Hal ini terjadi sudah cukup lama dan awalnya bermula dari konflik yang terjadi antar si Jojo dan beberapa pegawai satu per satu. Sebelumnya hampir semua pegawai berteman dengan Jojo, namun karena sifatnya maka satu per satu pun mulai menjauh darinya.Â
Salah satu momen besar adalah ketika pemilu 2019 yang lalu ketika Jojo menjagokan salah satu kandidat presiden. Hampir setiap hari obrolan politik panas terjadi di perusahaan. Jojo yang merasa kandidatnya jauh lebih baik dari kandidat lainnya terus melempar ejekan, fitnah bahkan makian yang menjadi konsumsi sehari-hari para pendengarnya di perusahaan.Â
Hal ini tentu membuat pegawai lain yang tidak suka dengannya makin menunjukkan ketidaksukaan mereka terhadap Jojo (terlepas dari mendukung atau tidak kandidat yang sama) termasuk si bos.Â
Di suatu saat, Jojo sebenarnya juga sadar bahwa teman-temannya mulai menjauhinya dan bersikap dingin terhadap dirinya bahkan ada yang tidak ingin berhubungan langsung dengannya.Â
Ia pun sempat membicarakan hal ini dengan manager dan mulai memperbaiki sikap kemalasannya agar teman-temannya dapat kembali bercengkrama dengan dirinya.Â
Namun hal ini tak serta merta merubah pandangan karyawan-karyawan lain karena walau ia sudah mulai peduli akan pekerjaan bersama namum sifatnya tetap tidak berubah. Â Dan hal itulah yang dari awal menyebabkan perpecahan diantara meraka. Nampaknya usaha Jojo kali ini kurang membuahkan hasil.Â
Momen besar lain yang juga terjadi adalah ketika pandemi Covid-19. Jojo yang dari awal tidak percaya akan pandemi ini pun kembali beraksi dengan teori-teori konspirasinya (terlepas benar atau salah) dan mulai menebar fitnah mulai dari tenaga kesehatan sampai pemerintah pun menjadi targetnya. Â
Tak hanya itu, ia juga enggan memakai masker saat berada di lingkungan perusahaan walaupun dari pihak kantor sudah menbagikan masker berkali-kali dan sudah mengingatkan.Â
Masker-masker tersebut pun akhirnya sebagian ia berikan ke karyawan lainnya dan sebagian lagi menjadi pajangan dan hanya digunakan untuk menghindar dari razia aparat.Â
Rupanya sikap kontranya terhadap Covid-19 tak sepenuhnya konsisten. Mengapa? Ketika pemerintah mengumumkan akan memberikan bantuan sosial kepada pada pegawai senilai 2,4 juta melalui Kementerian Ketenagakerjaan, ia pun bersemangat untuk ikut serta dalam program tersebut.Â
Saat si bos mendaftarkan dirinya untuk ikut serta dalam program tersebut tak ada satu pun kalimat penolakan yang terlontar walaupun selama ini sudah menebar berbagai berita yang menentang Covid-19. Kekuatan uang memang sadis terutama ketika digunakan untuk orang-orang seperti ini.Â