Mohon tunggu...
Michael Bemo Jokuwi
Michael Bemo Jokuwi Mohon Tunggu... -

buka titik jooss...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kutu Di Seberang Sungai Terlihat, Namun Kotoran Banteng di Bulu Mata Kok Tidak Terlihat Yaa..? Mohon Tidak Perlu Begitu Lah Pak Abdillah Toha...

16 Juli 2014   09:27 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:11 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

1.TENDA BESAR = Lumpur Lapindo + (impor) Daging Sapi + (mahasiswi) Maharani + Kuota Haji Kemenag + (pengadaan) Al Quran Kemenag + Tukarguling Kawasan Hutan di Bogor + (pengadaan) radio SKRT = Rp 7,2 T + Rp 1,3 M + Rp 10 juta + Rp 1 T + Rp 14 M + Rp 79,4 M + Rp 89,3 M = (TOTAL) Rp 8.384.010.000.000 (agar tdk pusing, cukup dibaca : Rp 8,38 T)

2.Tenda Kecil (dari 7 Kasus, yang saya hitung cukup 2 saja), yaitu : Kasus BLBI + Kasus BPPN = Rp 600 T + Rp 38,11 T = Rp 638.110.000.000.000 (agar tdk pusing, baca saja : Rp 638,11 T). Angka ini belum termasuk (jika ditambah) dengan Kasus Dijualnya Indosat, Kasus Dijualnya Kapal Pertamina tipe VLCC, Kasus Dijualnya sangat murah Ladang Gas Tangguh, Kasus kredit macet perusahaan2 keluarga JK (saat JK menjabat Wapres) dan Kasus Suap pemilihan Deputy Bank Indonesia, hloo… Kalau ditambah sudah pasti makin panjang (besar) jumlah angkanya, dan tentu makin bikin pusing KITA semua…

Pernahkah pak Abdillah Toha bertanya (mohon renungkan dalam hati), “Berapa pendapatan atau keuntungan Indosat per hari, kemudian dikalikan dengan usia teknis (depresiasi) Satelit kemudian dikalikan dengan bunga bank (interest) yang berjalan..?”

Pernahkah pak Abdillah Toha mencoba membayangkan, “Seandainya selisih harga penjualan Ladang Gas Tangguh yang dijual sangat murah, kemudian dikalikan dengan interval waktu (dari era Presiden Megawati) sampai era pak SBY yang berhasil menaikkan harga yang lebih rasional..?”

Itu semua yang dimaksud oleh pak Prabowo-Hatta dengan kebocoran, karena esensinya adalah terdapat "Potential Loss" atas kecerobohan dalam kepemimpinan.

Jika alasannya adalah karena untuk menutupi Defisit Anggaran saat itu, (sangat disayangkan) mengapa pihak PDI-P tidak berani menerima tantangan debat dengan pak Kwik Kian Gie (hingga saat ini) untuk “Hitung-hitungan Mengapa Mesti Dijual-jualin Padahal Masih banyak Opsi Lainnya..?”.

Saya yakin bahwa pak Abdillah Toha juga sudah mengetahui tentang temuan BPK berkaitan dg Potensi Kerugian yang dialami Pemprov. DKI Jakarta sebesar Rp 1,54 T selama (1,5 tahun) masa kepemimpinan pak Jokowi. Inikah yang dimaksud dengan hebatnya “BLUSUKAN, kerja dan kerja. Copraas-Caprees saya Ga Mikir”..?

Hla terus kerjane pak Gubernur ngapain? Katanya ada e-katalog, e-budgeting, e-procurement dan sebagainya. Ternyata ee..lahdalah.., pencitraan saja.

Dengan pernyataan-pernyataan dari kubu yang Bapak dukung, “Jokowi-JK hanya kalah jika ada kecurangan”, berlanjut “Jika hasil penghitungan versi KPU menyatakan pemenang Pilpres 2014 adalah pihak lain, maka sudah pasti (KPU) SALAH karena tidak sama dengan hasil survey Quick Count versi kubu Jokowi-JK”. Versi Jokowi-JK lah yang PALING BENAR. Sombong amat.., ini sih bukan manusia setengah dewa lagi, bukan Malaikat lagi, melainkan memposisikan diri sebagai (pesaing) TUHAN…!!!

Apakah pak Abdillah Toha sadar bahwa hal tersebut sangat menyesatkan, meresahkan masyarakat pada tingkat akar rumput, memperkeruh suasana dan memicu timbulnya konflik serta perilaku anarkis massa?

Jika sekarang banyak yang mengajukan surat untuk legowo pada pak Prabowo-Hatta, seharusnya (yang FAIR) tentu mengajukan hal yang sama pada Ki Joko Widodo, bahkan surat untuk Ki Joko Widodo seharusnya lebih dari satu kali permintaan. Mengapa? Karena pak Prabowo sudah berkali-kali menyatakan akan menerima hasil pilihan rakyat Indonesia (dengan redaksi yang beragam). Artinya beliau akan menerima dan legowo bahkan massa pendukung di tingkat bawah (akar rumput) pun siap menerima kekalahan bila itu sudah jadi putusan final lembaga resmi penyelenggara pemilu (KPU).

Namun sangat disayangkan, ucapan senada tidak keluar dari Ki Joko Widodo dan pendukungnya, bahkan cenderung akan menantang dan menentang keputusan KPU. Lalu apakah ini yang pak Abdillah Toha maksudkan legowo?

Pak Abdillah Toha, sepahit-pahitnya kekhawatiran dari Bapak dan Kubu Jokowi-JK adalah “Bila Prabowo-Hatta memenangkan Pilpres 2014 maka Orde Baru akan Bangkit lagi”. Sekarang, apakah pak Abdillah Toha bisa menjamin “Bila Jokowi-JK yang memenangkan Pilpres 2014 maka Paham Komunis TIDAK akan Bangkit lagi dan Ideologi Pancasila pun Dijamin Tidak akan Diganti?”

FAIR dan BERIMBANG dong Pak…

Oleh karena semua hal terurai di atas, maka “KUTU DI SEBERANG SUNGAI TERLIHAT, NAMUN KOTORAN BANTENG DI BULU MATA KOK TIDAK TERLIHAT YAA..?”. Mohon tidak perlu begitu lah pak Abdillah Toha…

Salam hormat…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun