Ada seorang pemuda yang hampir mati dihajar warga sekampung. Pemuda kurus kerempeng itu bak lagi dihukum rajam secara sepihak oleh karena kedapatan memberi tumpangan kepada seorang wanita pelacur. Wanita itu rupa-rupanya dibiarkan tinggal di rumahnya, di desa kecil nun jauh di sana.
Sehabis dihajar, pemuda itu disuruh pulang dan harus segera mengusir wanita itu pergi jauh. Sembari menarik-narik kakinya yang berjalan agak pincang, pemuda ini berjalan pulang. Ia pun akhirnya sampai di depan rumahnya. Sebelum melangkah masuk, ia bertemu dengan karibnya yang juga adalah tetangga sebelah rumah.
“Aku mau dibunuh sama warga seisi kampung bang ", demikian dia berbisi ke telinga karibnya itu. Ia berbisik dengan nada lelah, getir, dan putus asa.
"Apa salahmu?" Tanya karibnya itu.
"Aku membawa seorang perempuan yang pernah menjadi pelacur ke kampung ini".
Dan asal tahu saja, perempuan yang memiliki profesi ganda sebagai single mother dan pelacur itu adalah teman lama pemuda kurus kerempeng itu, bahkan semasa mereka masih SMP. Perempuan itulah yang banyak menolongnya kala itu.
"Lha, kenapa berani-beraninya kau bawah perempuan itu?"
"Kawan, tak taukah kamu, bahwa sesungguhnya perempuan yang mereka sebut lonte itu juga manusia?"
“Ia temanku, dan profesinya itu dilakoninya bukan karena keinginan hatinya semata, tetapi ada desakan kebutuhan untuk bertahan hidup. Saya tahu dirinya sejak lama"
“...... Kalau saja keparat-keparat koruptor dan penguasa negeri ini lebih mau mengerti, mungkin ia tidak akan seperti itu! Dia melakukan semuanya demi tiga orang anaknya, bukan untuk apapun yang lain”.
Pemuda kurus itu terus berceloteh panjang lebar. " Aku sedih, teman lamaku yang kalian panggil dan sebut-sebut sebagai lonte itu, ternyata dia itu harus membiayai tiga anak yang masih kecil lantaran suaminya diperlakukan tidak adil, sementara itu dia sendiri tidak punya pekerjaan apapun".