Mang tarnak yang tadinya misterius kini terlihat begitu hangat saat bertutur kata. Mungkin karena sudah tidak asing denganku.
"Iya Neng, sampai sekarang sudah sepuluh tahun masih belum ketemu juga. Waktu itu babysitter yang jaga juga tidak tahu apa-apa. Sebelum Non Lisa hilang, Tuan sama Nyonya sering ribut besar. Sejak itu Non Lisa sering main ke hutan. Sepertinya Non Lisa gerah juga. Jadi tidak betah di rumah."
"Trus, Mang?"
"Tuan sama Nyonya akhirnya sadar kalau hilangnya putri mereka mungkin akibat kesalahan mereka juga. Mereka berdamai, tetapi Non Lisa belum ditemukan juga. Mereka terlalu berduka, sampai akhirnya pindah ke Bandung setelah satu tahun tidak juga menemukan Non Lia. Rumah ini dititipin ke Mamang. Tapi kalau ada yang mau sewa boleh, yang penting kamar Non Lisa jangan dibuka-buka. Begitu pesannya, Neng."
"Ooh, gitu yah, Mang..."
Aku mengangguk terdiam. Kasihan keluarga ini. Pantas saja aku seperti menemukan sesuatu yang janggal di rumah ini. Aku merasa seperti ada yang...ah, aku segera menepis semua perkiraanku. Kembali fokus pada tujuanku semula.
***
Malam ini adalah malam ke-29 aku di rumah ini. Besok aku harus siap-siap pulang. Tulisanku sudah rampung semua, tinggal diedit sedikit saja.
Entah mengapa, malam ini suasananya sama persis seperti ketika pertama kali aku tinggal di sini. Suara jangkrik, burung hantu. Malah sekarang ditambah suara katak dan suara lolong anjing yang seperti menangis tersedu-sedu. Haduh, merinding lagi. Jantungku juga tiba-tiba berdegup kencang dan mendengar suara sinden itu lagi.
"Lingsir wengi sliramu tumeking sirno…Ojo tangi nggonmu guling…Awas jo ngetoro…Aku lagi bang wingo wingo…Jin setan kang tak utusi…Dadyo sebarang…Wojo lelayu sebet…"
Aku punn mendengar suara ketukan yang sangat keras tuk...tuk..tuk !! Tetapi tiba-tiba kubuka tak ada seorang pun dan sontak membuatku terkejut . Lalu aku pun kembali tidur
Sulit rasanya kupejamkan mata. Ingin cepat-cepat besok lalu pulang ke rumah. Tak sabar rasanya menunggu matahari datang. Kutenggelamkan wajahku di bawah selimut. Berharap aku lekas tertidur.
"Kak Sherennn...Kak Sherennn..."
Oh my God! Suara itu lagi! Aku menutup mukaku dengan bantal. Menutup kupingku dengan guling.
"Kak Shereen...jangan pulang Kak, temani aku main..."