Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Toar dan Lumimuut, Keturunan Pertama di Tanah Minahasa (I)

13 Oktober 2015   11:10 Diperbarui: 14 Oktober 2015   14:04 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah terlahir ke ‘Bumi Minahasa’, Karema hidup hanya sendirian saja di tanah yang luas itu selama bertahun-tahun. Kemanapun pandangan ia arahkan, maka yang terlihat hanyalah hewan dan tumbuh-tumbuhan. Karema pun menjadi tidak tahan hidup sendirian seperti itu, tanpa teman bicara atau teman bergaul. Ia bersedih hati. Ia kesepian. Ia bermuram durja berhari-hari lamanya.

Saat itu hewan-hewan yang hidup di sekitar pegunungan Wulur Mahatus kabarnya dapat berbicara bahasa yang dimengerti manusia, demikian sebaliknya. Manusia dapat berbicara dengan hewan. Ular adalah salah satu hewan penunggu pegunungan Wulur Mahatus yang paling ganas. Ular ini lalu berkata kepada Karema bahwa kehadirannya sebetulnya sangat tidak diterima dan disukai.

Ular lalu bersikap kasar dan mencoba untuk mengusir Karema, dan berkata lantang bahwa lebih baik Karema mati saja karena bakalan hidup sendirian tanpa teman di Wulur Mahatus itu. “Empung tidak akan mungkin menolongmu,” demikian kata sang ular. Karema menatap tajam ular tersebut sembari berseru, “Aku tetap percaya Wailan Wangko (Tuhan Maha Besar) akan mendengar seruan minta tolongku…” Dan sejak saat itu terpatrilah pertikaian antara ular dan manusia.

Tiba-tiba terdengar suara dari langit yang berkata, “Kenapa engkau bersedih hati wahai wanita…” Karema pun keluar dari dalam goa dimana ia tinggal selama ini, menengadahkan kepalanya ke atas dan berseru nyaring, “Ooh, Kasuruan Opo e Wailan Wangko…” Karema pun berseru-seru kepada Opo Wailan Wangko (Tuhan Yang Maha Besar) meminta teman hidup untuk menemaninya selama ia hidup di tanah Minahasa.

Setelah Karema menaikkan doa dengan bersungguh hati, Empung rupanya mendengar doa yang dipanjatkan dengan sungguh hati itu, lalu mengabulkannya dengan segera. Diiringi bunyi gemuruh dan gema suara dari langit, tiba-tiba batu karang yang tersisa satu itu bergetar hebat, mengeluarkan cairan seperti keringat dan kemudian pecah berkeping-keping. Dari balik pecahan itu ada asap yang membumbung tinggi, kemudian dari balik asap itu munculah seorang perempuan muda yang wajahnya sangat cantik rupawan. Karema menatap gadis itu dengan gembira, lalu berkata, “Kamu tercipta dari batu berkeringat, maka aku menamaimu Lumimuut.” Dialah manusia ke-dua di Minahasa, juga adalah seorang wanita. (Bersambung) ---Michael Sendow---

BAGIAN II cerita ini dapat di baca: DI SINI

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun