3. Hindari labeling victimÂ
Pelabelan negatif, pelabelan tak sesuai tempat, vonis menyakitkan, dan atau sejenisnya, akan sangat memperburuk kondisi. Biarkan mereka tumbuh dan berkembang , biarkan mereka melampaui setiap masalahnya dengan gembira. Bahkan bisa jadi, ucapan terbaik kita, akan menjadi senjata berarti bagi mereka dalam menaklukkan masalah atau ketidakwajaran yang mereka miliki.Â
Barangkali, satu petikan Al-Qur'an cukup membuat kita bertafakkur. "...dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim." (QS. Al-Hujurat : 11)
4. Sadari Tentang Pembentukan Konsep DiriÂ
Pembentukan konsep diri pada anak tentu berbeda dengan konsep diri pada orang dewasa. Orang dewasa dengan pengalaman hidupnya yang sudah matang, mampu mengaktifikan kemampuan membedakan sesuatu. Sementara anak-anak, mereka membangun konsep dirinya melalui penilaian dari lingkungan.Â
Sehingga wajarlah jika para ahli berpendapat bahwa masa kanak-kanak adalah masa meniru. Dalam hal ini, mereka mencerna semua yang terjadi di sekitar dan menyerap banyak hal yang meeka dapat, termasuk cemoohan, penghakiman, pengesampingan, dimana semua itu akan mereka persepsikan sebagai pribadinya.
5. Kenali Berbagai Perilaku
Sebagai orangtua cerdas, tentu kita butuh kekayaan wawasan dalam mengenali sikap dan perilaku anak. Apa yang khas dari anak kita, apa yang kira-kira cukup kontras dengan lingkungan, kesulitan apa yang kita temukan dari keseharian mereka, dan lain-lain.
6. Libatkan Banyak Peran
Anak dengan kondisi memiliki gangguan atau hambatan tumbuh kembang, tentu membutuhkan orang-orang selain kedua orangtuanya. Guru dan kepala sekolah tempat dia beraktivitas, adalah salah satu yang mereka butuhkan. Kehadiran guru dan kepala sekolah di sini, -paling tidak- bisa menjadi jembatan yang bijaksana dalam mengkondisikan para siswa untuk dapat memahami.Â
Berikutnya, mereka juga buuh teman sebaya, butuh saudara, butuh teman dekat. Mengapa demikian, karena komunikasi adalah salah satu pintu efektif dalam membangun kepercayaan diri dan kapasitas diri.