Mohon tunggu...
Gaya Hidup Pilihan

Naik Kendaraan Umum? Kenapa Tidak?

26 Maret 2016   16:03 Diperbarui: 26 Maret 2016   19:39 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi kalian yang masih benci kendaraan umum karena masalah kebersihan, kalian pasti terkejut melihat kondisi armada kendaraan umum yang sekarang. Dengan diberlakukannya larangan merokok juga larangan membawa makanan dan minuman yang ketat, serta disediakannya tempat pembuangan sampah di banyak titik (di stasiun), saya melihat bahwa bis pengumpan (feeder), bis Transjakarta, dan Commuter Line tampak bersih luar dan dalam. Meskipun belum semua kota seperti itu, setidaknya Jakarta sudah memulai, yang lain, semoga lekas tertular.

Lebih lagi, telah diterapkan zona khusus wanita di kedua moda transportasi tersebut (bis Transjakarta dan Commuter Line). Bagi kaum hawa yang ingin terhindar dari modus-modus pelecehan seksual, sekarang sudah disediakan area khusus wanita yang dijagai oleh seorang petugas (satpam atau pemberi arahan). Meski begitu, pengguna transportasi publik ini tetap harus menjaga barang bawaan mereka dengan baik dan berperilaku sopan dan ramah terhadap penumpang lainnya (apalagi saat jam sibuk).

Saat ini, soal keamanan memang belum ada penawarnya. Bahkan di negara-negara maju sekalipun tingkat kriminalitas (seperti penculikan, perampokan, pelecehan seksual) juga tinggi. Hal ini dikarenakan oleh kesenjangan dalam ekonomi. Jadi wajar saja. Nah, patut kita sadari bahwa di mana ada peluang untuk melakukan kejahatan, kejahatan hadir di sana. Oleh karena itu, kitalah yang harus bisa menjaga diri sendiri dan meminimalisasi peluang kejahatan. Kalau kalian yang perempuan pakai pakaian kurang bahan di tempat umum, jangan kaget kalau kalian dilecehkan oleh orang tak dikenal. Jika kita sok-sokan mengeluarkan handphone di keramaian, pasti suatu saat kita dirampas.

Tetapi, jangan terlalu khawatir dengan fakta tersebut. Di kendaraan-kendaraan umum terpercaya seperti Transjakarta dan Commuter Line, tidak ada tempat yang tak terjangkau mata kamera pengawas. Penumpang boleh sedikit menghela nafas, memejamkan mata beberapa saat tanpa perlu menjadi paranoid dengan orang-orang sekitar.

Mungkin bagi Kompasianers, internet menjadi sebuah keharusan yang harus didapat atau diakses di manapun. Sekarang jaman sudah super canggih. Di sebagian bis pengumpan telah terpasang jaringan internet, layaknya internet rumah. Semakin memanjakan bukan? Tinggal connect dan kalian dapat melakukan berbagai kegiatan di dunia maya, sambil menunggu dalam perjalanan. Tidak kalah menarik dengan itu, pihak managemen PT. KAI telah memasang beberapa tempat pengisian ulang daya alat-alat elektronik di berbagai titik di dalam stasiun kereta. Pelayanan ini pun akan nantinya diterapkan di seluruh stasiun.

Di sisi lain, saya menyadari bahwa kendaraan umum tidak mungkin bisa tersedia di seluruh pelosok kota. Pengguna kendaraan umum dituntut untuk menjalankan gaya hidup sehat dengan berjalan kaki menuju tempat pemberhentian kendaraan umum sekaligus ke tempat destinasi perjalanan kita. Belajar dari orang-orang dari negara Eropa, tidak sedikit dari mereka yang bersedia untuk berjalan cukup jauh untuk sampai ke pool bis kota terdekat. Walau melelahkan, setidaknya dengan berjalan kaki orang dapat mengeluarkan racun-racun dari dalam tubuh lewat keringat. Dengan kata lain, kendaraan umum mendorong para pengguna untuk hidup sehat. Coba bayangkan berapa waktu yang terbuang sia-sia jika kita hanya duduk di dalam kendaraan pribadi kita sambil menunggu dalam kemacetan.

Menurut salah seorang teman yang saya wawancarai, sebagai seorang anak remaja, bepergian dengan kendaraan umum dapat meningkatkan kemandirian dan tingkat kepercayaan diri sendiri. Ia mengaku dirinya dapat bebas menentukan arah dan tujuan nya tanpa harus merepotkan orang-orang terdekat. Tidak hanya itu, ia juga belajar untuk mengontrol pengeluaran per harinya dan menentukan cara yang terbaik agar tidak boros. Dengan berdiri di dalam kendaraan umum, ia berubah menjadi pribadi yang terbuka, lebih perhatian dan lebih berani, sekaligus meningkatkan level kewaspadaan di tempat umum.

Di sisi lain, kendaraan umum juga terbukti lebih irit dalam aspek biaya daripada kendaraan pribadi. Ini dikarenakan pengguna mobil/motor pribadi harus merogoh kocek mereka untuk membeli kendaraan tersebut, membayar pajak kendaraan, mengisi ulang bahan bakar, dan bayar parkir. Belum lagi jika kita mengaitkannya dengan aspek keselamatan yang jauh melebihi segalanya.

Dengan membayar minimal Rp. 3.500,00 per tap, para komuter dapat menikmati layanan bis Transjakarta yang tersebar di lebih dari 200 halte yang tersambung oleh 13 koridor di setiap daerah Jakarta. Atau sebagai alternatif lain, mereka dapat menggunakan layanan bebas hambatan KRL listrik dengan hanya Rp. 2.500,00 per 25 km perjalanan. Sebagian ojek online (Rp. 15.000,00 per 25 km) juga hadir menawarkan berbagai kemudahan kepada pengguna untuk bepergian di daerah ibukota. Dengan kata lain, seseorang dapat menggunakan layanan ojek online untuk transit ke stasiun bis/kereta terdekat, untuk perjalanan yang lebih jauh lagi.

Akan tetapi, perlu digaris bawahi bahwa masalah yang coba diselesaikan dengan penggunaan kendaraan umum bukanlah sekedar kemacetan semata. Terdapat masalah yang lebih besar lagi, yaitu pemanasan global. Seiring dengan meledaknya populasi dunia, dan tingginya penggunaan kendaraan pribadi, masalah global ini seringkali didengung-dengungkan di publik. Sebagai solusi untuk mengurangi dampak tersebut, pemerintah DKI Jakarta telah mengimplementasikan bis berbahan bakar gas. Semenjak Transjakarta didirikan, tercatat menurut studi JICA (2004), 14% dari pengguna busway adalah pengguna kendaraan pribadi. Dari gerakan hijau ini pun jumlah emisi gas karbon dioksida berhasil diturunkan 20.000 ton per tahunnya. Tidak heran jika DKI Jakarta diberi penghargaan ramah lingkungan di Asia.

Commuter line sendiri juga terbilang ramah lingkungan, mengetahui bahwa moda transportasi ini digerakkan oleh listrik yang sumbernya dapat berasal dari air, geothermal, angin, dan energi terbarukan lainnya. Pada dasarnya, pemerintah telah menyediakan solusi tepat untuk mengurangi dampak gas efek rumah kaca. Namun, tanpa adanya partisipasi masyarakat sendiri dalam penggunaan kendaraan umum, semuanya akan sia-sia. Kelanjutan dunia ini ada di genggaman tangan kita, Kompasianers. Semuanya sudah disediakan. Yang tersisa adalah kesadaran diri kita masing-masing akan hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun