Dapatkah Kita membaca Bahasa Tubuh Seseorang?
Untuk belajar membaca bahasa tubuh sangatlah menarik. Apalagi ketika Anda mengamati ketika ada politisi yang sementara berpidato, anggota dewan yang membual dengan menawarkan janji-janji muluk. Mereka boleh bicara apa saja, tetapi bahasa tubuh tidak akan bohong. Evidence never lies. Bahasa tubuh adalah evidence-nya. Ini juga bisa diulas secara tersendiri.
Secara teknis, seseorang yang mahir membaca gerakan dan bahasa tubuh berarti orang itu juga punya kelebihan lain yaitu firasat dan intuisi yang peka. Ditambah lagi dengan belajar dan latihan sungguh-sungguh maka akan sangat mudah membaca maksud seseorang hanya dengan melihat gerak gerik dan bahasa tubuh orang tersebut.
Dengan kata lain juga, ketika orang yang terlatih ini ngomong umpamanya begini I have a ‘hunch’ atau juga ‘gut feeling’ bahwa menurutnya seseorang yang berbicara itu sementara berbohong. Hal itu tentu saja tidak semata-mata ‘asal bunyi’ akan tetapi oleh karena ia juga sudah memastikannya dengan melihat gerak-gerik serta bahasa tubuh dari orang dimaksud tersebut.
Ada contoh lain. Seorang pembicara terkenal sementara menyampaikan pidatonya, dengan berapi-api, ia menyampaikan pendapat-pendapatnya yang brilian. Lalu kemudian ia melihat ada beberapa audiens yang gaya duduknya berbeda. Mereka itu duduk nyandar tegak ke kursinya, dagu sedikit turun dan tangan disilangkan di depan dada, pandangan mata tajam jarang berkedip. Pembicara ini langsung mendapat feeling dan intuisinya mengingatkan dirinya bahwa audiens ini rupanya tidak suka dengan cara penyampaian atau materinya. Oleh karenanya, ia lalu mempersiapkan pendekatan lain untuk orang-orang tersebut, sebelum mereka benar-benar muak dan meninggalkan ruangan seminar.
Pembicara yang baik adalah mereka yang mampu membaca bahasa tubuh dan gerak-gerik audiens. Pernakah Anda mendengar orang batuk-batuk bila ada pidato yang sudah kepanjangan? Atau audiens yang tiba-tiba berisik, garuk sana garuk sini, menjatuhkan barang-barang supaya menarik perhatian orang? Tahu artinya apa? Pembicara yang tidak peka tentu akan hantam terus sikat terus, yang penting ngoceh bleh, kan gitu. Hahaha...
Biasanya sih wanita itu punya kepekaan dan intuisi melebihi laki-laki. Inilah yang disebut sebagai ‘women’s intuition’. Wanita punya kemampuan bawaan (innate ability) untuk membaca dan mengerti bahasa tanpa suara atau non-verbal signals lawan bicaranya. Mereka juga punya mata yang tajam dan akurat untuk hal-hal kecil yang biasanya kaum pria lewatkan begitu saja. Inilah mungkin sebabnya kenapa hanya sedikit suami yang bisa berbohong kepada istrinya dengan sukses hahahaha.......Kebanyakan perempuan dapat membuka apa yang ditutup-tutupi seorang pria begitu rapat, kendatipun pria tersebut tidak pernah membukanya sama sekali.
Saya pernah mempelajari sebuah kasus istri yang amat sangat ‘protective’ yang diceritakan ke saya sebagai bahan interview. Begini ceritanya. Istri ini sangat tahu apa-apa saja yang diperbuat suaminya, apa yang disembunyikan, dan pada saat mana suaminya berkata bohong. Intuisi dan feeling-nya sangat kuat. Pernah suatu kali suaminya pulang kerja, capek dan kusut. Badan letih lesu tak bergairah. Kata sang suami dia itu lembur karena dipaksa kerja sama boss besar.
“Lihat saja ma, kemeja saya sampe keringetan kayak gini...” Dengan tenang sang istri berkata, “Oke, sekarang buka celanamu!”. Nah lho, ada apa. Ternyata si istri dengan kepekaan tingkat dewa 'mencium' sesuatu. Ia lantas kemudian mencium celana sang suami, lalu dengan garang ia berkata, “Kenapa celananya bau sabun mandi haaaa?!”. “Masak mandi di kantor?” Jadi hal-hal kecil seperti ini rupanya tak luput dari perhatian juga.
Bisa jadi wanita lebih peka intuisinya dan kepekaannya membaca bahasa tubuh seseorang juga adalah oleh karena mereka itu sudah terbiasa membesarkan dan merawat anak sejak masih bayi. Untuk tehaun-tahun pertama, sang ibu dengan penuh kasih merawat dan mengerti apa maunya bayi tersebut tanpa perlu bayi itu berbicara satu kata pun. Mereka berdua berkomunikasi dan bergantung penuh pada interaksi non-verbal semata.
Maka kini, ada pendapat umum juga yang akhirnya secara tak tertulis membenarkan bahwa sering kali wanita adalah negotiator yang lebih tanggap dan lekas mengerti (perceptive) dibanding pria.