Mohon tunggu...
Michael D. Kabatana
Michael D. Kabatana Mohon Tunggu... Relawan - Bekerja sebagai ASN di Sumba Barat Daya. Peduli kepada budaya Sumba dan Kepercayaan Marapu.

Membacalah seperti kupu-kupu, menulislah seperti lebah. (Sumba Barat Daya).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rahasia Kehidupan

1 April 2020   19:43 Diperbarui: 1 April 2020   19:47 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Perubahan mengejek kita dengan keindahannya. Kedewasaan kadang membuat orang bersikap puitis. Apakah engkau pernah mencemaskan bahwa tidak ada yang abadi? Berharap cepat mencapai usia tua agar tidak lagi mencemaskan hal-hal penting dalam interaksi kehidupan.

Kadang orang tidak pernah kwatir karena berada dalam situasi nyaman. Ada keluarga, teman dan situasi yang mendukung kenyamanan itu sendiri. Dunia seolah terbuka lebar dan merasa tidak pernah sendiri di dunia ini.

Hembusan angin berhembus silih berganti dari waktu ke waktu dan usia seseorang juga makin bertambah tua. Awan-awan di langit bergerak seturut angin dan musim yang terus berganti.

Mahkluk hidup akan mati lalu menjadi pupuk dan akan memberi kehidupan bagi yang lain. Daun yang berguguran menjadi sedih. Pohon yang terus bertambah tua menjadi semakin bijaksana. Itu sebabnya orang mencari sesuatu yang dapat diandalkan untuk menjadi sebuah kepastian.

Ada hal-hal tertentu yang tidak pernah berubah. Seperti rasa cinta kepada seseorang. Ada hal-hal tertentu yang selalu tetap sama. Misalkan, persahabatan seperti tembok batu tua berlumut yang tidak akan roboh.

Ketika daun-daun berguguran seakan ada masa depan baru yang memanggil orang untuk melangkah maju. Bahkan tanpa direncanakan sesuatu itu, entah apa, akan terjadi. 

Misalkan, bayangkan saja bahwa bintang jatuh pada suatu malam, engkau melihatnya di langit lalu menyampaikan permohonan. Esok harinya permohonan itu terkabul.

Kadang angin yang berhembus gelisah pada dahan-dahan pohon seolah memanggil kembali suatu kenangan. Kenangan yang mungkin ada hubungannya dengan masa depan yang akan dialami. 

Seperti firasat bahwa akan ada sesuatu yang datang dan terjadi di masa depan. Akhirnya, orang ragu pada diri sendiri bahwa ia menginginkan suatu perubahan.

Hari-hari kenyamanan dianggap sebagai sesuatu yang sangat berharga. Sesuatu yang tidak bisa direlakan untuk pergi menjadi sebuah kenangan begitu saja. Namun, apa daya orang tidak bisa membekukan suatu moment. 

Orang tidak bisa menahan waktu yang terus berlalu dan menahan sesuatu untuk tidak berubah dalam waktu yang terus bergerak. Tentu saja, orang masih tetap bisa menikmati hari-hari berharga yang siap menjadi kenangan tersebut.

Ketika orang merasakan hembusan angin makin dingin atau makin panas pada kulit. Orang tahu bahwa pasti akan ada sesuatu yang berubah. Setidaknya yang paling pertama berubah adalah usia yang makin bertambah tua. 

Lalu, orang mulai mengingat-ingat dan memperhitungkan berkat yang telah diterima satu persatu. Menghitung apa yang sudah terjadi di bawah langit selama ini. 

Satu hal yang pasti adalah ingatan paling pertama yaitu orang masih merasakan kehidupan itu sendiri. Lalu, bergumam dalam diri sendiri berharap semoga nasib baik menyertai di masa-masa yang akan datang.

Kadang orang seolah-olah mendengar panggilan dari masa depan. Panggilan untuk menglangkah maju melakukan sesuatu. Dalam hati kecil orang mendengar panggilan itu namun kadang berpura-pura tidak mendengarkan, bahkan orang kadang tidak mau mendengarkannya karena takut ada yang akan berubah.

Beberapa orang memang berani melangkah dan tidak takut pada masalah apa yang akan muncul di depan. Sementara yang lain tidak mau berhadapan dengan suatu persoalan di masa mendatang. Masing-masing tentu saja mempunyai seribu alasan untuk mau memulai petualangannya atau tidak memulainya sama sekali.

Tentu saja yang berusaha mengabaikan panggilan itu berharap bahwa panggilan itu akan segera berlalu. Bahkan dengan sedikit ekstrim menyangkal panggilan itu sebagai bukan suara. Itu hanya dengungan tanpa tujuan sama sekali. 

Jika tetap mendengarkan suara itu, orang bahkan tidak mau menanggapi sama sekali. Karena semua yang menyayangi dan disayanginya sudah ada di sekitarnya. 

Orang lantas menolak panggilan masa depan. Orang merasa sudah cukup dengan petualangan yang mereka alami selama ini. Orang tidak membutuhkan petualangan yang baru. 

Mereka merasa takut mempertaruhkan kenyamanannya jika mengikuti panggilan petualangan dari masa depan tersebut. Mereka takut menjalani petualangan berhadapan dengan suatu situasi, keadaan, orang-orang dan tempat yang masih baru.

Bahkan, orang mulai menaruh curiga bahwa panggilan dari masa depan ada hanya untuk mengganggu kenyamanan yang sudah dimiliki selama ini. Kecurigaan bahwa panggilan itu hanya untuk menggodai seseorang agar melakukan kesalahan besar. 

Lalu orang bimbang terhadap takdirnya. Apakah takdir untuk bahagia sudah cukup berada pada posisi sekarang atau ada sesuatu takdir yang lebih besar yang menunggunya di masa depan. 

Seiring dengan keraguan itu, orang merasakan kekuatan dalam dirinya semakin bertambah atau sebaliknya kadang merasa daya hidupnya semakin menurun.

Dalam keraguan akan langkah apa yang mesti diambil, orang lalu mulai mencari rujukan dan berbagai alasan. Salah satunya adalah membandingkan dirinya dengan orang lain atau mungkin lebih tepatnya dengan seseorang yang dikenalnya. Apa yang akan dilakukan orang tersebut jika ia yang berada pada posisi diriku saat ini.

Langkah apa yang akan diambilnya. Harapannya adalah dengan begitu bisa ada sebuah keputusan yang bisa menjadi pegangan hidup ke depannya, yang kemudian diharapkan tidak menimbulkan penyesalan di kemudian hari.

Pertama-tama orang harus mempunyai keyakinan bahwa apa yang memanggilnya untuk sebuah petualangan di masa depan adalah sesuatu hal baik yang sedang menanti. Memang kedengarannya agak gila. Bagaimana bisa diketahui bahwa itu adalah sesuatu yang baik? 

Orang harus memiliki semacam "indra keenam" berupa ramalan dalam dirinya sendiri untuk merasakan bahwa sesuatu yang menunggunya di depan adalah sesuatu yang baik atau tidak. 

Orang mesti berani katakan "aku bisa merasakannya". Ketika seseorang tidak dapat melihat masa depan maka yang harus dilakukan adalah mengambil langkah selanjutnya yang tepat dan benar untuk menentukan masa depan itu.

Tanpa sedikitpun keraguan bahwa kadang untuk mengambil sebuah tindakan yang benar dan tepat, seseorang butuh orang lain. Mesti ada orang lain yang memberikan masukan, ide-ide kreatif, dan memberikan uluran tangan. 

Ada orang yang siap berkata "aku tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada dirinya". Walau pun pada akhirnya masing-masing oranglah yang akan menentukan apa yang baik untuk dirinya di masa depan.

Pergumulan demi pergumulan akan membawa kita kepada keputusan "aku mendengarkan panggilanmu" dari sesuatu petualangan di masa depan. Di saat itu terjadi, hati akan bergetar dan tubuh ikut merasakan sensasi getarannya. 

Tentu saja itu terjadi bukan karena dinginnya cuaca. Tetapi karena merasa ada mimpi yang akan digapai namun tidak bisa disentuh. Orang dapat merasakan kehadiran sesuatu di depan sana. Situasinya seolah seperti teman yang sudah lama dikenal. Akhirnya orang tahu rahasia dari kehidupan itu sendiri untuk dirinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun