Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Toar dan Lumimuut, Keturunan Pertama di Tanah Minahasa (III)

15 Oktober 2015   17:30 Diperbarui: 16 Oktober 2015   10:29 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Patung Toar - Lumimuut ada dimana-mana. Ini diambil di Taman Wisata "Toar Lumimuut" di kampung saya di Sonder, Minahasa"][/caption]Pengantar: Ini adalah tuturan sebuah legenda di tanah Minahasa, yaitu Toar dan Lumimuut, manusia-manusia pertama di tanah Minahasa. Legenda ini, coba saya tuliskan kembali menurut versi, imaginasi, dan gaya saya. Karena panjang, maka tulisan ini akan tersajikan bersambung. Selamat menikmati sajian dari tanah Minahasa ini. (Namanya legenda ya tetaplah legenda. Jangan ada yang lantas mengatakan bahwa kisah ini benar-benar terjadi. Namun legenda adalah warisan budaya yang mesti juga kita hormati.) BAGIAN I silakan BACA DI SINI dan BAGIAN II BACA DI SINI

***

Toar kemudian tumbuh menjadi anak laki-laki yang pintar dan perkasa (tuama). Ia hidup dan bergaul dengan banyak binatang liar di sekitar hutan Wulur Mahatus. Ia sangat terampil dalam berburu, dan bahkan oleh ibunya sendiri ia dijuluki ‘raja hutan’ oleh karena ia dapat menaklukkan dengan mudah hewan-hewan seperti anoa, babi rusa, ular, kera, dan hewan lainnya yang hidup berdampingan di pegunungan itu.

Karema juga menurunkan semua kepintaran dan pengetahuan yang dimilikinya kepada Toar cucunya itu. Ia mengajarkan tentang adat dan kepercayaan pada Sang Empung. Ia juga mengajarkan Toar tentang pengobatan tradisional memanfaatkan tumbuhan alam dan dari hasil-hasil laut. Karema juga membentuk karakter cucunya itu untuk menjadi seorang pemimpin ksatria yang tak mengenal takut.

Semakin hari Toar semakin bertambah dewasa, ia tumbuh menjadi lelaki kuat dan pintar serta tangguh. Dalam kesehariannya Toar selalu berbakti kepada ibunya, dan juga neneknya. Setiap pagi ia pergi masuk hutan untuk berburu. Ia juga pergi ke laut untuk mencari tangkapan ikan. Ia lalu secara perlahan mampu juga mendirikan rumah untuk ditinggali mereka bertiga, dengan menggunakan batang-batang pohon, bambu, dan daun kelapa, serta semua apapun yang dapat ditemuinya di hutan. Setelah rumah buatannya jadi, mereka bertiga pindah dan tidak lagi tinggal di dalam goa.

Dengan kehadiran Toar, kelangsungan hidup Lumimuut dan Karema menjadi lebih baik dan terjamin. Toar selalu ada saat dibutuhkan. Ia memang benar-benar telah menjadi lelaki dewasa yang dapat selalu diandalkan. Kebahagian Karema dan Lumimuut semakin bertambah-tambah. Di tengah-tengah kebahagiaan yang mewujud itu, mereka tak pernah lupa untuk senantiasa menaikkan ucapan syukur kepada Sang Empung atas semua berkat yang sudah mereka peroleh.

Toar semakin bertambah besar, keingintahuannya akan dunia luar pun semakin besar pula. Ia menjadi tidak tahan lagi jikalau hanya hidup terus menerus di sekitar pegunungan Wulur Mahatus saja. Ia merasa dirinya seperti terkukung dalam kerangkeng alami di hutan itu. Padahal hatinya ingin sekali untuk dapat mengunjungi tempat-tempat lain yang ada di tanah Minahasa yang begitu luas, belum lagi ke tempat-tempat lain di luar Minahasa.

Rupa-rupanya, dalam hal ini, Karema juga memiliki pemikiran yang sama dengan Toar. Lalu kata Karema kepada Toar dan juga Lumimuut, “Dunia ini semakin tua, umur kita juga tentu akan bertambah tua. Kini sudah saatnya kalian berdua keluar dari tempat ini. Kunjungi dan kelilingilah belahan dunia yang lain, dan temukanlah nilai-nilai kehidupan di sana untuk kalian bawa pulang.”

Di samping itu, Karema juga meminta mereka berdua untuk mencari pasangan hidup masing-masing. Karema kemudian mengatakan, “Tidak baik kalau seorang perempuan hidup seorang diri saja, begitu juga adalah tidak baik seorang laki-laki tanpa pasangan hidup. Berkelanalah kalian dan carilah pasangan hidup supaya kelak kalian beroleh keturunan.”

Toar dan Lumimuut menyambut gembira apa yang diutarakan Karema. Mereka lalu mempersiapkan diri, menyiapkan semua perbekalan untuk perjalanan panjang tersebut. Namun sebelum mereka meninggalkan penggunungan Wulur Mahatus, Karema memberikan mereka dua buah tongkat dari kayu sebagai tanda bagi mereka berdua.

Tongkat tersebut dibuat sama panjang, untuk Toar dibuat dari batang pohon Tuis, dan untuk Lumimuut terbuat dari batang pohon Tawaang. Karema lalu berpesan, “Kalian harus mengembara mengelilingi dunia, tidak hanya di Minahasa saja, melainkan juga pergilah sampai ke ujung bumi sejauh yang kalian mampu. Bawalah kedua tongkat ini, kalau sekiranya kalian bertemu dengan siapa saja yang membawa tongkat yang sama dan juga ukurannya sama, maka itu berarti kalian masih terikat keluarga, namun apabila tongkatnya tidak sama panjang maka kalian boleh membentuk rumah tangga dengan orang tersebut, oleh karena itu berarti kalian tidak ada hubungan keluarga dengan orang itu.” Karema lalu memberikan tongkat-tongkat tersebut kepada Toar dan Lumimuut. Ia memeluk mereka berdua dan mempersilakan mereka untuk pergi.

Toar dan Lumimuut berpamitan dengan Karema. Setelah itu mereka berdua lalu berpisah jalan, Toar berjalan menuju Utara dan Lumimuut mengambil jalan ke Selatan. Dalam perjalanan pengembaraan tersebut tanpa disadari tongkat Tuis di tangan Toar bertumbuh dan semakin bertambah panjang, sedangkan tongkat Tawaang yang dibawa oleh Lumimuut tetap sama dan tidak bertambah panjangnya.

Dalam perjalanan pengembaraan tersebut, Toar mendapat banyak sekali ujian dan tantangan. Ia harus berhadapan dengan banyak binatang buas. Terkadang ia mesti melewati lembah, ngarai, dan sungai yang dipenuhi onak dan duri. Kulit tangan dan kaki Toar sampai mengelupas dan terasa sakit luar biasa. Tetapi Toar tidak pernah menyerah. Ia adalah lelaki tangguh (cikal bakal tuama Minahasa sejati) yang terkenal pantang menyerah menghadapi rintangan dan tantangan apapun yang menghalang di depan mata.

Dengan bekal pengetahuan pengobatan menggunakan obat-obat tradisional yang diwariskan Karema, ia mampu membuat obat untuk luka-lukanya sendiri tanpa bantuan siapapun. Ia hanya perlu beristirahat barang sejenak dan mengobati luka-lukanya. Setelah pulih, ia kembali melanjutkan perjalanannya. Sementara itu, di belahan yang lain, perjalanan Lumimuut jauh lebih mudah dan mulus. Tidak banyak rintangan berarti yang dihadapi Lumimuut dalam pengembaraannya. (Bersambung) ---Michael Sendow---

BAGIAN IV - TERAKHIR BACA DI SINI

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun