[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Hermanus Yoku menceritakan corak buah-buahan khas sentani."]
Dari pemerintah Kabupaten Jayapura sebelumnya sudah memberikan bantuan beberapa mesin penggiling untuk memudahkan penduduk Kampung Asei untuk menggiling bahan kulit kayu untuk kanvas, tapi hasilnya dirasa kurang memuaskan oleh para pengrajin, ketebalan kanvas kulit kayu kurang tipis jika menggunakan mesin penggiling. Selain itu juga, masyarakat kampung Asei terkendala dengan aliran Listrik Pedesaan (Lisdes) yang hanya 10 jam nyala dari pukul 17:00-03:00, sedihnya lagi sudah sejak 3 bulan lalu listrik di pulau Ohei ini padam dikarenakan mesin pembangkit yang disediakan PLN rusak dan masih terbengkalai sampai saat saya mengunduh tulisan ini.
[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Tempat ini difungsikan sebagai Showroom Rakahomouw untuk para pembeli."]
Lukisan kulit kayu sudah selesai. Biasanya setelah itu, lukisan kulit kayu kemudian di jemurdi bawah sinar matahari agar cat nya mengering. Setelah itu siap dipajang di sebuah rumah yang difungsikan masyarakat kampung Asei sebagai Showroom lukisan kulit kayu. Pemasaran lukisan kayu Hermanus Yoku juga diperluas hingga Sentani kota dan Waena bahkan Jayapura lewat para distributor dari Arso dan Kerom ataupun oleh keluarga nya sendiri.
[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Selesai melukis, Hermanus Yoku menghabiskan waktu di depan Showroom menunggu pembeli."]
Kami menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam untuk memotret, sesekali kami diceritakan tentang masa muda Hermanus Yoku sewaktu tinggal di sisi barat Sentani hingga cerita tentang pertemuannya dengan Arlintje kembang desa di pulau Ohei kemudian memenangkan hati Arlintje karena bakat dan kreatifitasnya, sampai akhirnya menetap di kampung Asei sampai sekarang. Dari situlah baru saya tahu kalau ternyata Hermanus Yoku juga sering di panggil untuk memotret acara-acara besar di kampung Asei, bisa dibilang Fotografer lepas hehe..
Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 10:30, hari menjelang siang dan kita telah selesai meliput dan mendokumentasikan proses Rakahomou, mulai dari pembuatan kanvas kulit kayu hingga dilukis dan di pamerkan di showroom. Saatnya kembali ke Jayapura, sebelumya kami berpamitan dengan keluarga Hermanus Yoku. Kami menjanjikan mereka untuk datang kembali membawa Foto keluarga mereka untuk menjadi hiasan dinding rumahnya yang masih polos tanpa gantungan frame foto satupun. (Michael Aleng)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H