Lalu bertafakur dengan sebuah filosofi "Like father like son" atau istilah senada "like mother like daughter", yang dalam istilah Sunda adalah "Uyah mah moal te'es ka luhur".
Betapa dalam untuk kita maknai bahwa orang tua yang sabar, akan mewariskan kesabaran kepada putra putrinya. Demikian pula orang tua yang tangguh, orang tua yang senang berbagi manfaat, oang tua yang berpikir kreatif, orang tua yang lihai dalam melahirkan gagasan, orang tua yang terbiasa mengungguli pentas juara, orang tua yang menguasai bisnis, tanpa sadar akan akan mewujud dan membumi sebagai karakteristik anak-anaknya.
Bahkan bukan sekadar "software" (baca: kapasitas) yang terwariskan, melainkan hal-hal yang kasat mata seperti gaya bicara, sikap tubuh, teknik berkomunikasi pun menjadi karakteristik yang melekat pada keturunan.
Contoh sederhana, ada seorang perempuan, berprofesi sebagai guru. Dari kecil hingga kini, aktif di berbagai organisasi, memiliki sikap humble, loyal, gesit, dan secara prestatif berulang kali menjuarai sebuah panggung tarik suara. Begitu salah satu putrinya beranjak menduduki bangku Sekolah Dasar, secara perlahan mewarisi performa sang ibu.
Bahkan gaya panggungnya --bisa dibilang- sangat mirip. Bahkan bisa diistilahkan "foto copy".
Satu pelajaran berharga dari kisah sederhana tersebut adalah bahwa seorang guru yang "powerful" atau bahkan multitalenta (di sekolah), memang sangat logis dengan modal yang dimiliki sejak dari rumah (keluarga).Â
Artinya, mengelola para siswa di sekolah akan sangat berbanding lurus dengan kapasitas mengkondisikan keluarganya di rumah. Pun seorang putra dari seorang senior di bidang bisnis, sejak usia masih belia sudah mampu menjalankan roda perusahaan sebagai penerus jejak sang ayah.
Uniknya, di luar kapasitas menjalankan bisnis, ada karakter-karakter yang tanpa sadar terwariskan dari sang ayah. Mulai dari keberanian mengambil keputusan, kepercayaan diri menghadapi tokoh atau praktisi terkemuka, hingga ciri khasnya dalam mendesain "personal branding".
Ini sebuah faktor NATURE (keturunan) yang sekaligus dipasok oleh faktor NURTURE (pengkondisian, pembentukan).
Mengejar Minimal
Memang tak sederhana dan cukup berat. Saat kita sebagai orang tua harus bergelut dengan aktivitas, baik di ruang-ruang organisasi, di tempat kerja, di lahan bisnis, di majelis taklim, lalu secara alamiah kita ternobatkan menjadi aktivis atau pegiat atau tokoh atau pegawai atau pemilik posisi tertentu.