Semenjak terjadinya pandemi Covid-19, muncul trend-trend baru mulai dari bidang hiburan sampai pada trend ekonomi. Trend ekonomi yang dimaskud ialah banyaknya masyarakat umum yang mencoba membeli surat kepemillikan perusahaan dalam bentuk lembar saham.Â
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi Triwulan I (periode Januari -- Maret) Tahun 2020, dengan total investasi mencapai Rp 210,7 triliun, naik 8,0% dibanding periode yang sama tahun 2019, yaitu sebesar Rp 195,1 triliun.Â
Dengan peningkatan persentase yang signifikan, laporan keuangan yang dibuat sebuah emiten publik juga akan terjadi peningkatan yang positif. Perusahaan yang menjual sahamnnya secara terbuka tentu wajib mempublikasikan laporan keuangannya dalam satu periode tertentu yang umumnya setiap satu tahun.Â
Laporan keuangan sebuah emiten umumnya terdiri dari laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan sebagai tambahan informasi yang rinci.
Laporan keuangan bukanlah sekedar laporan keuangan biasa, melainkan dapat menyampaikan sebuah informasi dan nilai manfaat bagi para pengguna laporan keuangan tak terkecuali investor yang dipergunakan untuk capital gain.Â
Dengan adanya pemahaman laporan keuangan emiten terkait, orang yang membeli surat perusahaan atau sering dikenal dengan investor ini dapat melakukan berbagai macam analisis sebagai landasan untuk menginvestasikan uang dingin atau aset yang dimiliki. Â
Analisis dengan melihat laporan keuangan perusahaan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan inilah yang disebut dengan analisis fundamental.Â
Berdasarkan survei dan penelitian yang telah dilakukan di dalam e-jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi. Vol. 1. No. 1 yang berjudul 'Perilaku Investor Saham Individual dalam Pengambilan Keputusan Investasi: Studi Hermeneutika-Kritis', para investor yang sudah cukup lama berkecimpung dalam dunia saham lebih mengandalkan analisis fundamental daripada analisis teknikal dan memilih berinvestasi pada saham bluechip sebagai investasi jangka panjang.Â
Sedangkan analisis teknikal dilakukan hanya untuk jangka pendek dan tentunya lebih beresiko dan dilakukan jika benar-benar sudah ahli dan siap.
Informasi akuntansi merupakan hal yang wajib diketahui oleh calon investor tanpa melihat asal bidang ahlinya. Ketika menganalisis laporan keuangan investor dapat melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun dengan membandingkan labanya(profitabilitas), besar hutang yang dimiliki, dan kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki (likuiditas perusahaan).Â
Sejalan dengan signalling theory, bahwa apabila ada informasi akuntansi yang bersifat positif disampaikan oleh perusahaan kepada pasar, maka investor akan menangkap sinyal positif tersebut dan mendorong adanya aksi  .Â
Digunakan juga rasio dalam memahami informasi akuntansi seperti dengan PER (mengindikasikan pertumbuhan kinerja perusahaan di masa mendatang), EPS (mengindikasikan pengembalian investasi atas investasi), DER (semakin besar nilai DER, mencerminkan proporsi utang yang besar dalam perusahaan terhadap ekuitasnya), dan rasio PBV (semakin rendah nilai PBV mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang buruk).Â
Dari sekian banyaknya teknik dan pengukuran yang dapat digunakan, semuanya mengacu pada laporan keuangan sebagai dasar dari analisis.
Setiap perubahan angka pada laporan keuangan akan mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan untuk membeli saham emiten tertentu, menjual, bahkan cut loss (penjualan saham yang sebelumnya dibeli untuk mencegah kerugian yang lebih lanjut ketika saham yang dipegang tersebut terus saja turun).Â
Seperti ketika maraknya investasi yang dilakukan oleh kaum milenial yang tidak sedikit dimanfaatkan oleh investor yang sudah ahli dengan cara meminta untuk membeli saham 'gorengan'.Â
Saham gorengan adalah ketika para investor ahli mengajak investor awam untuk berbondong-bondong membeli saham suatu perusahaan tertentu yang belum ada kejelasan fundamentalnya dan ketika harga naik maka mereka akan take profit (menjual saham).Â
Sehingga akan meninggalkan investor awam terjebak dalam nilai yang tinggi karena sebenarnya hanya dipergunakan untuk meningkatkan harga pasaran yang sebelumnya sudah dibeli investor ahli dengan nilai rendah.Â
Juga trend investasi menurut Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito, tingkah laku investor serta sekuritas domestik seperti gerombolan kawanan hewan liar. "Mentalnya seperti mentality kawanan hewan. Kalau ada yang satu ke sana yang lain ikut, tidak tahunya di sana ada buaya," katanya dalam acara Diskusi Penel bertajuk The New World Order after The Crisis di FE UI, Depok, Rabu (5/8/2009). Itulah mengapa disarankan setidaknya sebelum menginvestasikan uang perlu setidaknya sedikit pemahaman mengenai fundamental perusahaan yang akan dibeli sahamnya melalui sedikit analisis dari laporan keuangan perusahan itu.
Namun, pemahaman laporan keuangan hanya sebagian faktor ketika membuat keputusan untuk berinvestasi saham. Banyak hal yang harus dipelajari ketika ingin berinvestasi, tetapi untuk memulai investasi dengan smartphone sudahlah lebih dari cukup sebagai pemula. Perlu diingat, jika menginginkan untung yang cepat maka resiko yang harus diambil juga besar (high risk high return). Harus pintar-pintar dalam memilih perusahaan mana yang akan dijadikan investasi tanpa harus mengharapkan keuntungan yang cepat. Jadikan analisis yang spesifik dan sesuai target sebagai landasan dalam berinvestasi saham serta ilmu pemahaman atas keuangan sebagai pengetahuan yang harus diketahui oleh semua kalangan sebagai tahap awal berinvestasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H