Mohon tunggu...
Inovasi

Analisis Teknikal, Ekonomis Investasi dan Sistem Pengelolaan Energi Listrik Pulau Sumbawa dan Bima NTB

17 Januari 2018   10:20 Diperbarui: 17 Januari 2018   10:35 1393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbandingan hasil simulasi pada Sumbawa Bima (sumber : kelompok)

 Sumbawa merupakan sebuah pulau yang berada di Nusa Tenggara Barat. Sesuai data statistik tahun 2015 jumlah penduduk NTB  sekitar 4.835.577 jiwa pada tahun 2015.  Sistem kelistrikan di Provinsi NTB terdiri atas satu sistem besar 150 kV dan dua sistem skala menengah 20 kV, serta beberapa sistem kecil terisolasi . 

Untuk sistem besar dipasok dari PLTU, PLTD dan PLTM/PLTMH. Sedangkan sistem menengah dan sistem kecil dipasok dari PLTD dan sebagian kecil PLMH . Dimana system Sumbawa meliputi Kota Sumbawa Besar dan Kabupaten Sumbawa Barat dan Sistem Bima meliputi Kota Bima, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu.

Secara kemampuan daya, kondisi kelistrikan di NTB berstatus surplus. Sumbawa dengan beban puncak 26,3 (MW) memiliki kemampuan daya sebesar 31,2 (MW) dan Bima dengan beban puncak 26,5 (MW) memiliki kemampuan daya sebesar 30,6 (MW). 

Namun di wilayah NTB, rasio elektrifikasi sampai tahun 2011 baru 49,85 % yang berarti 50,15 % atau sebagian besar penduduknya belum menikmati listrik. Jumlah pelanggan PLN NTB saat ini tercatat sebanyak 370 ribu rumah tangga dan industri. Selama 2011, PLN NTB melayani sambungan baru sebanyak 200 ribu lebih pelanggan, sebanyak 190 ribu lebih di Pulau Lombok dan sisanya 10 ribu pelanggan baru di Pulau Sumbawa. Rasio jumlah pelanggan rumah tangga berlistrik PLN pada tahun 2015 untuk Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebesar 72,77%.

Dari  segi  potensi  investasi  di  bidang  energi  listrik, Provinsi   NTB   merupakan   daerah   yang   tepat   bagi   investor   untuk  menanamkan  investasinya  mengingat  besarnya  kebutuhan  masyarakat NTB  akan  energi  listrik.  Listrik  merupakan  kebutuhan  yang  sangat esensial untuk menggerakkan segala aktifitas masyarakat termasuk juga  sebagai motor penggerak ekonomi daerah.  

Menurut data yang diperoleh dari BKPM RI, total kebutuhan listrik di Provinsi NTB telah mencapai hingga 0,70 GW. Sehubungan dengan itu, Pemerintah Daerah Provinsi NTB   kemudian   mencanangkan   pembangunan,   pengembangan   dan pemberdayaan   infrastruktur   khususnya   pada   sektor   energi   listrik dengan  menginisiasi  pengadaan  pembangkit  listrik  sebesar  35  GW selama lima tahun yakni pada tahun 2015 hingga 2019. Proyek  pengadaan  pembangkit  listrik  tersebut  akan  dikelola baik oleh PLN maupun investor. 

Pengadaan pembangkit listrik dengan total  0,67  GW  akan  dikelola  langsung  oleh   PLN  dan  pengadaan pembangkit  listrik  sebesar  0,03  GW  akan  dikelola  oleh Independent Power Producer (IPP).

Pada simulasi ini kami kami menggunakan aplikasi software energy plane dengan  membandingkan kelistrikan di Sumbawa bima pada tahun 2017 dengan perencanaan tahun 2026 (sesuai RUPTL 2026), dan kami juga membuat inovasi pada tahun 2026 dari temuan kami sendiri, dimana inovasi yang kami buat ini jika dibandingkan dengan hasil simulasi sesuai RUPTL 2026 mengalami penurunan , baik dari biaya investasi , biaya bahan bakar dan emisi gas CO2.  

Pada tahun 2017 kondisi kelistikan di Sumbawa bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)  merupakan sebagai pembangit utama. Berdasarkan simulasi yang kami lakukan dengan software energy plane pada tahun 2017 memperlihatkan bahwa hasil fixed electricity demand untuk Sumbawa bima sebesar 0.46TWH/tahun. Dari perhitungan biaya energy pada kondisi eksisting ini sebesat 150.08 Milion USD.

Hasil simulasi energy plan denggan menggunakan data dari Rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2026 pada Sumbawa bima kami mendapatkan bahwa terdapat penambahan fixed electricity demand untuk Sumbawa Bima sebesara 1.13TWh/tahun. 

Dari simulasi didapatkan total annual cost sebesar 334.88 Million USD. Dimana kenaikan yang sangat tinggi dan pembangkit yang dominan masih menggunakan PLTD. Dan pembangkit terbaharukan masih belum maksimal sesuai RUPTL 2026 dan hanya sekitar 2.4% dari total komposisi pembangkit di Sumbawa Bima.

Melihat dari system pembangkit yang terpasang saat ini , dimana PLTD merupakan pembangit yang utama. Namun pada PLTD akan menggunakan bahan bakar yang cukup mahal dan juga persediaan bahan bakar  batu bara dan minyak bumi yang semakin menipis.  Oleh karena itu kami mengembangkan gagasan dimana diharapkan inovasi yang kami buat dapat menggurangi annual cost pada 2026 . 

Pada inovasi yang kami buat pada tahun 2026 kami lebih memanfaatkan pembangkit yang terbaharukan, dimana potensi pembangkit yang terbaharukan ini masih banyak terdapat di Sumbawa Bima yang belum dikelola secara maksimal.  

Adapun ide atau inovasi yang kami buat yaitu:  pertama tidak menggunakan pembangkit Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) , hal ini dilakukan untuk mengurangi energy cost dan menggurangi CO2. 

Kedua menggunakan potensi Pembangkit listrik tenaga air (PLTA), potensi PLTA di Sumbawa Bima adalah sebesar 21.28MW, jadi dari potensi yang ada kami menambahkan pada inovasi tahun 2026 menambahkan PLTA sebesar 60% dari potensi yang ada (sekitar 12.77 MW) dimana PLTA juga merupakan renewable energy yang ramah lingkungan. 

Ketiga yaitu dengan meggunakan potensi PLTP , dimana potensi PLTP di Sumbawa Bima ada sebesar 6 MW, jadi dari potensi yang ada kami menambahkan inovasi PLTP sebesar 60 % dari potensi yang ada (sekitar 3,6 MW) dan PLTP juga merupakan pembangkit yang ramah lingkungan. Dari simulasi menggunakan energy plane pada inovasi yang kami buat terlihat penurunan dari Annual cost sebesar 277.6 Million USD dibandingan dengan perencanaan sesuai RUPTL 2026.

Jadi dari hasil simulasi yang kami lakukan dengan software energy plane memperlihatkan bawha dengan pemanfaatan energy terbarukan sestuai dengan potensi yang dimiliki daerah tersebut dapat menurunkan biaya operasional pembangkitan dan juga mengurangi polusi udara. Saran dari kami adalah perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai dampak penggantian pembangkit ini terhadap kestabilan system yang ada .

Oleh : M Septian Alamsyah , Naftalin Winanti, Aseph Dadan Hermawan , Hardiles, Michael Stevano Sinurat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun