Istri mulai sering ngomel, kalau perlu ngomelnya tiga kali sehari kayak minum obat. Pagi ngomel, siang ngomel, malam ngomel juga. Ia ngomel gegara tidak ada duit untuk belanja buat makan 3 kali sehari. Makan hanya bisa 1 kali sehari, ya mau tidak mau istri jadi punya alasan untuk ngomel 3 kali sehari. Ini tentu masalah. Lalu sang suami menjadi stress berat, karena memang sangatlah susah mencari pekerjaan, apalagi dengan pendidikan yang hanya pas-pasan saja. Berat memang, tetapi kehidupan bukan untuk diratapi namun diperjuangkan. Itulah kenyataan. Tak heran bila banyak yang akhirnya bercerai.
Mempertahankan Keutuhan Keluarga
Lalu bagaimana kita bisa mempertahankan keutuhan rumah tangga kita masing-masing ditengah gempuran berbagai bujuk rayu duniawi yang begitu menggoda? Jawabannya ada dalam kedalaman hati setiap Anda dan saya. Bukankah yang mengerti betul kecintaan Anda terhadap pasangan Anda hanyalah Anda sendiri, dan Tuhan. Bukan orang lain. Bukan psikolog. Bukan siapapun. Jadilah sebagai sosok penentu utama kelangsungan dan kelanggenan hubungan rumahtangga Anda sendiri. Sangat sayang kan bila semua yang sudah Anda bangun dengan keringat dan air mata harus gugur hanya karena masalah-masalah yang mestinya bisa diselesaikan sebijak mungkin.
Buang jauh-jauh ego yang terlalu tinggi yang sering membuat Anda kurang bisa menerima pendapat pasangan Anda. Kurang mampu memberi maaf. Kurang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan keluarga yang sesungguhnya. Ketika masing-masing tak pernah mau saling menerima dan hanya mau mempertahankan ego masing-masing, saya yakin sekali pasangan tersebut tidak akan pernah merasakan kebahagiaan hidup berumahtangga yang sesungguhnya.
Saya banyak belajar dari istri saya dalam banyak hal. Belajar marah. Belajar berkata tegas dan bicara tanpa basa basi. Namun saya juga belajar memaafkan dan tidak mendendam darinya. Belajar memberi tanpa pamrih dan menerima tanpa berharap. Belajar berkompromi dan mengalah.
Tidak ada yang sempurna. Karena memang nobody is perfect, maka kita butuh saling melengkapi dan menggenapi. Lalu kita sama-sama belajar untuk saling mengisi kekurangan masing-masing. Jangan obral kekurangan istri ke media sosial, jangan pula kelemahan suami diobral ke media sosial, sebab kalau diobral itu bisa bahaya! Hari-hari ini betapa banyak kita saksikan masalah isi perut rumah tangga diobral murah di ‘pasar’ media sosial, menjadi tontonan publik yang amat memalukan. Sungguh. Bagaimana mungkin orang yang menjadi belahan jiwamu dan akan selalu bersamamu sampai maut memisahkan, justru Anda jual menjadi bahan tertawaan dan hinaan orang lain?
Jadi kunci utama selalu ada dalam gemnggaman tangan Anda sendiri, dan pasangan Anda, bukan di tangan orang lain. Sederhananya, keutuhan rumahtangga Anda ada dalam genggaman tangan Anda. Misalnya saja, tidak mungkin ada orang ketiga kan jikalau pintu tetap terkunci dan kuncinya tidak Anda berikan ke siapapun yang berpotensi jadi orang ketiga? Kunci itu hanya dipegang oleh Anda dan pasangan Anda.
Kambing Hitam Dalam Keluarga
Ini juga sering menjadi pemicu perceraian. Memang sih Anda itu tidak pelihara kambing di halaman rumah Anda, apalagi yang warna hitam. Kalau makan sate kambing atau gulai kambing mungkin sering. Tetapi percayalah bahwa ‘kambing hitam’ sering kita hadirkan dalam rumah tangga kita tanpa kita sadari. Serius.
Ada kisah seorang suami yang menjadi karyawan sebuah perusahaan swasta. Suatu ketika ia dimarahi oleh oleh atasannya di kantor. Ia jengkel luar biasa dan tidak senang dimarahi namun tak bisa melawan karena ia hanya karyawan biasa. Rasa jengkelnya itu dipendam. Setibanya di rumah seperti biasanya ia langsung menuju meja makan, lapar soalnya. Namun siapa nyana, dilihatnya yang ada di meja makan hanyalah telor dadar dan ikan goreng sepotong saja. Murkalah dia, dan marah-marah terus selama beberapa menit. “Kenapa hanya ini yang kamu masak, ha!?” Ia membentak istrinya.
Istrinya menjadi heran karena biasanya juga kalo belum sempat belanja dan hanya ada telor sama ikan goreng suaminya biasa saja, bahkan tersenyum menenangkan, kok kali ini marah-marah gak karuan seperti itu. Istrinya jengkel namun tak bisa melawan. Namun lalu kemudian istrinya marah-marah ke anaknya yang baru pulang sekolah entah karena hal apa. Ia melampiaskan rasa jengkelnya ke anaknya.