Mohon tunggu...
Michael D. Kabatana
Michael D. Kabatana Mohon Tunggu... Relawan - Bekerja sebagai ASN di Sumba Barat Daya. Peduli kepada budaya Sumba dan Kepercayaan Marapu.

Membacalah seperti kupu-kupu, menulislah seperti lebah. (Sumba Barat Daya).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rahasia Kehidupan

1 April 2020   19:43 Diperbarui: 1 April 2020   19:47 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika orang merasakan hembusan angin makin dingin atau makin panas pada kulit. Orang tahu bahwa pasti akan ada sesuatu yang berubah. Setidaknya yang paling pertama berubah adalah usia yang makin bertambah tua. 

Lalu, orang mulai mengingat-ingat dan memperhitungkan berkat yang telah diterima satu persatu. Menghitung apa yang sudah terjadi di bawah langit selama ini. 

Satu hal yang pasti adalah ingatan paling pertama yaitu orang masih merasakan kehidupan itu sendiri. Lalu, bergumam dalam diri sendiri berharap semoga nasib baik menyertai di masa-masa yang akan datang.

Kadang orang seolah-olah mendengar panggilan dari masa depan. Panggilan untuk menglangkah maju melakukan sesuatu. Dalam hati kecil orang mendengar panggilan itu namun kadang berpura-pura tidak mendengarkan, bahkan orang kadang tidak mau mendengarkannya karena takut ada yang akan berubah.

Beberapa orang memang berani melangkah dan tidak takut pada masalah apa yang akan muncul di depan. Sementara yang lain tidak mau berhadapan dengan suatu persoalan di masa mendatang. Masing-masing tentu saja mempunyai seribu alasan untuk mau memulai petualangannya atau tidak memulainya sama sekali.

Tentu saja yang berusaha mengabaikan panggilan itu berharap bahwa panggilan itu akan segera berlalu. Bahkan dengan sedikit ekstrim menyangkal panggilan itu sebagai bukan suara. Itu hanya dengungan tanpa tujuan sama sekali. 

Jika tetap mendengarkan suara itu, orang bahkan tidak mau menanggapi sama sekali. Karena semua yang menyayangi dan disayanginya sudah ada di sekitarnya. 

Orang lantas menolak panggilan masa depan. Orang merasa sudah cukup dengan petualangan yang mereka alami selama ini. Orang tidak membutuhkan petualangan yang baru. 

Mereka merasa takut mempertaruhkan kenyamanannya jika mengikuti panggilan petualangan dari masa depan tersebut. Mereka takut menjalani petualangan berhadapan dengan suatu situasi, keadaan, orang-orang dan tempat yang masih baru.

Bahkan, orang mulai menaruh curiga bahwa panggilan dari masa depan ada hanya untuk mengganggu kenyamanan yang sudah dimiliki selama ini. Kecurigaan bahwa panggilan itu hanya untuk menggodai seseorang agar melakukan kesalahan besar. 

Lalu orang bimbang terhadap takdirnya. Apakah takdir untuk bahagia sudah cukup berada pada posisi sekarang atau ada sesuatu takdir yang lebih besar yang menunggunya di masa depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun