Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dilema Belajar di Rumah di Tengah Dampak Wabah

4 Juni 2020   09:07 Diperbarui: 4 Juni 2020   09:15 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dan sekarang kita mari menyikapi rata-rata fakta. Tentang EKSPEKTASI orang tua versus NEGOSIASI anak. Ekpektasi kita adalah Anak dapat merespons dan melaksanakan setiap tugas dengan tertib, disiplin, lancar dan tepat. Sedangkan faktanya anak melakukan negosiasi, di mana Dengan atmosfer yang berbeda, dengan guru yang berbeda, dengan kondisi yang berbeda, ditambah fitrah hubungan anak kepada orang tua, cukup berdampak pada sugesti anak untuk berharap lebih longgar dari regulasi di sekolah. Adapun bentuk dari negosiasinya itu sendiri adalah:

1. Permohonan menunda waktu

2. Permohonan penurunan standar

3. Menolak dengan verbal

Saya tidak sedang bertendensi mengarah kepada salah satu. Namun, saya cukup merasakan mengemukanya konteks tersebut. Konteks bertolakbelakangnya harapan orang tua dengan negosiasi anak.

Dan sekali lagi. Ini hal wajar. Fitrah anak kepada orang terdekat -yakni orang tuanya sendiri-. Namun sebagai makhluk yang dituntut untuk mengembangkan moral spiritual anak, maka segala bentuk latihan yang diberikan oleh pihak sekolah, mari kita ENDORSE sedemikian rupa sebagai bentuk tanggung jawab mereka.

Adapun ketika negosiasi terjadi, mari kita bijak menyikapi dengan cara memhami tipologi dan alasannya. Berikut empat tipologi atau alasannya.

  • Karena memang ada masalah
  • Karena kesulitan
  • Sekadar meminta (mencari perhatian)
  • Karena rasa malas

Bila tipe negosiasinya nomor 1 dan nomor 2, sedapat mungkin kita bantu mengurai masalah atau beban yang dihadapi. Dan bila tipe  negosiasinya nomor 3 dan nomor 4, maka anak butuh pemahaman dan motivasi.

Dalam hal ini, mari kita tegaskan kepada diri kita sendiri, bahwa kita berada pada KUADRAN yang mana. Apakah sikap anak yang kita hadapi itu murni sebagai bentuk MENCARI PERHATIAN. Atau memang mereka menolak menyelesaikan tugas karena semata-mata "HOREAM" alias malas. Atau, bisa jadi karena mereka sedang bermasalah (sakit perut, mual, pening, bahkan psikosomatis sekalipun).

Ini artinya, kita perlu ADIL. Jangan samapai, kondisi anak sangat tidak memungkinkan lalu kita paksakan. Sebaliknya, kondisi anak SANGAT MEMUNGKINKAN, namun kita berikan KOMPROMI yang selebar-lebarnya.

Jadi, bila motifnya adalah karena manja, ogo, cari perhatian, yuk kita bergerak merayunya, mengalihkan, dan tentunya membujuknya dengan lebih tegas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun