Latar belakang
Sesungguhnya, peran pelatih tidak bisa terlepas dari tiga peran, yaitu orang tua, teman, dan guru dari sang petinju. Seorang orang tua, artinya Ia dapat mendidik anak buahnya dengan pesan moral dan etika yang baik. Seorang teman, artinya bisa diajak diskusi, tukar pikiran, sharing. Seorang guru, artinya Ia dapat membimbing dan mengajarkan strategi bagi para petinju seutuhnya.Â
Menurut saya, guru yang baik bukanlah guru yang dilihat dari jenjang pendidikan dan banyaknya sertifikasinya saja, melainkan memiliki kesabaran dan keinginan untuk membuat anak didiknya mengerti tanpa mengubah keseluruhan jati dirinya.Â
Secara umum, pelatih olahraga merupakan mantan atlet sehingga lebih berpengalaman di bidangnya, mengetahui teknik-teknik lawan, dan cara mengatasinya. Â Dalam mencetak atlet tinju yang berkompeten dan berprestasi, adanya hubungan interpersonal antara atlet dan pelatih yang baik merupakan salah satu faktor keberhasilan dari atlet.Â
Sebelum bertanding, kondisi fisik dan psikis atlet tinju idealnya perlu dalam kondisi yang prima. Namun, karena adanya latihan yang intensif terus-menerus, tingginya usaha dalam mempertahankan berat badan yang ditargetkan, banyaknya ekspektasi yang dititipkan untuk mengharumkan nama negara kelahirannya, tidak serasinya hubungan atlet dengan pelatih dan lingkungan adalah tantangan yang dialami petinju.Â
Hal-hal tersebut dapat memicu atlet menjadi stress, sehingga performa atlet menurun, misalnya lebih sering terjadi banyak pelanggaran sikap, ketidakstabilan dalam mengontrol emosi saat berlatih dan bertanding, kurangnya fokus yang bisa berujung pada penurunan performa atlet saat bertanding dan berlatih.Â
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Psychology tahun 2015, menegaskan bahwa telah terbukti secara pengujian statistik, kekhawatiran (anxiety, dibaca ensaiti), yaitu respon dalam menghadapi stress yang ada pada atlet, paling tinggi ditemukan di cabang olahraga tinju bila dibandingkan dengan cabang olahraga bela diri lainnya, misalnya gulat, angkat beban, dan kickboxing. Â Oleh karena itu, beberapa kiat untuk mengurangi stress pada atlet tinju ini perlu dibahas.Â
Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan kiat-kiat yang bisa dilakukan atlet tinju dan pelatihnya  dalam mengurangi stress.Â
Pembahasan
Dari sisi atlet:Â
Humor
Interaksi antar atlet sangat penting dalam menjaga hubungan sekaligus meningkatkan kemampuan sosial. Dalam upaya meredakan stress, atlet bisa bertukar humor kepada teman sebayanya yang juga merupakan sesama atlet. Namun, perlu dilakukan di situasi dan kondisi yang tepat.Â
Dalam wawancara kepada sebagian besar petinju bersama dengan Aksakal (2022), banyak dari petinju memiliki cara seperti ini untuk meredakan stress, karena baginya, humor merupakan sesuatu yang dinilai menyenangkan dan tidak memerlukan obrolan yang panjang.Â
Secara ilmiah, bertukar humor dapat meningkatkan hormon tenang, yaitu endorfin dalam tubuh. Atlet juga manusia yang memerlukan dukungan sama dengan profesi lainnya. Dukungan bisa didapatkan dari keluarga, teman, dan pelatih. Dengan adanya dukungan, dapat menurunkan resiko stress. Â Â
2. Teknik relaksasi
Dua orang peneliti Rusia (2014) menyarankan untuk membekali atlet sedari muda dengan kemampuan untuk membuat dirinya sendiri rileks, Â yaitu dalam memijat -mijat bagian anggota tubuhnya sendiri, mendengarkan musik, menonton film yang membuat rileks, serta teknik-teknik relaksasi lainnya. Teknik memijat ini juga dilakukan oleh petinju elite, yaitu Manny Pacquiao, Anthony Joshua, Floyd Mayweather.Â
Secara medis, dapat bermanfaat untuk meringankan sakit otot, membantu meningkatkan waktu pemulihan saat latihan yang intens, mencegah cedera, meningkatkan hormon endorfin, meningkatkan pola tidur yang baik.Â
Dengan begitu, diharapkan sebagian besar atlet dapat mengurus dan mengendalikan dirinya secara independen. Supaya efektivitasnya lebih optimal, maka diperlukan kemampuan mengendalikan diri sendiri yang tinggi (self-control) dari para atlet (Chen dkk., 2020).Â
Dari sisi pelatih:
Mindful based practice
Membuat program latihan adalah tugas utama dari seorang pelatih sekaligus pemimpin. Namun, bila atlet berlatih melalui intensitas yang padat, risiko membuat stress pun semakin tinggi.Â
Oleh karenanya, dalam membuat program latihan perlu didasari dan dilengkapi dengan pertimbangan psikologis, sebagai contoh dalam program mindfulness-based practice. Telah terbukti memiliki efek positif dan sudah diterapkan di berbagai negara, yaitu USA, Norway, Iran, dan Sweden (Myall dkk., 2023).Â
Latihan tersebut berfokus pada reaktivitas emosi, penerimaan diri melalui meditasi dan perlu diadaptasi sesuai dengan lingkungannya supaya mendapatkan hasil yang efektif (The Sport Professional Knowledge Network, 2023). Â Selain bermanfaat untuk meningkatkan ketahanan atlet, program tersebut diketahui dapat meningkatkan resiliensi atlet. Â Â
Visualization
Teknik visualisasi juga bermanfaat mengurangi stress bagi atlet yang dirancang bersama-sama dengan pelatih dan psikolog olahraga. Teknik visualisasi tersebut dijalankan oleh atlet-atlet olympic dan membuahkan hasil, misalnya oleh atlet renang Michael Phelps dengan pelatihnya, Bob Bowman yang sudah banyak meraih medali emas.Â
Melalui teknik ini, atlet perlu dibimbing oleh profesional secara khusus untuk mengatasi stress dan kekhawatirannya dengan cara membayangkan ketika sedang berada dalam pertandingan sesungguhnya, menghadapi lawan, dan tampil sempurna di atas ring. Namun, tidak semudah itu, teknik ini diperlukan latihan rutin yang melibatkan kelima panca indera, pernafasan, fokus, pengambilan keputusan, dan motorik.Â
Biasanya dalam melakukan teknik visualisasi, perlu dilakukan dalam ruangan yang tenang dan senyap. Atlet-atlet yang lebih berpengalaman menekuni bidangnya, cenderung memiliki kemampuan visualisasi yang lebih baik, karena kemampuan motoriknya yang sudah terasah.
Kesimpulan
Stress adalah kondisi yang pernah dialami semua orang, termasuk dalam kehidupan atlet. Namun, dengan adanya stress yang berkepanjangan dapat membuat kondisi psikologis atlet menjadi tidak baik, yaitu kesalahan sikap, kurangnya fokus, dan ketidakstabilan emosi atlet.Â
Oleh karenanya, ada beberapa solusi yang bisa atlet diterapkan, yaitu sering-seringlah bertukar humor di situasi dan kondisi yang tepat. Memijat-mijat anggota tubuh juga salah satu tindakan untuk membuat kondisi tubuh menjadi lebih rileks.Â
Adapun hal-hal yang bisa dilakukan oleh pelatih, seperti mendesain model dan program latihan yang berbeda, yaitu mindful based practice serta teknik visualization yang diperlukan kerjasama dengan psikolog olahraga untuk mengurangi tingkat stress pada atlet.
SaranÂ
Bagi pelatih:
Dianjurkan adanya variasi model dan program latihan yang dilandaskan dengan psikologi atlet. Kolaborasi antara pelatih dan psikolog olahraga dalam merancang desain pelatihan diperlukan.
Atlet dibiasakan untuk berolahraga dan diberikan beban latihan yang semakin menantang, sedari usia muda agar tidak kaget di usia dewasa dan berpotensi stress dengan beban latihan yang diberikan oleh pelatih.Â
Perlu diberikan workshop, seminar oleh profesional untuk atlet tinju dalam merilekskan diri sendiri, misalnya cara memijat badan, meditasi, mendengarkan musik dan teknik-teknik relaksasi lainnya.
Bagi atlet:
Tekun dalam berlatih mulai dari pemanasan, pukulan dasar hingga latih tanding, karena kemampuan motorik dapat menjadi semakin baik. Â
Sekian.
Semoga bermanfaat.
Michael Adrian Iskandar, S.TP., M.T.P.
Daftar Pustaka
Artikel / Jurnal Penelitian:Â
Anggara, A. R. D., & Laksmiwati, H. (2022). Hubungan antara hardiness dengan stres pada atlet pelajar beladiri kota blitar. Jurnal Penelitian Psikologi, 9(5), 104-115.
Chen, X., Qiu, N., Chen, C., Wang, D., Zhang, G., & Zhai, L. (2020). Self-efficacy and depression in boxers: a mediation model. Frontiers in Psychiatry, 11, 531866.
Daumiller, M., Rinas, R., & Breithecker, J. (2021). Elite athletes' achievement goals, burnout levels, psychosomatic stress symptoms, and coping strategies. International Journal of Sport and Exercise Psychology. Advanced online publication. https://doi.org/10.1080/1612197X.2021.1877326
Mohamad, N.F. (2019). Coping Stress pada Atlet Pencak Silat Universitas Ahmad Dahlan dalam Menghadapi Pertandingan.Skripsi.Â
Myall, K., Montero-Marin, J., Gorczynski, P., Kajee, N., Sheriff, R. S., Bernard, R., ... & Kuyken, W. (2023). Effect of mindfulness-based programmes on elite athlete mental health: a systematic review and meta-analysis. British journal of sports medicine, 57(2), 99-108.
Phor, R.K. (2019). Boxing: An effective tool for stress management and depression. International journal of physical education, sports and health, 4, 597-600.
Predoiu, R., PREDOIU, A., MITRACHE, G., FIRNESCU, M., COSMA, G., DINU, G., & BUCUROIU, R. A. (2020). VISUALISATION TECHNIQUES IN SPORT-THE MENTAL ROAD MAP FOR SUCCESS. Discobolul-Physical Education, Sport & Kinetotherapy Journal, 59(3).
Shuklina, G. & Barabanshchikova, V. (2014). Stress and Coping in Athletes of Different Age. Third Annual International Conference. Procedia - Social and Behavioral Sciences 146 ( 2014 ) 432 -- 437
Tazegl, U., Kk, V., Tuna, G., & Akgl, M. H. (2015). Comparison of continuous anxiety level of some individual fight athletes. American Journal of Applied Psychology, 3(1), 22-26.
Zbonk, ., Kraek, S., Kukurov, K., Gregor, T., & Mancovi, M. (2023). Differences in the Level of Burnout between Recreational Boxers and Non-athletes. Sciences, 11(4), 721-729.
Zhang, D., Lyu, B., Wu, J., Li, W., & Zhang, K. (2023). Effect of boxers' social support on mental fatigue: chain mediating effects of coach leadership behaviors and psychological resilience. Work, (Preprint), 1-15.
Laman internet:
https://www.linkedin.com/pulse/effects-mindfulness-based-programs-elite-athlete-mental-health-spkn/
https://www.sportingbounce.com/blog/five-reasons-sports-massage-is-helpful-in-boxing
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H