[caption caption="10 cara kaya raya (source: financial.bisnis.com)"][/caption]
Anda belum kaya, mengapa? Judul itu bukan untuk memaksa Anda supaya cepat-cepat jadi kaya hehehe...
Menjadi kaya bisa jadi adalah harapan hampir semua orang di muka bumi ini. Masalahnya adalah tidak semua orang bisa menikmati kehidupan yang kaya raya dan punya harta melimpah. Masih banyak orang miskin yang hidup dimana-mana. Jutaan banyaknya, bahkan miliar. Karena ada orang miskin jugalah maka ada orang kaya. Jadi hukum miskin – kaya itu seudah terbukti, karena ada orang miskin maka ada orang kaya. Dia lebih kaya dibanding dia yang lain. Sementara itu dia yang lain itu ternyata lebih kaya dari dia yang lainnya lagi. Saya lebih miskin dari orang itu, namun masih ada yang lebih miskin dari saya. Begitu seterusnya. Hukum kehidupan pun sudah sering terjadi dimana roda kehidupan selalu berputar. Kadang Anda berada di atas, namun tak jarang posisi Anda berada di bawah. Itulah hidup.
Kalau Anda berkunjung ke toko buku manapun, maka tidak sulit menemukan buku bacaan berisikan tentang tips maupun cara-cara menjadi kaya. Mulai dari yang paling sederhana dan kelihatannya sangat mudah diterapkan, sampai kepada yang paling ekstrem dan rasa-rasanya amat sulit dicapai. Buku-buku motivasi menjadi kaya ini laku keras dan termasuk yang paling digemari dan paling dicari. Kenapa? Ya karena sejujurnya siapa sih yang tidak ingin menjadi kaya?
Setelah itu, banyak di antara kita yang kemudian bergegas membeli buku-buku tersebut. Acap kali kita kemudian kecewa, karena ternyata apa yang kita baca tidak semanis yang kita harap terjadi dalam hidup kita. Buku tentang kekayaan dan kemakmuran sudah menumpuk di rak buku kita, tapi kok ternyata tidak kaya-kaya juga, malah ada yang mengeluh, jangankan menjadi kaya, es cendol pinggir jalan pun masih berhitung untuk membelinya saking tidak cukup uang di kantong. Apalagi mau makan di mall-mall besar? Tunggu dulu, pikir seratus kali dulu katanya.
Lalu kemudian kita mulai bertanya-tanya, apa ada yang salah? Apakah penulis buku itu berbohong, atau kitanya yang keliru memahaminya? Banyak jawaban atas pertanyaan itu, semua berpulang pada setiap pribadi kita. Mereka yang menulis buku-buku tersebut juga belum tentu salah atau berbohong. Mungkin saja semua yang mereka tulis adalah berdasarkan pengalaman pribadi mereka, namun toh setiap pengalaman orang belum tentu cocok dan tepat untuk diterapkan atau diikuti orang lain. Kita bisa ambil hikmah dan pelajaran dari buku yang kita baca itu, tetapi bukan mesti sama persis dengan sang penulis buku.
Jadi…?
Kalau kita belum diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menjadi kaya, ya sudah, kita terima saja dulu. Jangan paksakan diri sampai limit Mungkin saja saat ini kita memang belum ditakdirkan menjadi orang kaya yang memiliki harta berlimpah. Kalau demikian adanya, mestinya kita kembali lagi pada sebuah pemahaman universal yaitu untuk tetap bersyukur dalam segala hal. Kalau kita belum bisa menjadi kaya then we must live with it, not avoid it. Bukan juga berusaha mengubahnya dengan menghalalkan segala macam cara. “Akar dari segala kejahatan adalah terlalu mencintai uang dan harta…” Mengucap syukurlah dalam segala hal dan keadaan.
Uang dan kekayaan bukanlah segala-galanya dan satu-satunya yang mesti kita cari dalam hidup ini. Uang itu adalah dan hanyalah sebagai alat bukan tujuan. Sudah sepatutnya kita menjadikan alat sebagai alat dan tujuan sebagai tujuan, kalau kita menjadikan alat sebagai tujuan maka kita tidak akan pernah mendapatkan tujuan hidup yang sebenarnya. Kejatuhan kita adalah ketika kita membuat hidup ini tidak pernah cukup. Selalu saja kita merasa tidak cukup. Tidak cukup ini dan tidak cukup itu. Kekayaan tidak akan pernah mampu dan sanggup membeli kebahagiaan dan kehidupan. Hidup yang diberikan Tuhan adalah anugerah yang tiada taranya. Anda bayangkan saja berapa banyak anak muda kaya raya yang meninggal pada masa muda mereka. Bagaimana lagi mereka bisa menikmati kekayaan yang melimpah ruah itu?
Ada rumusnya lho…
Seperti yang sudah pernah saya tulis di sini: http://www.kompasiana.com/michusa/cara-ampuh-cepat-kaya_55171e66813311cc669de20a
Bahwa ternyata salah satu kekayaan terbesar kita adalah ketika kita mampu selalu mengucap syukur dalam segala kekurangan kita. Kita boleh miskin harta, namun kita harus selalu kaya ucapan syukur. Rumus saya adalah ini R=H+T(iE). The perfect richness yang dapat dimiliki semua orang.
RICHNESS = Happiness + Thankfulness (in Everything). R=H+T(iE) Artinya, kekayaan sejati itu sesungguhnya adalah apabila kita boleh berbahagia dan dapat selalu mengucap syukur dalam segala hal. Kita akan menjadi orang yang sangat kaya dan sangat beruntung, apabila ada kebahagiaan dalam hidup kita, dan kita lalu sanggup mengucap syukur dalam segala keberkekurangannya kita. Kendatipun kita tidak bergelimang harta benda. Bilapun kita umpamanya hanya bisa makan dua kali sehari. Dari serba kekurangan lalu hadir ungkapan-ungkapan ucapan syukur. Superb...
Jangan kita hanya tahu mengucap syukur hanya pada hal-hal tertentu. Pada saat kita ada harta banyak, barulah kita naikkan ucapan syukur. Pada saat kita menang tender, barulah kita mengucap syukur. Kita mesti mengucap syukur pada setiap keberadaan kita. Itu kuncinya. Kita akan menjadi kaya dalam kepenuhan. Sepenuh-penuhnya kaya. Sebab uang dan harta itu ada di kulit semata, tapi kebahagiaan dan ucapan syukur itu ada di dalam hati dan jiwa setiap kita.
Oleh karenanya pula kita mendapat kemampuan untuk hidup sebagaimana adanya kita. Sama seperti kata-kata manis dari seorang Andre Gide, “It is better to be hated for what you are than to be loved for what you are not.” Kita tidak mesti memakai baju kekayaan apabila kita tidak mempunyainya. If you have to live with it then live with it. Frank McCourt sekali waktu pernah berkata, “You might be poor, your shoes might be broken, but your mind is a palace.” Anda mungkin saja miskin, sepatu yang Anda pakai mungkin saja sudah rusak, tetapi hati dan pikiran Anda adalah ‘istana’.
Ini akan memotivasi kita untuk sanggup bilang dan akhirnya mampu berucap, “Thank you God for what I have.” Dan “Thank you God for what I am”. Anda akhirnya akan mampu melihat bahwa diri Anda sesungguhnya sangatlah kaya di hadapan Tuhan walaupun pada kenyataannya masih begitu miskin secara materi dan harta benda. Charlotte Bronte menulis begini, “Do you think, because I am poor, obscure, plain and little, I am soulless and heartless? You think wrong! - I have as much soul as you, - and full as much heart! And if God had gifted me with some beauty and much wealth, I should have made it as hard for you to leave me, as it is now for me to leave you!” Semoga kita tetap tahu mengucap syukur. ---Michael Sendow---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H