Mohon tunggu...
Michael D. Kabatana
Michael D. Kabatana Mohon Tunggu... Relawan - Bekerja sebagai ASN di Sumba Barat Daya. Peduli kepada budaya Sumba dan Kepercayaan Marapu.

Membacalah seperti kupu-kupu, menulislah seperti lebah. (Sumba Barat Daya).

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Iman dan Akal Budi Menurut Thomas Aquinas

17 Mei 2019   14:28 Diperbarui: 17 Mei 2019   14:39 2143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara akal budi pertanyaan diatas tentu tidak dapat dijelaskan. Oleh karena itu, muncul ruang kosong. Ruang kosong ini perlu diisi dengan sesuatu untuk mencerna kejadian luar biasa seperti ini. Sesuatu yang dapat mengisi ruang kosong itu tentu saja adalah IMAN. Jadi tepatlah gagasan Thomas Aquinas bahwa iman yang menolong akal budi dan iman sebagai penyempurna akal budi.

Selain itu manusia  juga hendaknya sadar bahwa Tuhan ingin berkarya kepada umat-Nya lewat hal biasa dalam kejadian alam yang sederhana agar akal budi manusia yang sederhana dapat  mencerna, mengerti dan memahami jalannya karya Tuhan. Jika saja Tuhan berkarya melalui hal-hal yang tak dapat dinalar oleh manusia maka manusia akan menjadi bingung dan proses pembelajaran manusia dalam pengembangan pengetahuannya akan kosong.

Misalkan, di saat Israel dikejar bangsa Mesir dan Tuhan dengan kuat kuasa-Nya langsung menghilangkan bangsa Israel dari tengah orang Mesir  berpindah ke Tanah Kanaan maka proses pembelajaran akan sesuatu yang baru di saat itu tidak ada sama sekali dalam erat kaitannya dengan proses pengembangan intelektual manusia. Manusia hanya akan menjadi "obyek" karya Tuhan. Dengan demikian secara tidak langsung kebebasan manusia telah dirampas oleh Tuhan sendiri. Tetapi ketika Tuhan memberi kesempatan kepada manusia untuk berpikir dan memahami karya-Nya, manusia telah menjadi "subyek" karya Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun