Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Anak Saya Tak Mungkin Salah", Sebuah Keegoisan Orang Tua

20 Mei 2020   08:09 Diperbarui: 20 Mei 2020   10:38 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mengatasisiswa.blogspot.com

Hal sederhana pun bisa menjadi bahan tuntutan. Hal wajar di mana anak kita melakukan kesalahan, mengharuskan orang lain yang menjadi biang alasan.

Dalam konteks kehidupan sosial anak, ketika anak kita menjadi korban pertemanan, tentu saja ada dan tak sedikit. Tetapi, tak setiap munculnya kejanggalan pada anak kita BERARTI atas andil negatif orang lain.

Perihal ini, tentunya menjadi pembelajaran besar buat kita. Artinya, ketika kita seringkali atau hampir selalu menganggap anak kita benar dan yang salah adalah anak lain. 

Ini dikhawatirkan akan menginternal ke dalam diri kita sendiri, bahwa secara pribadi kita terbilang egois alias merasa diri sendiri yang paling benar alias harus selalu orang lain yang diposisikan salah.

Berikutnya, satu pelajaran berharga dari konteks dinamika sosial ini adalah bahwa menjadi orangtua adalah belajar menghadapi CERMIN KEHIDUPAN. 

Dan cermin kehidupan itu ada pada diri kita. Artinya? Sikap yang mengemuka pada anak kita, disadari maupun tidak disadari, itu adalah cerminan diri kita sendiri. Jadi, jika anak kita seorang pribadi yang pemalu, sungkan berkata-kata, serba ragu, maka secara tak langsung ini adalah ladang muhasabah tentang bagaimana penyikapan kita terhadapnya. 

Apakah kita memang terlalu kaku dalam mematok target, apakah kita sering memperlihatkan rasa kecewa di hadapannya, apakah kita kurang ekspresif mengungkapkan sayang, apakah kita memiliki tekanan batin, apakah kita belum ikhlas dengan segala ketetapan yang ada.

Demikian pula saat anak kita terlalu dominan di lingkungan sosial, ketika mereka "over PD", ketika mereka bertindak sekehendak. Bisa jadi, kita memang kurang memberi peringatan padanya. 

Bisa jadi, kita terlupa mengingatkan tentang mana yang boleh dan mana yang tak boleh. Bisa jadi, tanpa sadar kita sering berucap spontan merendahkan orang lain di depan anak-anak.

Ayah Bunda. Tak mudah untuk menjadi orangtua paling baik. Kiranya, perlu hati-hati membuat simpulan-simpulan. Menyimpulkan anak orang lain dengan label buruk, sementara kita terlupa dengan apa yang harus diperbaiki dari proses pengasuhan yang kita lakukan. Menyimpulkan anak orang lain jauh di bawah rata-rata kemampuan anak kita, sementara kita terlupa dengan apa yang harus kita ikhtiarkan untuk anak-anak kita.

Pun tanpa sadar, kita sering terjebak pada KEKONYOLAN MEMBANDINGKAN. Apa itu? "Kekonyolan membandingkan", adalah semacam adanya kesalahan atau kekurangan yang sepadan antara anak kita dan anak orang, tapi kita masih berusaha keras membandingkan untuk mengambil kesimpulan, bahwa anak kita masih yang terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun