Pemasukan istilah baru yang semakin banyak justru semakin membingungkan dan menjadi sulit untuk dimengerti oleh masayarakat lokal akan makna apa yang ingin disampaikan dalam berkomunikasi.
Mem-bahasaindonesia-kan Indonesia
Agak sulit memang untuk mendeteksi dan mengontrol agar tidak terjadinya hegemoni dan imperialisme terhadap bahasa Indonesia, karena keduanya adalah kawan sepermainan yang akrab bagi bahasa Indonesia namun tentu saja berbahaya. Harus diakui bahwa jika tidak ada kewaspadaan maka proyeksi bahasa Indonesia akan kian luntur.Â
Bahasa persatuan seolah diperkosa dalam ruang publik oleh anggapan remeh yang lahir akibat hegemonisme dan imperialisme bahasa terhadap bahasa Indonesia.Â
Kita tentu tidak mau kehilangan bahasa persatuan juga tidak menginginkan adanya hegemonisme dan imperialisme bahasa dalam ruang publik. Karena itu, penggunaan bahasa Indonesia dalam ruang publik perlu diperhatikan. Karena kalau hal ini diabaikan, yang ada adalah kekacauan bahasa.
Hal ini juga bukan berarti bahasa Indonesia tidak terbuka pada bahasa-bahasa lain, tetapi yang dimaksudkan adalah penguatan akar jati diri manusia Indonesia sebagai manusia Indonesia dan bukan manusia daerah ini atau itu atau orang asing di ranah publik. Bahasa Indonesia boleh terus berubah dan bertumbuh lebih kompleks, namun mesti tetap setia kepada substansinya sebagai bahasa persatuan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI