Mohon tunggu...
Michael Larico
Michael Larico Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

hobi berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Haruskah Budaya dan Agama Berjalan Beriringan?

8 November 2022   19:35 Diperbarui: 8 November 2022   19:38 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : https://www.republika.co.id/

Agama adalah sebuah sistem yang mengatur kepercayaan serta keimanan seseorang kepada Tuhan. Agama  berhubungan langsung terhadap pandangan seseorang kepada dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan itu sendiri. Agama juga berhubungan dengan yang sakral dan spiritual,  tetapi pada penerapannya dalam kehidupan manusia Agama juga membantu pemeluknya mengelola masalah duniawi yang berkaitan dengan perilaku manusia.  

Peran ini dipengaruhi atas sebuah dasar mana yang benar dan salah, mengalihkan sebagian beban pengambilan keputusan dari individu. Tischler menjelaskan dimensi sosial agama "Agama menanggapi kebutuhan dasar manusia untuk memahami tujuan hidup. Ini berarti menciptakan pandangan dunia yang dapat memiliki konsekuensi sosial, politik, dan ekonomi" (Roy et al., 2017, ). 

Sejarah juga mengajarkan kepada kita semua bahwa agama tidak terlepas  dari apa yang namanya nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan sikap, selama manusia menggunakan agama sebagai cara untuk memahami bagaimana berfungsi di antara orang lain. 

Agama Saat ini sudah menjadi kepentingan seluruh masyarakat, hampir semua orang yang ada di dunia saat ini rata-rata memiliki kepercayaan agama mereka masing-masing. Tetapi disisi lain karena pengaruh Globalisasi saat ini membuat agama menjadi sebuah masalah bagi komunitas agama tersebut dan menciptakan krisis di dalam agama tersebut, yang mana dimaksud disini adalah bagaimana budaya dan kepercayaan tradisional tersebut menjadi bersaing dengan Agama. 

Pandangan Dunia yang menunjukan bahwa mereka menentang terhadap terhadap kepercayaan tradisional dan budaya. Fakta bahwa globalisasi seharusnya berdampak pada agama sebenarnya tidak mengejutkan, karena globalisasi dikombinasikan dengan kekuatan teknologi modern, telah membuat kontak manusia tak terelakkan. 

Di masa lalu, agama biasanya terdiri dari kepercayaan, nilai, dan praktik komunitas agama tertentu. Namun, kini komunitas-komunitas agama itu dihadapkan pada pesan-pesan yang dikirim melalui teknologi baru serta tantangan yang diciptakan oleh perubahan besar. Menurut Roberts, salah satu konsep baru yang paling meresahkan yang dihadapi agama saat ini adalah sekularisme. 

Dia mencatat, "Globalisasi berdampak pada agama dalam beberapa cara. Budaya global yang muncul adalah budaya yang sangat sekuler yang menekankan pandangan rasional-utilitarian tentang dunia dan menyerukan diferensiasi institusional agama dari bidang lain." Apa yang mengkhawatirkan bagi banyak pemimpin agama adalah bahwa "bidang lain" ini menjauhkan penganutnya dari doktrin dan nilai yang sudah mapan.

Seperti yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, memang Budaya dan Agama saat ini menjadi dua komponen yang tak bisa terhindarkan dan terkadang berjalan beriringan. Setiap acara keagamaan yang ada selalu tak lepas dari yang namanya atribut budaya, dan juga sebaliknya pun begitu, bagaimana setiap acara kebudayaan tak lepas dari yang namanya agama. 

Di Indonesia sendiri dua hal tersebut telah menjadi warisan nenek moyang dan merupakan suatu hal yang harus dijalankan secara turun-temurun, karna menurut nenek moyang kita  agama dan budaya merupakan dua hal yang tak akan terelakan dan akan terus menjadi dasar bagi setiap manusia yang hidup dimuka bumi ini.

Namun pada kenyataannya pada perkembangan era globalisasi saat ini membuat budaya memiliki tantangan yang sangat berat dalam hubungannya dengan agama, dewasa ini ketika kita mengaitkan agama dengan budaya banyak orang yang akan mengatakan bahwa hal tersebut musrik, menyembah berhala, tidak sesuai dengan ajaran tuhan, dan masih banyak lagi. 

Banyak orang saat ini menilai budaya seharusnya tak bisa lagi disatukan dengan agama, karena menurut mereka itu merupakan dua hal yang berbeda. Menurut mereka  budaya saat ini erat kaitannya dengan hal mistis dan bersifat gaib, karna memang pada zaman dahulu nenek moyang kita selalu mengaitkan budaya dengan sesuatu hal yang mistis. 

Dan agama merupakan sebuah ajaran yang berasal dari Tuhan itu sendiri, dan sudah pasti memiliki ajaran yang baik dan benar dan tidak ada kaitannya dengan hal gaib atau mistis. Maka dari itu banyak saat ini budaya yang terlupakan dan ditinggalkan oleh beberapa orang, dan orang-orang tersebut lebih memilih untuk percaya terhadap agama daripada budaya itu sendiri. Menurut kalian apakah budaya dan agama bisa berjalan beriringan?

DAFTAR PUSTAKA

Samovar, L. A., Porter, R. E., McDaniel, E. R., & Roy, C. S. (2017). Communication between cultures. Cengage Learning

Tokoh Agama dan Budaya Petanesia Sampaikan Pesan Damai. (2022, August 7). Republika. Retrieved November 8, 2022, from https://www.republika.co.id/berita/rg7jtg318/tokoh-agama-dan-budaya-petanesia-sampaikan-pesan-damai 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun