Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bahasa Tubuh yang 'Aduhai'

16 Februari 2016   16:18 Diperbarui: 18 Februari 2016   18:40 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="The power of body language para politisi (Pic Source: www.languagetrainers.com)"][/caption]Tahukah Anda bahwa ada bahasa tanpa suara yang universal dan sebetulnya sudah dipergunakan manusia sejak jaman dahulu kala, sadar atau tidak. Cara komunikasi seperti itu dikenal dengan sebuatan “Non-Verbal Language” atau “Non-verbal communication” juga “Non-verbal behaviour”. Kita memakai bahasa tubuh.

Charlie Chaplin dan beberapa pentolan film bisu (silent movie) adalah pelopor maraknya penggunaan cara komunikasi seperti itu. Kemampuan berkomunikasi non verbal bisa karena dilatih, dan tentu ada juga yang pembawaan sejak lahir. Secara genetik memang sudah ada dalam diri kita. Masa kini, selain non verbal communication yaitu lewat gesture atau bahasa tubuh, ada juga yang menggunakan bahasa telepati (sangat jarang), tanpa suara dan tanpa gerakan.

Studi yang mempelajari tentang body language saat ini terus berlembang. Sejarah mencatat nama Charles Darwin sebagai ‘pelopor’ pembelajaran bahasa tubuh, lewat bukunya yang berjudul The Expression of the Emotions in Man and Animals tahun terbit 1872. Buku ini telah mendorong banyak pihak melakukan studi intensif mengenai bahasa tubuh.

Bertahun-tahun setelah itu, para peneliti yang mempelajari tentang ekspresi wajah dan bahasa tubuh mencatat bahwa ada hampir satu juta nonverbal cues dan signal yang dapat didata dan dipelajari ulang. Professor Birdwhistell mengestimasi bahwa jumlah komunikasi non verbal yang manusia lakukan sesungguhnya lebih banyak daripada komunikasi verbal kita.

Bahasa tubuh, kadang menyiratkan pesan yang amat kuat kepada lawan bicara, atau kepada siapapun yang kepadanya bahasa itu ditujukan. Sebagai contoh sederhana, seorang wanita, dengan bahasa tubuh dan tatapan matanya saja, tanpa perlu membuka mulutnya, ia itu sudah dapat mengirim pesan tertentu atau bisa berupa sebuah pandangan ‘look to kill’, yang sontak membuat laki-laki manapun yang sekiranya coba-coba mengganggunya akan paham segera apa yang diinginkan wanita tersebut.

Begitu juga dengan para suami, coba Anda perhatikan bahasa tubuh, tatapan mata, kerlingan mata, pelototan sang istri, atau bahasa tubuh lainnya yang ia tampilkan, maka kita lalu tiba-tiba saja langsung mahfum apa maunya dia, padahal belum sepatah katapun keluar dari mulutnya. Katam berbahasa tubuh menjadikan komunikasi lebih efektif dan efisien hahaha.

Terlepas dari bangsa atau pun budaya mana Anda berasal, maka orang yang terlatih akan dapat mengartikan apa yang hendak Anda katakan lewat gerakan, mimik wajah, bahkan juga dari nada serta intonasi bicara Anda. Orang-orang ini juga belajar bagaimana mencari tahu bahasa apa yang digunakan seseorang hanya dengan melihat gaya dan gerak geriknya. Luar biasa bukan? Professor Birdwhistell adalah salah satu di antaranya.

Banyak ahli berpendapat bahwa manusia adalah ‘modern animal’. Atau lebih ekstrim lagi manusia adalah ‘biologically animals’. Saya tidak hendak membahas dan berdebat tentang teori Darwin. Bagi saya itu sudah tuntas terjawab lewat perkembangan teknologi dan penemuan sejarah. Hanya saja, yang begitu menarik adalah bahwa kadang kala manusia bertingkah lebih binatang dari binatang itu sendiri. Ini aneh tapi nyata. Benarkah bahwa Homo sapiens is a species of primate? Paling nggak, ya persamaan prilakunya? Mudah-mudahan tidak. Tetapi ada beberapa dasar bahasa tubuh yang berlaku bagi primata berlaku juga bagi manusia.

Ada yang menarik lainnya, bahwa sama seperti spesies lainnya, kita juga sebetulnya didominasi oleh apa yang disebutkan sebagai “biological rules”. Nah, ini tentu melakukan kontrol terhadap banyak hal, antara lain terhadap aksi dan reaksi, bahasa tubuh, serta gerak gerik kita. Bahasa tubuh tidab bisa bohong. Pemain sandiwara atau film memang bisa saja mengakali dan memalsukan bahasa tubuh. Gerakan bahasa tubuh kita sudah terkontrol otomatis oleh biological rules tadi itu.

Misalnya untuk menutupi sesuatu. Ya, sebagai manusia, apalagi yang sudah terlatih maka ia tahu betul untuk memunculkan mimik, bahasa tubuh, dan sikap tubuh yang sebetulnya berlainan dengan apa yang sementara ia katakan atau ia pikirkan. Tapi itu untuk sementara waktu saja, tidak permanen. Siapa sih yang bisa berbohong terus terusan di sepanjang waktu? Dengan bahasa sederhana ia bisa saja pandai berbohong dan menutupi kebohongannya itu. Tetapi tidak banyak orang yang dapat melakukan hal itu.

Bertahun-tahun saya belajar dan bekerja yang mengharuskan saya bisa menilai, membaca bahasa tubuh dan gerak gerik orang. Dari sekian banyak orang yang pernah saya interview, melatih saya untuk bisa segera tahu apakah orang itu sedang gugup, berbohong, atau tidak siap secara mental. Banyak juga yang saya temui orang-orang yang sangat gusar ketika diwawancarai. Pernah saya nongkrong di stasiun kereta di 34th Street Manhattan hanya untuk mempelajari bahasa tubuh orang-orang yang lalu lalang di situ. Mungkin akan saya ulas dalam tulisan lain. Belajar bahasa tubuh memang asyik.

Dapatkah Kita membaca Bahasa Tubuh Seseorang?

Untuk belajar membaca bahasa tubuh sangatlah menarik. Apalagi ketika Anda mengamati ketika ada politisi yang sementara berpidato, anggota dewan yang membual dengan menawarkan janji-janji muluk. Mereka boleh bicara apa saja, tetapi bahasa tubuh tidak akan bohong. Evidence never lies. Bahasa tubuh adalah evidence-nya. Ini juga bisa diulas secara tersendiri.

Secara teknis, seseorang yang mahir membaca gerakan dan bahasa tubuh berarti orang itu juga punya kelebihan lain yaitu firasat dan intuisi yang peka. Ditambah lagi dengan belajar dan latihan sungguh-sungguh maka akan sangat mudah membaca maksud seseorang hanya dengan melihat gerak gerik dan bahasa tubuh orang tersebut.

Dengan kata lain juga, ketika orang yang terlatih ini ngomong umpamanya begini I have a ‘hunch’ atau juga ‘gut feeling’ bahwa menurutnya seseorang yang berbicara itu sementara berbohong. Hal itu tentu saja tidak semata-mata ‘asal bunyi’ akan tetapi oleh karena ia juga sudah memastikannya dengan melihat gerak-gerik serta bahasa tubuh dari orang dimaksud tersebut.

Ada contoh lain. Seorang pembicara terkenal sementara menyampaikan pidatonya, dengan berapi-api, ia menyampaikan pendapat-pendapatnya yang brilian. Lalu kemudian ia melihat ada beberapa audiens yang gaya duduknya berbeda. Mereka itu duduk nyandar tegak ke kursinya, dagu sedikit turun dan tangan disilangkan di depan dada, pandangan mata tajam jarang berkedip. Pembicara ini langsung mendapat feeling dan intuisinya mengingatkan dirinya bahwa audiens ini rupanya tidak suka dengan cara penyampaian atau materinya. Oleh karenanya, ia lalu mempersiapkan pendekatan lain untuk orang-orang tersebut, sebelum mereka benar-benar muak dan meninggalkan ruangan seminar.

Pembicara yang baik adalah mereka yang mampu membaca bahasa tubuh dan gerak-gerik audiens. Pernakah Anda mendengar orang batuk-batuk bila ada pidato yang sudah kepanjangan? Atau audiens yang tiba-tiba berisik, garuk sana garuk sini, menjatuhkan barang-barang supaya menarik perhatian orang? Tahu artinya apa? Pembicara yang tidak peka tentu akan hantam terus sikat terus, yang penting ngoceh bleh, kan gitu. Hahaha...

Biasanya sih wanita itu punya kepekaan dan intuisi melebihi laki-laki. Inilah yang disebut sebagai ‘women’s intuition’. Wanita punya kemampuan bawaan (innate ability) untuk membaca dan mengerti bahasa tanpa suara atau non-verbal signals lawan bicaranya. Mereka juga punya mata yang tajam dan akurat untuk hal-hal kecil yang biasanya kaum pria lewatkan begitu saja. Inilah mungkin sebabnya kenapa hanya sedikit suami yang bisa berbohong kepada istrinya dengan sukses hahahaha.......Kebanyakan perempuan dapat membuka apa yang ditutup-tutupi seorang pria begitu rapat, kendatipun pria tersebut tidak pernah membukanya sama sekali.

Saya pernah mempelajari sebuah kasus istri yang amat sangat ‘protective’ yang diceritakan ke saya sebagai bahan interview. Begini ceritanya. Istri ini sangat tahu apa-apa saja yang diperbuat suaminya, apa yang disembunyikan, dan pada saat mana suaminya berkata bohong. Intuisi dan feeling-nya sangat kuat. Pernah suatu kali suaminya pulang kerja, capek dan kusut. Badan letih lesu tak bergairah. Kata sang suami dia itu lembur karena dipaksa kerja sama boss besar.

“Lihat saja ma, kemeja saya sampe keringetan kayak gini...” Dengan tenang sang istri berkata, “Oke, sekarang buka celanamu!”. Nah lho, ada apa. Ternyata si istri dengan kepekaan tingkat dewa 'mencium' sesuatu. Ia lantas kemudian mencium celana sang suami, lalu dengan garang ia berkata, “Kenapa celananya bau sabun mandi haaaa?!”. “Masak mandi di kantor?” Jadi hal-hal kecil seperti ini rupanya tak luput dari perhatian juga.

Bisa jadi wanita lebih peka intuisinya dan kepekaannya membaca bahasa tubuh seseorang juga adalah oleh karena mereka itu sudah terbiasa membesarkan dan merawat anak sejak masih bayi. Untuk tehaun-tahun pertama, sang ibu dengan penuh kasih merawat dan mengerti apa maunya bayi tersebut tanpa perlu bayi itu berbicara satu kata pun. Mereka berdua berkomunikasi dan bergantung penuh pada interaksi non-verbal semata.

Maka kini, ada pendapat umum juga yang akhirnya secara tak tertulis membenarkan bahwa sering kali wanita adalah negotiator yang lebih tanggap dan lekas mengerti (perceptive) dibanding pria.

Bahasa Tubuh Bawaan atau Karena Dipelajari?

Banyak studi yang dilakukan demi mencari tahu apakah non-verbal signals ini adalah bawaan sejak lahir, yakni karena dipelajari, atau karena faktor genetik. Perdebatan terjadi, ada yang mengatakan bahwa itu semua adalah oleh karena dipelajari dan ditiru orang ke orang. Ada yang bilang karena bawaan. Namun juga ada yang meyakini bahwa itu adalah faktor genetik. Saya termasuk yang percaya bahwa non-verbal signals yang dimiliki setiap orang adalah gabungan ketiganya. Ada yang oleh karena mencontoh prilaku dan bahasa tubuh orang lain, ada juga yang bawaan sejak lahir.

Fakta-fakta ditemukan lewat observasi mendetail terhadap beberapa orang buta dan atau tuli. Mereka-mereka yang tidak dapat belajar non-verbal signal, atau tidak dapat meniru dari siapapun lewat alat penglihatan dan pendengaran mereka. Hasilnya sungguh menakjubkan, setelah diperbandingkan dengan berbagai macam latar belakang budaya di banyak negara, ternyata ada banyak gesture (gerak gerik atau sikap tubuh) yang berlaku universal yang dilakukan oleh orang-orang yang belum pernah saling ketemu satu sama lain.

Kesimpulan dari studi ini mengindikasikan ada beberapa gerak-gerik, sikap tubuh (gesture) yang masuk secara sempurna pada kategori masing-masing (yang diteliti). Umpamanya saja, semua bayi yang baru lahir, termasuk bayi monyet, langsung mempunyai kemampuan mengisap. Ini bawaan lahir atau genetik tentu saja. Seorang ilmuwan asal Jerman, Eibl-Eibesfeldt menemukan bahwa ekspresi senyum (smiling expressions) dari anak yang terlahir buta atau tuli itu muncul dengan sendirinya, tidak karena dilatih. Ini adalah bawaan atau genetik.

Menangis juga adalah bahasa tubuh bawaan lahir. Peneliti Ekman, Friesen dan Sorenson juga mendukung teori tentang inborn gestures tatkala mereka melakukan penelitian ekspresi wajah (facial expressions/gestures) orang-orang dari lima bangsa dengan budaya berbeda-beda. Mereka menemukan bahwa setiap budaya tersebut menggunakan dasar ekspresi wajah yang sama untuk menunjukkan suatu bentuk emosi. Hasil inilah yang membuat mereka berkesimpulan bahwa gesture yang diteliti tersebut adalah bawaan sejak lahir.

Ketika Anda melipat silangkan tangan di depan dada, apakah Anda melipat tangan kanan di atas tangan kiri atau sebaliknya? Kebanyakan orang tidak yakin sebelum mempraktikkannya secara langsung. Ketika seseorang sudah merasa ‘nyaman’ salah satu di antara itu maka akan susah untuk mengubahnya. Beberapa peneliti menyebutkan gaya itu pun sebetulnya sudah bawaan. Terjadi secara spontan.

[caption caption="Bahasa tubuh (Pic Source: dorayangtersakiti blogspot)"]

[/caption]Ada beberapa gesture yang masih diperdebatkan apakah itu memang bawaan atau karena sesuatu yang kita pelajari atau contohi hingga lalu kemudian itu menjadi kebiasaan yang membudaya. Sebagai contoh, kebanyakan laki-laki memakai jaket atau jas dengan memasukkan tangan kanan terlebih dahulu, sementara itu kebanyakan wanita memasukkan tangan kiri terlebih dahulu. Atau juga ketika laki-laki berpapasan dengan wanita di jalan, sang lelaki akan memutar badannya atau kepalanya untuk menengok wanita yang lewat itu, sementara si wanita akan justru menjauh. Apakah ini karena melihat contoh atau memang kebiasaan ini sudah merupakaan bawaan? Ada beberapa dasar non-verbal language (non-verbal behaviour) yang tentu saja diperoleh karena belajar dan melihat contoh.

Ada begitu banyak gerakan bahasa tubuh dasar yang berlaku sama di berbagai belahan dunia ini. Dimengerti secara universal. Dipahami secara bersama. Ketika seseorang bahagia ia akan tersenyum. Ketika mereka sedih atau marah, maka mimik cemberut atau murung yang tertampilkan. Mengangguk sudah dimaklumi di hampir semua tempat sebagai tanda setuju, ‘oke’. Tanda ini katanya juga dilakukan oleh orang buta dan tuli sejak lahir, berarti mengangguk tanda setuju bukan karena dipelajari melainkan kebiasaan bawaan.

Menggeleng kepala ke kiri dan ke kanan adalah tanda tidak setuju, penolakan atau “NO”. Ini juga berlaku universal, dan bahkan sudah dikenal sejak kita bayi. Ketika seorang bayi telah minum cukup susu maka ia lalu kemudian akan menggeleng kepalanya dari satu sisi ke sisi yang lain sebagai tanda menolak. Ketika seorang anak kecil sudah makan cukup kenyang, maka ia akan menggeleng kepalanya kiri ke kanan dan kanan ke kiri sebagai tanda menolak suapan nasi dari orang tuanya. Lalu pembelajaran itu terus berlanjut, anak yang beranjak dewasa akan memakai gelengan kepala ketika menolak atau hendak mengatakan tidak pada suatu tawaran.

[caption caption="Bahasa tubuh "I don't know" ({ic Source" www.dreamtime.com)"]

[/caption]Bahu yang terangkat juga adalah contoh bahasa tubuh universal menandakan bahwa seseorang itu hendak menunjukkan ketidaktahuannya. Saat ini dikombinasi dengan telapak tangan yang terbuka ke depan. Orang sering melakukan tiga kombinasi yakni mengangkat bahu, telapak tangan terbuka ke depan, serta alis yang terangkat sebagai bentuk ungkapan “I don’t know”, atau “I don’t understand”. Masih banyak contoh lainnya. Bahasa tubuh memang sangat 'aduhai' untuk dipelajari.

Itulah sekilas tulisan ringan saya tentang bahasa tubuh, dan nantikan tulisan berikutnya dimana saya akan membahas tentang bahasa tubuh tertentu yang ternyata artinya sangat berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Justru dengan memakai bahasa yang kita anggap “oke” itu, eeeeh ternyata tidak oke di tempat lain. Kali lain akan saya tulis. Salam hangat. ---Michael Sendow---

#BahasaTubuh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun