kau benar. Aku seharusnya tidak meremehkanmu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun