Secara akal budi pertanyaan diatas tentu tidak dapat dijelaskan. Oleh karena itu, muncul ruang kosong. Ruang kosong ini perlu diisi dengan sesuatu untuk mencerna kejadian luar biasa seperti ini. Sesuatu yang dapat mengisi ruang kosong itu tentu saja adalah IMAN. Jadi tepatlah gagasan Thomas Aquinas bahwa iman yang menolong akal budi dan iman sebagai penyempurna akal budi.
Selain itu manusia  juga hendaknya sadar bahwa Tuhan ingin berkarya kepada umat-Nya lewat hal biasa dalam kejadian alam yang sederhana agar akal budi manusia yang sederhana dapat  mencerna, mengerti dan memahami jalannya karya Tuhan. Jika saja Tuhan berkarya melalui hal-hal yang tak dapat dinalar oleh manusia maka manusia akan menjadi bingung dan proses pembelajaran manusia dalam pengembangan pengetahuannya akan kosong.
Misalkan, di saat Israel dikejar bangsa Mesir dan Tuhan dengan kuat kuasa-Nya langsung menghilangkan bangsa Israel dari tengah orang Mesir  berpindah ke Tanah Kanaan maka proses pembelajaran akan sesuatu yang baru di saat itu tidak ada sama sekali dalam erat kaitannya dengan proses pengembangan intelektual manusia. Manusia hanya akan menjadi "obyek" karya Tuhan. Dengan demikian secara tidak langsung kebebasan manusia telah dirampas oleh Tuhan sendiri. Tetapi ketika Tuhan memberi kesempatan kepada manusia untuk berpikir dan memahami karya-Nya, manusia telah menjadi "subyek" karya Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H