Mohon tunggu...
Michael Hananta
Michael Hananta Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Antara Pilkada DKI dan Isu SARA: Sebuah Simpati untuk Anies Baswedan

18 Mei 2017   18:49 Diperbarui: 14 Oktober 2017   02:16 2895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah Anies bisa tetap mempertahankan keberpihakannya kepada rakyat, atau ujung-ujungnya tetap takluk dengan rayuan-rayuan manis pejabat negara yang mau korupsi atau yang mengajaknya bagi hasil mencuri uang rakyat.

Langkah Anies untuk mewujudkan cita-citanya untuk Jakarta tak bisa dibilang mudah. Bahkan pasca Pilkada pun orang-orang yang (sebagian besar) merupakan pendukung Ahok langsung sentimen terhadap Anies. Orang-orang semacam itu mungkin bisa berkicau di media sosial mengungkapkan kata-kata sinis, seperti “ditunggu DP 0 rupiahnya”, atau “ditunggu nutup Alexis nya”, atau “ditunggu penghentian reklamasinya”.

Bahkan Anies yang melucu ingin mencetak “Kartu Jakarta Jomblo”, entah memang itu lelucon atau akan terealisasi, langsung dicerca habis-habisan oleh “Ahokers”.

Kemenangan Anies memang terkesan bukan mutlak karena program-programnya lebih baik dari petahana, tetapi Anies menang seolah-olah karena “kekuatan umat Muslim”. Exit poll versi SMRC menyatakan bahwa sebagian besar pemilih Anies-Sandi (26 persen) memilihnya karena seagama. Alasan kedua tertinggi adalah karena Anies-Sandi dianggap paling memperjuangkan agama.

Ini bisa menjadi sesuatu yang berbahaya bagi masyarakat, terutama mereka yang tergabung dalam masyarakat minoritas. Isu agama ini seolah-olah memarjinalkan mereka dari masyarakat Jakarta, bahkan Indonesia. Kekhawatiran akan muncul di tengah-tengah mereka yang tidak “sama” dengan mayoritas yang “berkuasa” tersebut.

Yang jelas, Anies memiliki tuntutan tinggi untuk menstabilkan kondisi masyarakat Jakarta yang sekarang sangat terpecah-belah ini. Sampai sekarang aksi bela Ahok masih terus berjalan, dan Anies juga serba salah dalam bersikap. Kalau Anies mau bersimpati terhadap Ahok, tidak terbayang bagaimana reaksi orang-orang yang berbahagia karena sukses memenjarakan Ahok. Kalau Anies terang-terangan mendukung kelompok radikalis anti-Ahok, tentu tidak terbayangkan pula reaksi masyarakat nanti menghadapi Gubernur Anies yang berpihak pada ormas-ormas tersebut.

Yang jelas, Anies memiliki PR moral yang sangat besar: mengembalikan kestabilan masyarakat yang terpecah belah akibat isu SARA ini. Anies dituntut mampu meredam kembali sentimen negatif terhadap minoritas oleh mayoritas. Anies harus mampu memberitahu kembali masyarakat bahwa setiap warga Jakarta tidak akan terancam karena agama atau rasnya. Anies dituntut mampu mempertahankan stigma positif Indonesia sebagai negara yang masyarakatnya sangat toleran.

Atau mungkin, Anies harus mampu meredam statement bahwa “minoritas harus tahu diri di tengah mayoritas”.

Atau mungkin, Anies dituntut mampu menghilangkan statement di masyarakat baru-baru ini yang mengatakan bahwa kaum minoritas tidakboleh

memimpin kaum mayoritas.

Perhaps the governor-elect deserves a sympathy.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun