"Dampak disrupsi lebih terasa bagi negara berkembang. Pada masa pandemi, kita saksikan terbatasnya akses negara berkembang pada vaksin, alat kesehatan dan obat-obatan. Tugas kita semua adalah mewujudkan ekosistem rantai pasok global yang tangguh, diversified dan berkelanjutan, tidak hanya berdimensi ekonomi, namun juga pembangunan. Pemulihan ekonomi global yang perlahan bangkit, masih sangat rapuh. Disrupsi rantai pasok global dapat menghambat terwujudnya pemulihan yang kuat dan inklusif. Bahkan, jika berkepanjangan, hal tersebut akan menjadi tantangan ekonomi baru, memicu kenaikan harga dan kelangkaan barang, menghambat produktivitas dan memengaruhi kesejahteraan."
Kutipan di atas merupakan pidato resmi Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dalam KTT G20 Roma yang digelar di Lu Nuvola, Italia, tahun 2021. Dalam pertemuan negara-negara maju tersebut, Jokowi juga memunculkan beberapa gagasan terkait Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasok).Â
Untuk jangka pendek, ada dua hal yang menurut Presiden Jokowi harus dipastikan, yaitu pertama reaktivasi konektivitas global, termasuk mobilitas pelaku usaha dan tenaga kerja. Berikutnya adalah terus tingkatkan kapasitas dan kesempatan sektor swasta dalam mengakses rantai pasok global.Â
Mengacu pada materi pidato Presiden Jokowi tersebut, terlihat jelas betapa pentingnya manajemen rantai pasok yang terstruktur di era teknologi saat ini. Sebab itu tak bisa disangkal bahwa ketersediaan tenaga terampil dengan skill unggul di bidang rantai pasok, mutlak diperlukan di Indonesia.Â
Lalai menjadikan rantai pasok sebagai prioritas nasional, sama dengan memelihara bom waktu yang jika meledak berpotensi menggerus stabilitas nasional.Â
Bagaimana jika supply chain management global terganggu?
Ketika Covid-19 menghantam dunia, ekonomi mati suri. Namun, ketika dunia memutuskan untuk menganggap covid sebagai endemi, terjadi kontraksi hebat di semua sendi perekonomian global.Â
Lompatan akselerasi yang terjadi demikian cepat, membuat rantai pasokan logistik yang tadinya kendor tiba-tiba mengencang. Logistik yang tadinya mandek, tiba-tiba berhadapan dengan tuntutan dan permintaan yang demikian tinggi. Imbasnya, keterlambatan suplai terjadi di seantero dunia. Paling tidak, dua raksasa ekonomi dunia limbung menghadapi situasi ini.Â
Kembali ke pentingnya ilmu supply chain management bagi generasi muda Indonesia.Â
Persoalan saat ini adalah lembaga pendidikan tinggi yang menyediakan program studi Supply Chain Management di dalam negeri masih tergolong langka.Â