Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama featured

Piala Oscar dan Mimpi Film Indonesia

19 Februari 2013   13:53 Diperbarui: 10 Februari 2020   13:37 2482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi piala Oscar. (Sumber: Shutterstock)

Pada 24 Februari 2013 mendatang akan digelar penghargaan Academy Award atau lebih dikenal dengan Piala Oscar. Sebuah ajang yang begitu dinanti-nantikan insan perfileman dan penikmat dunia film di mana saja.

Bagi kita yang tidak bisa terbang langsung ke Los Angeles, jangan khawatir, sebab acara ini rencananya akan disiarkan secara langsung oleh stasiun ABC dari Hollywood Dolby Theatre, Los Angeles, Amerika Serikat. Academy Award (Piala Oscar) adalah penghargaan film paling utama dan terkemuka di Amerika Serikat.

Menurut catatan sejarah, Academy Award ini dijuluki Oscar dimulai ketika seorang pustakawan Academy Margaret Herrick melihat piala tersebut di sebuah meja dan berkata seperti ini, "kelihatan persis seperti pamanku Oscar".

Piala berbentuk seorang ksatria berpedang itu katanya mirip orang bernama Oscar. Nama sebutan itu di kemudian hari  ternyata tetap melekat, dan hingga kini jamak digunakan sebagai sebutan pengganti Academy Award itu sendiri.

Pemberian penghargaan tertinggi di dunia film itu bermula di Hollywood sekitar tahun 1927. Tadinya patung piala Oscar pertama kali dibuat menggunakan perunggu, tapi kini Oscar terbuat dari logam campuran, britanium, dan dilapisi emas.

Tinggi piala itu mencapai 34,3 cm dan beratnya sekitar 3,8 kg. Beberapa film yang masuk nominasi pemenang Piala Oscar, sebagai film terbaik, sudah saya tonton.

Sebagai penikmat film, saya tentu saja menyukai hampir semua ‘genre’ film, termasuk drama, klasik, dan martial art serta action. Ambil contoh salah satu film yang masuk nominasi Oscar, “Life of Pi” bagi saya film itu termasuk salah satu film paling bagus yang pernah saya tonton. Banyak pelajaran hidup dan sarat makna yang dapat dipetik dari film yang disutradarai oleh Ang Lee itu.

Film lain yang menjadi perhatian saya adalah “Les Miserables”. Menurut saya, film ini pantas diperhitungkan dan bisa masuk hitungan ‘calon juara’. Film yang ‘agak condong’ ke teater dan seni ini jelas sangat memukau. 

Apalagi film ini didukung oleh kehebatan akting Hugh Jackman dan Anne Hatheway. Mereka begitu piawai membawakan peran, bahkan menyanyi secara live padahal mereka bukanlah penyanyi. Tidak gampang, tapi mereka melakoninya secara luar biasa. Ini adalah nilai tambah film Les Miserables.

Ada yang bilang begini, meraih Oscar sepertinya sudah menjadi tujuan paling utama artis dan aktor tenar dunia. Bahkan juga menjadi ambisi paripurna dari seorang sutradara ternama, penulis cerita, dan hampir semua insan perfileman dunia mendambakan Piala Ocsar ada dalam genggaman tangannya.

Ungkapan tersebut hampir pasti benar. Coba tanya artis mana yang tidak memimpikan Oscar ada di tangannya? Mimpi memperoleh Piala Oscar tidak hanya muncul di Amerika Serikat, tapi juga di seantero jagad. Termasuk Indonesia.

Mimpi film Indonesia meraih Oscar mungkin masih jauh panggang dari api, tapi apa salahnya bila kita punya mimpi? Bagaimana Dengan Indonesia Menuju Oscar? Jangan bilang kalau insan perfileman Indonesia tidak tertarik dengan Oscar.

Sumber: oscar.com
Sumber: oscar.com
Sejak tahun 1984, dan berlanjut terus setiap tahunnya PPFI sudah mengirimkan film yang dianggap terbaik di Indonesia untuk berkompetisi dengan puluhan film dari negara-negara lain. Biasanya film dari negara lain itu masuk dalam perlombaan untuk kategori Best Foreign Language Film.

Pada acara puncak ajang pemilihan Piala Oscar, hanya lima film terbaik kategori Best Foreign Language yang akan diumumkan, dan sayang sekali wakil dari Indonesia belum pernah merasakan posisi the best five tersebut.

Ada beberapa film Indonesia yang pernah diikutsertakan dalam Piala Oscar. Misalnya saja Film Sang Penari (Tiny Dancer), sebuah film yang diangkat dari Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Film ini digarap dengan sangat baik dan alhasil menyabet Piala Citra FFI 2011 sebagai Film Terbaik.

Sang Penari bercerita tentang cinta antara Rasus dan Srintil. Setting pengambilan gambarnya di desa miskin pada era 1960-an. Nah, kedua insan manusia ini saling mencinta dengan amat sangat.

Akan tetapi, Srintil yang dipercaya sebagai titisan ronggeng harus mengabdikan diri kepada seluruh warga desa. Rasus merasa betapa sakit ketika cintanya dirampas, ia akhirnya memutuskan untuk pergi dari desa dan menjadi tentara.

Rasus yang masih terus memendam cintanya memutuskan untuk kembali ke desa demi menemui Srintil. Keputusannya inilah yang menibakan ia ke sebuah persimpangan yang terasa sulit dilalui, antara membela negara atau merebut cintanya kembali.

Film yang bagus ini ternyata masih belum mampu masuk lima besar untuk kategori film luar pada pemilihan Oscar. Masih ada film-film lainnya seperti Dibawah Lindungan Kabah (Under The Protection Of Kabah), Alangkah Lucunya Negeri Ini (How Funny This Country Is), Jamila dan Sang Presiden (Jamila And The President), Denias Senandung Diatas Awan (Denias Singing In The Cloud), dan Daun Di Atas Bantal (Leaf On A Pillow), serta beberapa film lainnya yang kesemuanya belum bisa menembusi lima besar untuk kategori Best Foreign Language.

Memang untuk film Daun Diatas Bantal yang digarap salah satu maestro perfilman tanah air, Garin Nugroho, ada sesuatu yang lain. Film ini sangat bagus. Berkisah tentang kehidupan anak jalanan di kota Yogyakarta, dibintangi oleh artis kawakan yang aktingnya sudah tidak diragukan lagi, Christine Hakim sebagai ibu Asih. Film ini lain daripada yang lain. Apa yang membuat film ini menjadi unik dan terasa sangat spesial? Tidak lain adalah karena selain ceritanya yang solid, para pemerannya juga terdiri dari anak-anak jalanan sungguhan.

Dengan cerdik Garin mengarahkan mereka memerankan kisah mereka sendiri. Ini realitas yang diangkat ke dunia film, tapi realitasnya dibiarkan terkespose secara natural, dan tanpa kesan dibuat-buat. Film ini sangat kuat nilai pembelajarannya, dan apik dari cara penyajiannya. Meski tak lolos nominasi Oscar, Daun Diatas Bantal masuk Uncertain Regard section pada Cannes Film Festival tahun 1998 lalu.

Mungkin belum waktunya Film Indonesia menghiasi malam penghargaan Piala Oscar, tapi kita musti terus berharap suatu hari kelak fim Indonesia dapat berjaya. Kita berharap film Indonesia tidak sekedar bermain di Sekitar Wilayah Dada (SEKWILDA) dan Buka Paha Tinggi-tinggi (BUPATI) semata.

Tidak pula sekedar menelurkan  film horor tanpa alur yang jelas, dan tujuannya sekedar menakut-nakuti orang. Kali pertama perhelatan Oscar tersebut memang hanya dilakukan pada sebuah acara perjamuan makan malam. Siapa yang menontonnya? Tentu hanya sesuai jumlah kursi yang ada di ruang makan tersebut.

Seiring perkembangan waktu, dan melihat keinginan publik untuk dapat menyaksikan acara tersebut, mulailah perhelatan tersebut dilangsungkan di hotel besar, kemudian bioskop yang tempatnya lebih besar lagi, dan begitu seterusnya. Mula-mula tiket menonton Oscar sangat murah, tidak lebih dari lima dollar, dan berlangsung tidak lebih dari 15 menit.

Kini jutaan mata dapat menyaksikan perhelatan tersebut secara langsung dari rumah masing-masing melalui siaran TV. Jutaan mata itu tentu termasuk mata Anda dan saya. Karena itu, siapkan mata Anda pada tanggal 24 Februari 2013 nanti. Selamat menikmati! ---Michael Sendow---

***

“It's funny because in 1929, it wasn’t Billy Crystal but Douglas Fairbanks who hosted the first Oscars ceremony. Tickets cost five dollars and it lasted 15 minutes. Times have changed.” --- Jean Dujardin, Best Actor, for The Artist

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun