Dengan sendirinya, si anak menarik diri hanya karena merasa "rendah". Pun hal ini bukan tak terjadi pada orang dewasa. Ada rasa waswas memasuki lingkungan hanya karena lingkungannya betul-betul baru.Â
Ada rasa kecil hati bahkan mungkin rendah diri pada saat menghadapi satu komunitas di mana komunitas tersebut didominasi orang-orang yang cukup unggul keberadaannya (jabatannya, ekonominya, barang branded yang dibawanya, dan seterusnya).
Idealnya berteman adalah peer guidance bukan peer rejection. Dan semestinya saling mengayomi itu bertumbuh dan membudaya, sehingga satu sama lain tak merasa diasingkan. Satu sama lain tak merasa jomplang akan kondisi. Bahkan satu sama lain tak harus merasa berbeban dengan keterbatasan yang dimiliki.
Lalu dari manakah anak mendapat asupan cara berteman yang baik. Jawabannya, tentu saja dari kita, Ibu dan Bapaknya. Mari arahkan mereka untuk mengenal siapa temannya.Â
Mari tumbuhkan rukun ukhuwah padanya. Saling mengenal, saling memahami, saling membantu, bahkan pada kondisi tertentu bukan tak mungkin mereka saling mengalah dan mengikhlaskan.
Genggam hangat dari kejauhan. Merangkai adab dengan keberterimaan yang dalam.
Wallohua'lam bishshowaab.
Semoga bermanfaat dan salam pengasuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H