Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Trauma, Sekolah, dan Pengasuhan

5 Maret 2022   00:52 Diperbarui: 6 Maret 2022   22:15 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengangkatan kasus ini bukan sebuah intimidasi kepada para orangtua. Bukan pula untuk mengemukakan keburukan sebuah korp atau lembaga pendidikan. Karena secara pribadi, saya adalah bagian dari pegiat dunia pendidikan anak sekaligus penyelenggara lembaga pendidikan.

Namun yang ingin saya buka dan menjadi ladang tafakkur dari fenomena ganjil ini adalah semata-mata untuk membukakan hati sebagai orangtua untuk memberikan terbaik.

Pada dasarnya, penyelenggara pendidikan terbaik itu adalah orang tua. Bukan yang lain. Sementara, tempat penitipan, hingga lembaga kursus apapun yang terkait, adalah KENDARAAN menuju target yang kita inginkan, yang dikenal dengan istilah GOALS.

Nah, berbicara tentang kendaraan dan goals, maka kita lah sebetulnya yang menjadi goals setting consultant untuk buah hati kita sendiri. 

Oleh karenanya, memberikan lingkungan sekolah terbaik, mencarikan kepala sekolah dan guru terbaik, adalah bagian tugas kita. 

Kecuali, kita mengakadkan diri untuk bersedia menjadi guru mereka sehari-hari dalam konteks pembelajaran home schooling. Namun hal ini berbenturan dengan kesiapan diri untuk menanggung semua resikonya.

Adapun bila putra putri kita dititipkan di sebuah lembaga pendidikan, maka quality control tetap ada di tangan kita. Oleh karenanya, hal-hal sederhana berikut patut diperhatikan dan tak boleh luput dari keseharian kita bersama mereka.

  • Berkomunikasi dengan buah hati tentang keseharian di sekolah
  • Berbicara terkait materi pelajaran
  • Berbincang terkait pertemanan mereka di sekolah
  • Berdiskusi tentang konflik -yang secara fitrah- mengemuka dalam kehidupan sosial bersekolah dan atau sejenisnya.

Dengan langkah sederhana itu, paling tidak bisa menjadi langkah preventif saat kasus senada benar-benar terjadi pada anak kita. 

Dan bila saja benar-benar terjadi atau ada hal yang membuat mereka tak nyaman, maka mereka tetap memiliki tempat berlabuh yang paling nyaman, yakni bapak dan ibunya. 

Sehingga mereka bisa bersuara dengan lugas, bisa menyampaikan persoalan dengan verbal, serta dapat mengadukan kronologi atas ketidaknyamanan yang mereka dapat.

Selanjutnya, kembali kepada persoalan trauma, kiranya kita perlu memiliki kemampuan untuk dapat memilah zaman. Artinya, dahulu, masa kini dan masa yang akan datang, tentu tidak bisa disamaratakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun