Mohon tunggu...
Michael Hananta
Michael Hananta Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

6 Faktor Ini Jadikan Kampanye Donald Trump Luar Biasa

30 Juli 2016   21:01 Diperbarui: 31 Juli 2016   11:34 2109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4. Trump tidak takut berbicara blak-blakan. Berbagai pidato Trump memang tidak tanggung-tanggung ketika membahas sesuatu. Ia tidak takut untuk mengatakan bahwa Islam adalah radikal dan perlu "ditekan" supaya bisa menghentikan ISIS. Ia tidak tanggung-tanggung "menyuruh" Meksiko untuk membayar biaya pembangunan dinding pembatas AS-Meksiko sebagai ganti pembayaran utang mereka. Ia berani mengatakan bahwa ekonomi AS tertinggal jauh di belakang Tiongkok. 

Bahkan, pasca munculnya spekulasi bahwa Partai Demokrat telah dibobol oleh Rusia, ia segera mempercayai teori itu, seolah-olah tanpa pikir panjang sama sekali, dan dengan penuh percaya diri meminta Rusia untuk mencari 30.000 email Hillary yang hilang. Intinya, Trump tidak takut mengucapkan hal-hal yang kontroversial sekalipun. Ia selalu mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya, tanpa filter politik sama sekali. Dan hal-hal semacam inilah yang membuat orang-orang berpikir bahwa orang terbuka semacam inilah yang diperlukan untuk menjadi presiden AS yang hebat.

5. Branding cemerlang Donald Trump terhadap lawan-lawannya. Trump terkenal suka menyebut nama-nama kandidat lain dengan sebutan-sebutan konyol, seperti crooked Hillary (Hillary pembohong), lying Ted (Ted pembohong), crazy Bernie (Bernie gila), little Marco (Marco kecil), dsb. Rupanya hal ini terbukti efektif. Trump membuat para pendukungnya dengan mudah mengingat betapa buruknya kandidat-kandidat saingannya. Itulah sebabnya publik tidak ragu untuk memilih Donald Trump dalam setiap primary. Bahkan Ted Cruz, runner-up dalam pemilihan kandidat Partai Republican, tidak berdaya ketika ia adu mulut dengan pendukung Trump dan dihina-hina dengan sebutan lying Ted. Tidak heran Trump menang mudah di berbagai wilayah.

Ted Cruz tidak berdaya ketika ia dihina dengan sebutan (mixxur.com)
Ted Cruz tidak berdaya ketika ia dihina dengan sebutan (mixxur.com)
6. Situasi Partai Demokrat yang sesungguhnya, buruk. Seusai menjadi nominee Partai Republican, Trump sesungguhnya cukup beruntung terhadap situasi yang terjadi. Partai seberang, Demokrat, sesungguhnya sekarang justru semakin terombang-ambing. Skandal DNC yang diungkap WikiLeaks begitu melemahkan Partai Demokrat. Belum lagi Hillary Clinton dengan sederet skandal yang terus-menerus menjegalnya. Apalagi, baru-baru ini, pendiri WikiLeaks, Julian Assange, menyatakan bahwa WikiLeaks akan membocorkan lebih banyak email yang dipastikan akan semakin merusak nama Hillary, bahkan bisa memenjarakannya. 

Hillary Clinton sang nominee sesungguhnya tidak memiliki citra yang begitu baik dan ini adalah hal yang bisa diekspos Trump sebesar-besarnya. Dengan kepiawaian yang sama ketika ia berhasil menundukkan puluhan kandidat Republican lainnya, rasa-rasanya Trump akan semakin beringas dalam menguliti Hillary. Dan bisa jadi itu semua bisa mengubah hasil general election 180 derajat.

Skandal demi skandal yang menimpa Hillary Clinton bisa jadi menguntungkan Trump. Sumber: nymag.com
Skandal demi skandal yang menimpa Hillary Clinton bisa jadi menguntungkan Trump. Sumber: nymag.com
Sesungguhnya fakta-fakta di atas bisa semakin melancarkan laju Trump menuju White House, atau membuat publik menjadi sadar. Publik seharusnya menyadari bahwa selama ini (mungkin) mereka kurang bijaksana dalam menyikapi pemilihan presiden ini. Yang terpenting adalah mencegah agar hal ini tidak terjadi lagi. Rakyat yang cukup sadar akan bahaya yang ditimbulkan bila Trump menjadi presiden seharusnya berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah Trump menduduki White House. Satu-satunya cara adalah memilih Hillary Clinton, entah mereka menyukai Clinton atau tidak. Tetapi, kalau publik menganggap hal ini adalah suatu kewajaran, apakah Trump memang akan menjadi presiden AS berikutnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun