dan kemudian terdengar jeritan lantang sosok para tuan
tanpa ragu malu serukan perubahan berselimut kelayakan
saling beradu suara tuan ditelinga gerombolan simpatisan
lalu sejenak kemudian gambar pahlawan bertebaran
liang peranakan amis mulut kalian
ketika melenggang parlente ke gedung senayan
membawa koper dan sungging senyum kemenangan
lalu mesra istri terbisikkan " mulai kini kan terjamin keuangan "
disertai sejumput kecupan meninggalkan anyir lendir tuan
woooyyyy ! kami kelaparan dan berserak dijalanan
bengal memang tuan semudah berak menghilangkan
kotor jari kami demi stabilitas perpanjangan hidup tuan
kembali simpatisan menjadi seonggok kering kotoran
bandang liur kalian tertumpah dengan mata syahdu nan lelap
ketika ludah kami pun tak lagi dapat terproduksi
ketika mata kami pun tak lagi dapat berbanding dengan babi
ketika suara kami tak terteriakan !
ketika nafas kami tersengal dan berharap dijemput oleh kuasa TUHAN
sehingga setiap penat dan penderitaan yang kami beban dapat terbang
sehingga seluruh sesak yang menghantui ketika gelap seketika lenyap
sehingga setiap teriakan hidup kami menjadi bisik kematian kalian
sehingga setiap doa yang kami layangkan memburu kalian sebagai kutukan
sehingga ludah kami dapat membanjiri jiwa kalian
sehingga mata kami terbelak melihat kalian tenggelam dalam kesengsaraan
dan tak ada lagi suara pembelaan di akhir perjalanan
untuk setiap kata manis tuan yang berevolusi menjadi empedu racun yang tertelan
untuk setiap janji tuan yang membawa kami setengah hidup dalam penantian
untuk setiap bisikkan mesramu yang membuat jiwa papa kami berhamburan.
hingga akhirnya terdengar lantang jerit tuan memohon pengampunan....................................
Bandung 16 Desember 2010
Atas Nama Meja Kursi Asap Rokok Es Teh Manis dan Rayuan Gombal Rintik........Hujannn :)
MERDEKA !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H