Mohon tunggu...
Michael D. Kabatana
Michael D. Kabatana Mohon Tunggu... Relawan - Bekerja sebagai ASN di Sumba Barat Daya. Peduli kepada budaya Sumba dan Kepercayaan Marapu.

Membacalah seperti kupu-kupu, menulislah seperti lebah. (Sumba Barat Daya).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penganut Marapu, Anak Buruh Migran dan Sumbangsih Kita

15 Oktober 2019   17:32 Diperbarui: 16 Oktober 2019   08:53 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, meningkatkan partisipasi aktif dan berkelanjutan dari warga dalam akses dan kontrol terhadap layanan kewarganegaraan. Keempat, menyiapkan warga Marapu agar kelak mereka sendiri mampu bergerak dari diri mereka sendiri dan mampu melakukan analisis dan advokasi kepada pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang inklusif bagi komunitas mereka.

Perjuangan kemusiaan bukanlah persoalan seperti mengerjakan tugas perhitungan matematika 2 X 2=4 dan selesai. 

Perjuangan kemanusiaan adalah proses panjang yang diwarnai berbagai sentimen perasaan seperti senang, bahagia, bangga namun terkadang juga melelahkan, membosankan, merasa terancam, bahkan kadang menuntut kucuran air mata. Itulah yang namanya perjuangan kemanusiaan. Perjuangannya tidak sekali jadi. Tidak juga hanya bisa dilakukan oleh satu orang.

Semua orang mesti terlibat aktif dalam perjuangan menggangkat martabat kemanusiaan manusia yang didiskredit oleh sesama manusia sendiri lewat tingkah laku, pengaturan sistem yang merugikan pihak tertentu, diskriminasi, indoktrinasi dan lain sebagainya.

No man is an island, kata penyair Inggris John Donne. Dan ia benar. Tak seorangpun hidup sendirian terpulau. Ia butuh sesama. Ia butuh orang lain. Manusia dalam kebertentuannya sebagai agen kedirian otentik adalah homo amans, makhluk yang mencinta. 

Diskriminasi, stigmatisasi, pengaturan sistim yang diskriminatif merupakan potret buram dari wajah keseharian yang kadang terjadi di lingkungan kita. Kenyataan ini lebih merupakan negasi dari hakikat manusia sebagai makhluk mencinta. 

Orang-orang Marapu dan Anak Buruh Migran adalah sesama manusia yang patut mendapatkan hak-hak mereka sama seperti manusia lainnya, dicintai sama seperti diri kita sendiri, dan dilayani oleh Negara dan perlu diakui keberadaannya oleh sesama manusia lainnya. 

Marilah kita sama-sama bergandeng tangan, merangkul satu sama lain untuk bangkit berjuang demi martabat kemanusiaan yang lebih baik, utuh dan setara satu sama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun