Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pendidikan Keluarga

Menjalani Peran Pengasuhan Berkesadaran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar, Belajar Merdeka

24 Juni 2020   06:53 Diperbarui: 24 Juni 2020   06:52 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.gambaranimasi.pro

oleh: Miarti Yoga

Sebagai guru, sekaligus sebagai pengampu dari sebuah lembaga pendidikan, bukan tak greget untuk turut berargumen terkait dunia pendidikan dalam hubungannya dengan era 4.0 (four point zero).

Salah satu wacana yang digaungkan oleh -Mas Menteri- Nadiem Makarim adalah "Merdeka Belajar". Apa itu merdeka dalam perspektif beliau? Kurang lebih, artinya adalah bahwa merdeka belajar itu merdeka berpikir, merdeka berkarya, dan menghormati atau merespons perubahan yang terjadi (memiliki daya suai).

Namun persoalannya, masyarakat Indonesia dengan warisan cara berpikir feodalisme yang hingga hari ini masih menjejak, masyarakat Indonesia yang hingga saat ini masih terjebak pada formalitas-formalitas yang belum tentu bersubstansi, sangat mungkin melakukan hal yang sifatnya manipulatif.

Dunia pendidikan, jelas belum bisa steril dari sebuah kesemerawutan paradigma. Berorientasi pada hasil tanpa mengindahkan proses, berwacana langit tanpa menakar realitaa, dan berkiblat secara subjektif pada satu pemikiran sehingga menganggap cara pandang yang lain adalah tak benar. Atau dalam kata lain, masih belum steril dari taklid-taklid, yang mengemuka akibat penggiringan pola, atau bisa jadi akibat desakan politis, dan lain-lain.

Wajar jika narasi "Merdeka Belajar" masih menjadi pro kontra. Belum lagi keberagaman masyarakat Indonesia dengan perbedaan suku, budaya, teknologi, bahkan masih terdapatnya kondisi sejomplang-jomplangnya. Sebagai contoh, saat para siswa di Indonesia dituntut untuk melek digital dan guru-gurunya tertuntut menciptakan proyek belajar berbasis digital, sementara daerah pelosok sepelosok-pelosoknya masih minim sekali dari fasilitas.

Namun tentunya, sebagai warga masyarakat biasa, saya menyambut keunikan -Mas Menteri- Nadiem Makarim dalam mentransformasi  "style". Walaupun, transformasi "style" itu sendiri, sebetulnya harus bersama filosofi dan tujuan yang jelas.

Dan di luar itu semua, sebagai seorang insan pendidikan yang rasanya "sangat boleh" untuk bertutur, kiranya Merdeka Belajar itu sendiri harus didalami terlebih dahulu HAKIKATNYA.

Merdeka Belajar, sebaiknya menjadi satu tahap bagi masyarakat Indonesia setelah melampaui kontkeks "Belajar Merdeka."

Apa itu "Belajar Merdeka". Belajar merdeka itu adalah belajar untuk berpersepsi yang baik. Belajar berparadigma. Belajar memiliki "mind-set", belajar memainkan rasa (energi) positif dalam diri.

Sedangkan pembelajaran yang merdeka itu adalah proses pembelajaran yang dilahirkan dari rahim originialitas gagasan. Bukan pembelajaran hasil "nyomot" dari sana-sini dengan pengejawantahan yang tidak menyeluruh (integral)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun