Mohon tunggu...
Michael JuliusFigun
Michael JuliusFigun Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Universtitas Atma Jaya

Michael Julius Figun

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "A Quiet Place" (2018), Diam-Diam Menghanyutkan

20 Oktober 2020   00:48 Diperbarui: 20 Oktober 2020   01:04 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster A Quiet Place / Doc. movieden.net 

Secara singkat, film ini merupakan film yang cukup viral dengan sajian film "tanpa suara" sepanjang adegannya. Film tersebut adalah "A Quiet Place" (2018) yang disutradarai oleh John Krasinski asal Amerika Serikat. FIlm ini juga tidak lepas dari bintang-bintang film ternama seperti Emily Blunt dan sang sutradara itu sendiri yaitu John Krasinski.

Film "A Quiet Place" (2018) sendiri memiliki banyak feedback positif dari para pengamat sekaligus kritikus film. Menurut Rotten Tomatoes, "A Quiet Place" mempunyai rating lebih dari 90%, dengan rata-rata rating 8,1/10. Artikel ini akan mencoba menganalisis film ini secara menyeluruh mulai dari implikasi sosial hingga teori yang dapat menggambarkan/ menjelaskan film ini.

  • A. Implikasi sosial

techinasia.com
techinasia.com

Implikasi Sosial yang sebagaimana kita ketahui merupakan dampak ang terjadi baik hal ersebut dampak negatif atauun positif. Bentuk dampak ini bisa mengenai teknologi yang digunakan ataupun dari segi industri film tersebut.

Fim "A Quiet Place" (2018) ini sendiri memiliki implikasi sosial baik segi industri, penonton. Dalam segi Industri, film ini dapat menciptakan karya kreatif (anti-mainstream) yang dimana film-film di zaman ini berlomba-lomba untuk membuat efek visual, audio, cgi, dan lain-lain yang tentunya fantastis dan dapat memberikan kenyamanan lebih pada penonton. 

Segi penonton sendiri kenyamanan penonton tidaklah digambarkan dengan efek-efek seperti cgi dan efek visual lainnya. Hal tersebut dibangun melalui alur cerita, efek sunyi yang terama sunyi hingga penonton terbawa suasana saat menonton film yang teramat sunyi.

Pada bagian implikasi ini terlihat bahwa film "A Quiet Place" (2018) memiliki cara sendiri dalam memberikan kenyamanan penonton baik hal teknologi yang amat sangat sederhana hingga alur cerita yang dramatis.

  • B. Genre

Bagian ini sendiri tentu dapat kita ketahui secara langsung. Tentunya film ini memiliki genre horror. Mengapa Horror? Film "A Quiet Place" (2018) memiliki karakteristik yang mendukungnya sebagai genre horror.

Mulai dari poster yang terlampir pada artikel ini, yaitu efek cakar yang memberikan kesan menakutkan, buas, banyak kejadian kekerasan. Lalu hal tersebut di pertegas melalui warna merah pada tulisan "Quiet" yang mempertegas bahwa film ini memiliki ketegangan yang luar biasa. 

Selain segi poster, dalam segi pengunaan efek horror dalam film yang memberikan efek Jump Scared amat sangat banyak. Hingga memberikan kesan mengagetkan serta menakutkan.

Terakhir adalah pada segi alur cerita yang menceritakan AMerika Serikat Pasca kiamat dan terdapat beberapa mahluk yang mampu mengahncurkan, membunuh manusia yang ada di bumi.

  • C. Paradigma

lenteratoday.com
lenteratoday.com

Paradigma dalam film sendiri disini digunakan untuk melihat pesan yang disampaikan dalm sebuah film. Paradigma yang dapat digunakan disini adlah paradigma kritis. Mengapa? Film ini mencoba untuk memberikan suatu hal yang baru serta memulai gebrakan baru dalam industri film dengan menggunakan pemeran Disabilitas sesungguhnya hingga scene film yang 80% tanpa suara. 

Paradigma kritis disini mencoba melihat represntasi disabilitas pada film ini. Representasi tersebut coba ditonjolkan melalui adegan tanpa suara dan diganti dengan bahasa yang lebih sederhana. Maksudnya adalah bahasa tubuh, latar dari cerita tersebut, dan berbagai penggambaran yang dapat membantuk kaum disabilitas menikmati film ini. 

Hal ini juga memberikan tamparan bagi masyarakat khususnya pada orang-orang yang ada dalam industir film saat ini, dimana mereka seolah-olah menutup mata bahwa film-film yang ada saat ini tidak ramah oleh kaum disabilitas.

  • D. Konsumsi

Pada artikel ini, konsumsi menjadi sorotan utama dikarenaka ada aritkel lain yang telah memahas bagian produksi dari film ini.

Segi konsumsi disini adalah apresiasi yang amat tinggi dari masyarakat yang telah menonton film ini. Film ini membuktikan bahwa  mereka dapat meraup keuntungan 340,9 Juta USD. 

Konsumsi juga dapat dilihat dengan cara 5w+1H. Mulai dari Who yang dimana hal ini terkait umur dan gender.FIlm ini disasar pada umur 13 Tahun ke atas dan gender tidak mempunyai batasan.

Selanjutnya, Where yang dimana film ini dapat dinikmati di platform siaran film seperti Netflix. Selain itu film ini juga terdapat di bioskop terdekat di tahun 2018 seperti XXI dan 21 Cinema.

Berikutnya, When ketika kita berbicara kapan dapat menikmati film ini tentunya mancangkup waktu. Di tahun 2018 sendiri film ini terjadwalkan dengan baik di Bioskop yang ada dan juga sekarang kita dapat menikmatinya setiap saat.

Why, dalam segi konsumsi disini lebih mengarah pada bagian kenapa harus film ini yang ditonton? atau Kenapa film ini menjadi rekomendasi? Film ini menyediakan konsep baru dalam penyajian film horror ketika film in banyak unsur diam.

Selanjutnya What, ketika konsep apa yang dapat diperoleh dari film ini? itu dapat menjadi bahan konsumsi itu sendiri. Maksudnya adalah khalayak dapat menikmati  serta menginterpretasikan secara pribadi apa yang dapat dinikmati.

Lalu, yang terakhir adalah How, konsep yang berbica bagaimana kita dapat menikmati film ini? Bagaimana cara menonton film ini? Khalayak dapat menikmatinya diberbagai device tentunya dan tidak terbatas soal waktu, kapanpun dan dimanapun.

  • E. Teori Bahasa

Teori yang tepat dalam penggambaran film ini adalah Teori Bahasa. Seperti yang diketahui bahwa film ini sendiri minim dengan komunikasi verbal. Komunikasi non-verbal amat sangat ditonjokan dari mulai alur cerita, penggambaran tokoh, scene-scene penggambaran peristiwa dan banyak hal yang di gambarkan melalui bahasa non-verbal. 

Sebagaimana diketahaui bahwa film sendiri merupakan suatu produk yang teramat kental unsur komunikasinya. Dalam film "A Quiet Place" sendiri yang menjadi pertanyaan khusus adalah bagaimana film ini dapat memberikan makna pada penonton tanpa adanya audio bahkan teks? 

Emily Blunt Pregnant / Dok. doovido.com
Emily Blunt Pregnant / Dok. doovido.com

Yang dapat dilihat adalah penggambaran latar dan tokoh saat berdialog dengan menggunakan bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan bahasa non-verbal lainnya. John Krasinski sendiri dengan cemerlang ketika ia menggambar Emily Blunt saat hamil.

Kransinski mencoba menggambarkan kebahagiaan saat hamil pada penonton dengan cara memberika ekspresi sang ibu yaitu Emily Blunt, dengan ekspresi bahagia serta pada scene tersebut lebih ditonjolkan keadaan perut Emily Blunt yang pada saat itu tengah hamil. 

Regan / Dok. aveleyman.cm
Regan / Dok. aveleyman.cm

Selain itu, banyak adegan yang digambarkan dengan baik dan dapat tersampaikan pesa yang terjadi pad film tersebut. Scene selanjutnya adalah ketika kita sebagaimana menjadi penonton diajak untuk mengenali suasana regan yang Tuli pada film tersebut.

Tentunya tanpa bahasa dan teks, Kransinski berhasil menggunakan gaya bahasanya pada film ini yaitu bahasa non-verbal melalui audio. Kondisi tuli regan digambarkan dengan scene dimana Regan dan  Beau sedang berdialog pada saat itu.

Kransinski menciptakan transisi yang amat apik, dengan cara menyamakan perpindahan shot gambar dengan suara pada saat itu. Maksudnya adaah ketika pada layar ditampilkan soso Beau, Kransinski membiarkan penonton untuk dapat mendengar hal-hal disekitar Beau, dan sedangkan saat scene dimana laya menunjukkan sosok Regan, penonton hanya diberikan efek suara dengung.

Ha tersebut cukup untuk menggambarkan kondisi Regan yang Tuli dan penonton paham akan hal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun