Kita perlu bersyukur ada sinergitas kerja antara presiden dan kementeriannya. Bu Susi ‘menghantam’ para pencuri ikan, sehingga kekayaan perikanan kita tidak dicuri semena-mena. Lalu Presiden kuat dalam menyiapkan infrastruktur. Mantap sudah.
Hal lain lagi mengenai infrastruktur yang belum mumpuni. Keterbatasan supply listrik. Contoh, di Manado (kota –bukan kampung- halaman saya) banyak warga masyarakat berteriak-teriak hampir tiap hari. Kenapa? Karena rupanya pemadaman listrik di sana sudah ‘kronis’. Sampai-sampai PLN dijuluki Perusahaan Lilin Negara. Bagaimana bisnis bisa berkembang kalau listrik sering padam tak kenal lelah dan tak tahu malu seperti itu?
Hal seperti ini terjadi di banyak tempat di negeri ini. Kendatipun di Indonesia melimpah sumber-sumber energi, namun toh tetap saja kita masih terkendala oleh adanya masalah-masalah internal yang menyebabkan kita kurang berkembang, keterbatasan finansial, kualitas sumber daya manusia, termasuk korupsi.
PLN sebagai satu-satunya perusahaan yang menyuplai listrik ke seluruh Indonesia masilah sangat bergantung pada subsidi pemerintah. Kenapa harus disubsidi? Ya tentu saja oleh karena biaya-biaya produksi jauh lebih tinggi dibanding harga jual resmi. Ini kan artinya PLN ‘kehilangan’ duit untuk setiap kWh listrik yang mereka jual, bilamana tidak disubsidi pemerintah dengan angka yang sangat besar itu.
Pembangunan Infrasturktur di Indonesia dan Mimpi Menjadi Bangsa yang Besar
Pemerintah kita tentu sudah sangat menyadari betul betapa pentingnya membangun dan mempersiapkan infrastruktur. Makanya waktu itu ada perhitungan bahwa Indonesia butuh sekitar USD 450 billion untuk semua program pengembangan infrastruktur yang sudah direncanakan pemerintah selama periode 2015-2019. Tetapi, pemerintah hanya bisa menggelontorkan anggaran 50% yaitu sekitar USD 230 billion saja. Nah, untuk sisanya diperoleh dari sektor swasta 30%, dan 20% dari BUMN.
Sebetulnya sejak jamannya Presiden SBY, pemerintah mahfum betul tentang pentingnya pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia, demi menekan biaya logistik serta biaya-biaya lainnya, mendorong terciptanya iklim usaha yang atraktif, sehat, dan kompetitif. Makanya waktu itu munculah apa yang disebut sebagai Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (Masterplan for Acceleration and Expansion of Indonesia's Economic Development) atau disingkat dengan MP3EI. Dengan tujuan utama jangka panjangnya yang amat mulia: Menjadikan Indonesia negara dengan perekonomian terbesar di dunia pada tahun 2025.Untuk mencapai itu langkah awalnya apa? Bangun dan persiapkan infrastruktur sebaik mungkin!
Kita sebetulnya bisa menjadi bangsa yang besar, bermimpi besar, dengan tentu juga berpikir besar, lalu kerja besar. Satu lagi, jangan lupa untuk investasi besar membangun infrastruktur.
Maka, pertanyaan kembali menyeruak muncul: Apakah program pemerintah menambah 35,000 MW supply listrik. Membangun tambahan 1000 kilometer jalan toll. Lalu kemudian membuat 3258 kilometer rel kereta api, serta menyiapkan 15 airport baru dan 24 pelabuhan baru, serta lain sebagainya itu adalah kesia-siaan belaka? Menurut Anda? ---Michael Sendow---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H