Untuk memulai saya akan sampaikan surat dari Pater Jendral Arturo Sosa, SJ dan Romo Benny Juliawan, SJ
Dengan demikian, seperti persis ditunjukkan oleh istilah yang dipakai, preferensi-preferensi apostolis universal ini adalah titik rujukan bagi seluruh Serikat. Titik rujukan yang memberi inspirasi bagi Serikat dalam dalam diskresi inklusif (discernment in common) dan perencanaan universal di segala tahap dari hidup misi Serikat. Pada saat yang sama, preferensi -preferensi ini adalah panduan untuk melakukan restrukturisasi tata kelola Serikat dan untuk menciptakan jejaring-jejaring kerja, baik di antara kita sendiri maupun dengan yang lain dalam pelayanan rekonsiliasi yang sama.
Kita semua sangat sadar akan adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan yang berusaha dipenuhi oleh Gereja dan sumber-sumber daya yang tersedia. Preferensi-preferensi ini memberikan pegangan bagi kita untuk menggunakan sumbersumber daya itu secara efektif, dan tidak membuat tersebar dan berserakan, sehingga seluruh sumber-sumber daya itu menjadi alat untuk melayani kemuliaan Allah yang lebih besar, yang sejak semula merupakan tujuan berdirinya Serikat. Â Preferensi-preferensi ini tidak menjadi sebuah ketetapan hirarkis kebutuhan kemanusiaan atau pun Gereja. Tapi preferensi-preferensi itu memberi indikasi cara-cara terbaik bagi yang bisa diambil Serikat untuk menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia dalam pelayanan perutusan rekonsiliasi Kristus di dunia ini. (Surat Pater Jenderal Arturo Sosa, S.J. 3 Oktober 2017 )
Kisah-kisah tersebut mendaratkan kata-kata gagah yang ditulis dalam UAP. Sepuluh tahun lagi kita akan ditanya, apa yang sudah kita lakukan untuk mewujudkan cita-cita itu? Serikat Jesus Provinsi Indonesia tidak bisa melakukannya sendiri. Saya mengajak Saudara-Saudari, rekan-rekan seperutusan, untuk bersama-sama menjawab panggilan perubahan ini dengan kesungguhan. Â Surat ini disampaikan Romo Provinsial Yesuit Indonesia Romo Benny, SJ
Realitas masa kini kita terus bertanya-tanya tentang Allah bahkan "KeAllahan" Allah itu sendiri. Manusia masa kini dapat diartikan "boneka," tak berdaya dan rapuh. Kita juga tidak bertanggung jawab atas diri kita sendiri akibat tidak mengenal Allah dan KeAllahan itu sendiri. Lantas Allah ingin kita seperti apa? mari kita bahas
Kita sebagai manusia pasti sering sekali bersentuhan dengan Allah dihati terdalam, namun kita seringkali tak menyadari dan mengabaikan panggilan Allah dalam hati. Hati sebagai ruang berdialog dengan Allah dapat kita hayati dengan Diskresi, lantas apa itu diskresi? menurut Ignatius Loyola diskresi atau pembedaan roh adalah bentuk latihan rohani yang didalamnya orang merasakan (sentir) bermacam-macam gerak batin (las mociones) untuk mengenali (conocer) mengenal kehendak Allah untuk dirinya dan selanjutnya mengorientasikan kemerdekaannya sesuai dengan kehendak Allah yang dimaksud (eligir).Â
Nah, diskresi dalam konteks UAP 1 bukan sekedar diperlukan untuk menyelesaikan masalah besar, tetapi alat perjuangan untuk berjuang mengikuti Tuhan semakin baik dari waktu ke waktu. Allah menurut saya ingin kita berdiskresi, menimbang-nimbang pilihan kita untuk kembali menemukan dan mendekatkan diri ke Allah.Â
Mendengarkan Tuhan melalui doa-doa khusus
Coba kembali hayati cara kita berdoa, mungkin kita berdoa hanya sebagai bagian dari formalitas hidup beragama. Lebih dari itu doa adalah sarana kita menemukan Allah dan melihat Jalan yang Allah berikan sesuai dengan UAP 1.Â
Ayat ini: 1Kor 2:12
"Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita."
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Korintus mengingatkan bahwa roh dunia itu berasal dari Allah apa maksudnya? Saya dapat menyederhanakan segala sesuatu yang ada didunia ini akan menunjuk kepada Allah itu sendiri, maka Paulus diakhir ayatnya mengatakan "supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita"
Doa penutup:
Tak ada yang lebih praktisÂ
dalam menemukan Tuhan selain melalui jatuh cinta, kepada Sang Mahakasih secara mutlak dan habis-habisan.Â
Apapun yang kamu cintai, yang sangat menyita pikiranmu, akan berdampak pada segala hal.
Itu akan menentukan apa yang membangunkanmu di kala pagi, yang kamu lakukan di kala malam, bagaimana kamu menghabiskan akhir pekan, apa yang kamu baca, siapa yang kamu kenal, apa yang menyesakkan hatimu, dan apa yang membuat kamu terkagum gembira dan bersyukur.
maka, Jatuh cintalah, tinggalah dalam cinta,
karena itu yang menentukan segala-galanya.
Amin. Â Pedro Arrupe, SJ (mantan jendral Yesuit)
AD MAIOREM DEI GLORIAM!Â
Sumber:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H