Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agama, Atheisme, Menghadirkan Sorga

5 Agustus 2016   18:19 Diperbarui: 5 Agustus 2016   19:17 2183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agama ada tidak hanya ada untuk ‘mengantar’ supaya manusia bisa mencapai sorga. Tujuan mulia membawa manusia menuju sorga memang harus terus diperjuangkan dan diupayakan oleh setiap agama dan pemeluk keyakinan. Mustahil agama meniadakan hal satu itu. Tetapi menurut saya ada hal lain yang tak kalah penting, yaitu menghadirkan sorga KINI dan DI SINI, tidak mesti tunggu sampai nanti. Jangan tunggu sampai kita sudah mati. Menurut saya, yang mesti diperjuangkan secara bersama-sama oleh setiap pemeluk agama yang ada di muka bumi ini, yaitu bergandengan tangan menghadirkan sorga di muka bumi ini secara bersama-sama. 

Menghadirkan sorga perdamaian. Menghadirkan sorga kesetaraan. Memunculkan sorga keadilan, sorga kemanusiaan dan yang lainnya. Sorga yang dapat dinikmati oleh semua orang, baik itu miskin atau kaya, orang terpinggirkan, anak-anak yatim di daerah terpencil, kuli bangunan, penjual koran, tukang sol sepatu pinggir jalan, tukang sayur, tukang roti, buruh nelayan, dan semuanya. Siapa saja. Sorga yang melintasi batas daerah, batas profesi, batas ras, batas agama, dan batas usia. Semua yang acap kali mudah tergesek dan lalu tersulut memunculkan letupan ‘api’ neraka lantas perlahan tergantikan oleh hadirnya sorga yang penuh gegap gempita, yang dihadirkan secara tulus oleh masing-masing agama secara bersama. Perlu bekerja secara bersama demi mewujudkan itu semua. 

Kehadiran agama-agama mestinya mengubah ‘neraka’ di muka bumi ini menjadi sorga bagi mereka yang tinggal di bumi yang sama itu. Hanya dengan cara ini agama lalu kemudian dimuliakan, dan dengan begitu keberadaan Tuhan ikut dimuliakan setinggi-tingginya. Hanya dengan itu pula, sikap orang beragama akan mendapat nilai positif dari siapa saja, termasuk dari kaum atheis sekalipun.

Sebab kalau tidak, maka ungkapan-ungkapan, “Untuk apa kita beragama...?”, “Untuk apa kita percaya Tuhan?...” akan terus menerus bermunculan. Karena mengapa? Oleh karena sikap dan prilaku mereka yang mengaku orang beragama, yang mengaku percaya Tuhan yang Maha Mulia, akan turut menentukan ‘nilai’ penting agama yang mereka anut tersebut. Mereka akan menjadi cerminan atau 'surat terbuka' agama yang mereka anut. Apalagi kalau tindak tanduk yang sama sekali tak mencerminkan teladan yang diajarkan agama terus menerus dilakukan oleh orang-orang beragama, lalu disaksikan orang yang tak beragama, ini jelas menjadi salah satu poin yang memerosotkan nilai agama di mata para atheis tersebut.

Atheis teodisi percaya bahwa dunia ini tidak dapat dicocokkan dengan sifat-sifat yang terdapat pada Tuhan dan dewa-dewi sebagaimana yang diberikan atau diajarkan oleh para pemuka dan tokoh-tokoh agama. Mereka berargumen bahwa kemahatahuan, kemahakuasaan, dan kemahabelaskasihanan Tuhan tidaklah cocok dengan dunia yang penuh dengan kejahatan serta penderitaan, dan keberadaan Tuhan yang penuh belas kasih itu sama sekali tidak dapat dilihat oleh banyak orang. Argumen yang sama seperti itu juga diberikan oleh Siddhartha Gautama, sang pendiri Agama Buddha.

Pemeluk agama harus mampu menunjukkan bahwa dengan beragama maka ia menjadi pribadi yang lebih baik. Pribadi yang lebih bersahabat. Pribadi yang lebih manusiawi, lebih adil, lebih bertanggungjawab, lebih ini dan itu. Bahwa memeluk agama ternyata tidaklah sia-sia. Jangan sampai, justru karena sikap kita sebagai pemeluk agama yang jauh dari sorga, yang selalu menjadi neraka bagi sesamanya, menjadikan orang-orang lain menjauhi agamanya. Mereka akhirnya jatuh cinta untuk menjadi atheis ketimbang menjadi pemeluk agama tertentu. Dan yang atheis semakin membusungkan diri bahwa pilihan mereka menjadi atheis sudah sangat tepat.

Lalu, menurut Anda, apa sebetulnya peran agama? Masing-masing tentu punya pendapatnya sendiri-sendiri. 

Sebagaimana orang beragama punya hak untuk hidup, maka semua mahluk lainnya juga tentu punya hak yang sama untuk hidup. ---Michael sendow---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun