Sebagai insan dirgantara yang berkecamuk dengan peralatan-peralatan berteknologi tinggi. Seperti dengan “Burung Besi yang bisa terbang”. Kegiatan ini sudah merupakan program tetap yang tidak bisa ditawar-tawar.
Sebab Zero Accident merupakan target khusus yang mendapat skala prioritas utama di kalangan insan Angkatan Udara.
Teknologi militer yang semakin canggih itu memiliki konsekuensi. Bahwa faktor keselamatan terbang dan kerja menjadi tolok ukur. Bagi kesiapan dan keberhasilan TNI Angkatan Udara dalam melaksanakan tugasnya.
Oleh sebab itu, untuk kesekian kalinya Pimpinan TNI AU senantiasa menginstruksikan. Kepada seluruh personel jajaran TNI Angkatan Udara.
Untuk menempatkan keselamatan terbang dan kerja pada prioritas utama. Dalam setiap pelaksanaan tugas. Sehingga “Zero Accident” benar-benar dapat diwujudkan.
Kembali ke awal, apa yang sebenarnya mendorongku untuk menulis tentang secuil pengalaman ini? Jauh di kedalaman hatiku ada sesuatu yang menggelitik hati.
Dan yang ingin kutuangkan dalam bentuk tulisan. Walau mungkin sebagai pengamat diluar lapangan, semuanya kutuliskan apa adanya dan masih sederhana.
Hal menarik lainnya yang kutemui selama interaksi ini berlangsung adalah sikap kepastian. Tidak pernah mengandai-andai. Tetapi memastikan dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya.
Hal ini tercermin saat salah satu USAF Airman memeriksa dengan cermat dan mendetil. Setiap jengkal badan pesawat C-130 Hercules yang diawakinya.
Sekali lagi, ini sudah ‘program tetap’ -- istilah di dunia Angkatan Udara. Sekali lagi ‘check and re-check’.
Tindakan ini, Penulis perhatikan, tidak pernah dilakukan secara asal-asalan ataupun sekilas pandang saja. Bahkan, memperlengkapi dirinya dengan alat penerang seperti senter ditangan.