Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dr. Samratulangi, Pentingnya Memanusiakan Manusia

30 Oktober 2012   14:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:12 4457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dr. Samratulangi, Pentingnya Memanusiakan Manusia

Sebagian kita mungkin sudah kenal dengan sosok Dr. GSSJ Ratulangi atau lebih dikenal dengan Sam Ratulangi. Pria asal Sulawesi Utara ini memiliki pemikiran-pemikiran yang sangat cemerlang serta brillian. Bahkan kepintarannya di bidang Matematika sudah tidak diragukan lagi. Ia dapat menghitung secara cepat tanpa bantuan alat penghitung (kalkulator). Pendapat-pendapatnya yang brilian sudah pernah mengemuka dan bahkan dibukukan. Tulisannya tersebut berisi tentang betapa pentingnya Indonesia Timur untuk jalur pedagangan di kawasan Asia pacific. Bahkan peran Indonesia yang akan semakin penting sudah ia ‘ramalkan’ melalui bukunya “Indonesia in de Pacific” ( tahun terbit 1937) yang mengulas dan mengupas masalah-masalah politik di seputaran negara-negara Asia yang berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik.

Ia adalah seorang pahlawan yang sumbangsihnya tidak diragukan lagi. Sam Ratulangi bahkan juga sering disebut-sebut sebagai salah seorang tokoh multidimensional. Salah satu filosofinya yang paling terkenal adalah tentang "Si tou timou tumou tou" yang artinya kurang lebih adalah: manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia lain.

Saya akan coba menggambarkan secara sederhana apa maksud dari kalimat pamungkas beliau itu. Kenapa manusia baru dapat disebut manusia manakala ia sudah dapat memanusiakan manusia lain? Titik tolak dari pendapat beliau tentulah didasari atas pemahaman bahwa apa yang kita miliki tidak akan berarti apa-apa kalau itu tidak memberi faedah bagi orang lain. Jujur saja, pendapat beliau bisa menjadi sebuah ‘kepastian universal’. Dapat diakui dan diterima dimana saja. Artinya begini, sebagai seorang manusia yang adalah ciptaan Tuhan paling mulia, kebahagiaan utama kita adalah tatkala kita dapat menjadikan sesama manusia lebih terdidik, lebih bermartabat, lebih sukses, lebih pintar, dan lebih baik hidupnya. Di situlah baru seseorang benar-benar memperoleh ‘gelar kemanusiaannya’.

Selama kepintaran, keterdidikan, kesuksesan, kekayaan, dan semua kelebihan yang kita miliki hanya untuk kepentingan dan kepuasan diri sendiri, berarti kita belum menjadi manusia utuh sebagaimana seharusnya kita. Tapi apabila manusia lain kita angkat derajatnya menjadi lebih baik lagi, di situlah kita sudah turut memanusiakan mereka.

Perjalanan Sam Ratulangi

Sam Ratulangi berangkat dari Sulawesi Utara menuju Batavia untuk melanjutkan sekolahnya yang kemudian dilanjutkan lagi di Amsterdam Belanda. Luar biasa, di Belanda ia dipercaya menjadi Ketua Perhimpunan Mahasiswa Indonesia yang ada di sana. Ia juga berhasil meraih gelar doktor di bidang Matematika dan Fisika. Setelah kembali ke Indonesia, di kemudian hari oleh Presiden Soekrano ia ditetapkan sebagai Gubernur Sulawesi yang pertama.

Beberapa aktivitas dan jabatan lainnya yang ia pegang antara lain adalah sebagai Ketua “Association d’Etudiants Asiatique” di Zurich (1915 – 1916). Anggota dari organisasi ini adalah mahasiswa-mahasiswa dari Korea, Jepang, Thailand, India, Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya.

Beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua Partai Politik “Persatuan Minahasa” yang kemudian tergabung menjadi anggota dari federasi “GAPI” yang ternyata punya hubungan erat dengan partai – partai politik nasional lainnya pada saat itu.

Selain itu, Sam Ratulangi juga pernah menjadi Ketua “Vereeniging van Indonesische Academici” (V.I.A) yaitu sebuah perkumpulan tempat bersatunya para akademisi Indonesia masa itu, yang tujuannya tidak lain adalah untuk mempersatukan semua sarjana dan kaum cendekiawan yang ada di semua negara Asia Tenggara.

Masih ada begitu banyak organisasi yang diketuai oleh Sam Ratulangi. Ia adalah sosok yang tak kenal menyerah. Bahkan dalam perjuangan menentang Pemerintah Belanda ia tak sungkan dan takut mengkritisinya. Sebagai salah seorang anggota “Dewan Rakyat” (Volksraad en College van Gedelegerden) ia kerap berpidato mengecam politik kolonial Pemerintah Belanda (1927 – 1937). Ia juga bersuara lantang dalam rangka menuntut penghapusan segala bentuk diskriminasi politik, ekonomi, dan intelektual.

Ketika Indonesia sudah berhasil memerdekan diri dari penjajahan Belanda, Sam Ratulangi menjadi pemimpin missi Sulawesi yang berangkat ke Jakarta untuk turut menghadiri rapat-rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang sedang berlangsung di Jakarta. Ia juga untuk menghadiri pengesahan dan pengumuman UUD 1945 dan pendirian Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Sam Ratulangi kemudian diangkat menjadi Penasehat Pemerintah RI dan anggota delegasi RI dalam perundingan dengan Pemerintah Belanda (1948 – 1949)

Dr. GSSJ Ratulangi atau Sam Ratulangi meninggal di Jakarta dalam kedudukan sebagai tawanan musuh pada tanggal 30 Juni 1949 dan dimakamkan di Tondano, Minahasa. Kebetulan saya sudah beberapa kali mengunjungi kuburnya di Tondano dan patung peringatannya di daerah Kayuwatu, Kairagi Manado. Setiap kali berkunjung terlihat antusias warga mengambil gambar di sekitar lokasi.

Karena kepahlawanannya tak heran bila namanya lantas diabadikan sebagai nama Bandar Udara di Manado yaitu Bandara Sam Ratulangi dan juga oleh Universitas Negeri ternama di Sulawesi Utara, tempat dimana saya menyelesaikan studi yaitu Universitas Sam Ratulangi.

Pelajaran dari Sam Ratulangi yang Patut Diteladani dan Ditumbuh-kembangkan

Efek dari memanusiakan manusia itu dapat terlihat dalam banyak wujud dan penerapan. Salah satu wujud nilai pembelajaran tersebut adalah kebersamaan. Nah, di Minahasa sendiri kebersamaan atau juga ‘saling tolong menolong menanggung beban’ yang cukup menonjol terlihat jelas pada aktivitas mapalus. Kegiatan yang mirip dengan gotong royong ini masih terus dilakukan warga pedesaan di berbagai daerah di Minahasa. Beberapa kelompok tani di banyak desa sering kali membangun rumah atau menggarap kebun secara bersama-sama dalam suatu sistem kerja yang disepakati bersama.

Walaupun diterpa teriknya panas mentari, mereka bekerja dengan semangat tinggi dan tanpa pamrih. Pemilik rumah atau kebun cukup menyediakan air putih dan makan siang untuk mereka. Warga terlihat bahu-membahu mencari kayu, serta bahan bangunan lainnya seperti batu dan pasir untuk membuat rumah panggung contohnya.

Hal yang sama juga terlihat ketika mereka bekerja menggarap lahan. Dengan antusiasnya secara bersama-sama mereka bahu-membahu (shoulder to shoulder) membersihkan lahan dari ilalang atau tanaman-tanaman pengganggu lainnya. Lahan yang sudah bersih kemudian dicangkuli sehingga siap untuk ditanami bibit pohon kelapa, jagung, kol, tomat, dan lain sebagainya.

Rumus wajib yang sudah membudaya dalam mapalus itu sendiri adalah bahwa setiap anggota kelompok (mapalus) tani terikat untuk saling membantu. Warga yang telah memiliki rumah atau tergarap kebunnya pada kesempatan lain wajib membantu sesama anggota lainnya yang sekiranya baru akan mulai membangun atau menggarap lahan. Nilai-nilai yang terkandung dalam kerja mapalus tersebut sudah diajarkan oleh tokoh pahlawan nasional Sam Ratulangi. Mapalus jaman modernpun rasa-rasanya masih tetap relevan dengan falsafah hidup tumou tou tersebut.

Memang sejak awal, ketika Sam Ratulangi baru akan merantau ke Jakarta di sekitar tahun 1907, falsafah yang berarti ”memanusiakan manusia” itulah sudah berulangkali disampaikan ayahnya, Jozias Ratulangi. Ayah Sam Ratulangi berpesan agar supaya dirinya harus selalu mengamalkan ilmu yang diperoleh kepada orang lain. Agar supaya memanusiakan manusia itu terwujud lewat sikap, tindak tanduk, prilaku dan perbuatan, tidak hanya terucap manis lewat perkataan semata.

Keinginannya untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia sangatlah kuat. Karena keinginannya yang besar tersebut, serta rasa cinta tanah airnya yang besar mendorong beliau pulang kampung dan bekerja membesarkan kampung halaman. Tapi kenyataan di lapangan membuat Sam Ratulangi terkejut dan sedih. Ia mendapatkan kenyataan pahit bahwa sikap persaudaraan dan tolong menolong di kalangan warga Minahasa mulai mengendur akibat terkontaminasi dengan berbagai kepentingan kolonial dan beberapa gerakan nasional. Ia akhirnya menyempurnakan falsafah Tumou tou menjadi Sitou timou tumou tou. Artinya, manusia hidup untuk memuliakan (memanusiakan) manusia yang lain.

Nilai yang ditanamkan serta usaha-usaha yang dilakukan oleh gubernur Sulawesi pertama itu ternyata cukup efektif mendorong perkembangan pendidikan di Sulut. Pada periode tahun 1960- 1970 Tomohon sempat menjadi pusat pendidikan dengan munculnya sekolah guru, seminari, dan perguruan tinggi, termasuk Universitas Kristen Indonesia Tomohon pada tahun 1964.

Dr. Sam Ratulangi memang seorang pahlawan nasional. Sumbangsih pemikiran dan hasil karyanya begitu dirasakan masyarakat banyak. Tidak hanya bagi Minahasa, kampung halamannya, tapi juga bagi Indonesia. Semoga nilai-nilai yang ditinggalkan beliau dapat terus diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita.

(Michael Sendow)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun